Home / Romansa / Puber Kedua Pak Suami / 18. Naluri Istri

Share

18. Naluri Istri

Author: Yetti S
last update Last Updated: 2024-01-16 08:25:02

Hanum memegang dadanya yang kini berdetak cukup kencang, seolah sentuhan tangannya bisa meredakan dentuman keras di hatinya. Ah, Hanum seperti orang yang tak memiliki semangat lagi. Punggungnya dia sandarkan di sandaran kursi sambil terus menekan dadanya. Dirinya juga heran dengan sikapnya ini. Aneh memang, dia tak mengenal Larasati. Namun kenapa dia tampak lunglai ketika mendengar Larasati dilamar seseorang. Bukankah wajar karena Larasati berstatus single? Hal itu juga bisa terjadi pada siapa saja, bukan?

‘Kenapa aku ini? Kenapa aku kayak orang frustrasi begini? Ah, Hanum coba deh jangan begini! Jangan karena melihat kalung itu, kamu beranggapan kalau Mas Andi yang memberikannya pada Larasati. Lagi pula Mas Andi punya skandal dengan temannya Rafi, bukan dengan Larasati. Mungkin saja tunangan Larasati adalah seorang pria yang berstatus duda, bukan suami orang. Sudahlah Hanum, jangan berburuk sangka,’ ucap Hanum dalam hati, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Anita yang rupanya mempe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Puber Kedua Pak Suami   19. Sebuah Rencana

    “Mencari tahu? Apa nggak berlebihan ini namanya, Nit?” sahut Hanum balas bertanya.Anita tersenyum seraya berkata, “Memang berlebihan sih, Num. Apalagi Larasati kan seorang selebriti. Kalau ada apa-apa pasti langsung jadi konsumsi publik. Em, maaf, kalau bener Andi terlibat dengan dia, posisi kita ada di atas angin karena mereka yang salah. Tapi, kalau nggak ada hubungan apa-apa, dia pasti akan menuntut kita.”“Nah, itu yang membuat aku ragu, Nit,” cetus Hanum dengan helaan napas panjang. Tampak jelas kalau hati wanita itu sangat gundah gulana.Anita terdiam beberapa saat. Dia mengerutkan keningnya, berpikir jalan terbaik untuk membantu sahabatnya itu. Tak lama, wajah Anita tampak berseri-seri. Jari tengah dan jempol dia adu hingga menimbulkan bunyi. Dia sepertinya mendapat sebuah ide cemerlang.“Aku ada ide ini, Num,” ucap Anita dengan sorot mata berbinar.“Ide apa?” tanya Hanum antusias.“Kita lupakan dulu si Larasati ini. Kita fokus dulu ke temannya si Rafi. Bisa jadi kan kalung it

    Last Updated : 2024-01-16
  • Puber Kedua Pak Suami   20. Aksi Kakak Dan Adik

    Hanum melangkah mendekati Gilang dengan tatapan nanar, karena kelopak matanya telah berembun.“Kamu sudah sejak kapan mendengarkan percakapan kami?” tanya Hanum dengan suara bergetar.Gilang terdiam. Dia hanya merengkuh tubuh Hanum ke dalam pelukannya. Memberikan perlindungan dari sang Mama, dan juga ketenangan untuk wanita yang telah melahirkan dirinya ke dunia ini.“Nggak penting soal sejak kapan aku mendengarkan percakapan Mama dengan Kak Rafi. Yang terpenting, aku sudah tahu kalau Papa ternyata seorang pengkhianat, dan aku benci pada seorang pengkhianat. Aku berjanji akan membalaskan sakit hati Mama ini. Jangan sebut aku Gilang, kalau nggak bisa membuat seorang pria bernama Andi Sanjaya kelabakan nantinya,” bisik Gilang, yang masih terdengar oleh Rafi yang berada tak jauh dari sang adik.Rafi terkejut mendengar ucapan Gilang yang terdengar sebagai ancaman untuk papanya. Adiknya yang masih duduk di bangku kelas tiga SMA, memang cukup tempramen sikapnya. Apalagi Gilang memiliki keah

    Last Updated : 2024-01-17
  • Puber Kedua Pak Suami   21. Ulah Gilang

    “Kamu mungkin lupa taruh kunci mobilnya, Mas. Coba diingat-ingat dulu, terakhir menaruh kuncinya di mana?” ucap Hanum yang sudah terdengar jelas oleh Rafi dan Gilang.“Ya aku bawa ke kamar dan aku letakkan di laci nakas, seperti biasanya. Tapi, tadi aku cari di laci nakas ternyata nggak ada. Makanya aku coba cek ke mobil, barangkali ketinggalan di dalam mobil,” sahut Andi, yang kini sudah ada di ambang pintu garasi mobil.“Lagiannya tiba-tiba terbangun di tengah malam begini, kamu mau ke mana kok langsung cari kunci mobil? Mau pergi ke tempat selingkuhan kamu, iya? Terus kamu kaget saat kunci mobil nggak ada. Lebih kaget lagi saat aku belum tidur, begitu?” cecar Hanum ketus.Andi terkesiap mendengar omelan Hanum di tengah malam begini. Dia langsung mengusap wajahnya dengan kasar. Dia menatap Hanum dengan tatapan frustrasi.“Aduh, Num, kamu jangan suudzon begitu dong sama aku. Tadi itu terbangun karena perutku mulas, mungkin karena makan sambal tadi saat makan malam. Terus setelah dari

    Last Updated : 2024-01-17
  • Puber Kedua Pak Suami   22. Andi Kelabakan

    Andi baru saja tiba di kantor ketika ponselnya berdering. Dia langsung mengangkat panggilan telepon itu, karena melihat nama Hanum terpampang di layar.“Halo, Num.”“Halo, Mas. Kamu sekarang ke sekolah Gilang, karena aku nggak bisa. Aku sekarang ada di sekolah Amelia, ada rapat wali murid di sini.”“Lho, memangnya Gilang kenapa, Num?” tanya Andi mulai panik. Dia khawatir anak keduanya punya masalah di sekolah, karena watak yang keras dan tempramen Gilang. Pun Gilang memiliki keahlian bela diri, membuat Andi menduga ke hal yang buruk telah dilakukan anaknya itu.“Gilang memukul temannya di sekolah sampai babak belur. Cepat kamu ke sana, Mas!” titah Hanum di seberang sana yang juga sama paniknya seperti sang suami.Andi menghela napas panjang karena dugaannya benar tentang Gilang.“Ok, aku ke sana sekarang.”Setelah sambungan telepon mereka berakhir, Andi melangkah keluar dari ruangannya, kembali menuju mobil bersiap ke sekolah Gilang.Setibanya di sekolah Gilang, Andi langsung menuju k

    Last Updated : 2024-01-18
  • Puber Kedua Pak Suami   23. Semua Karena Papa

    Gilang menatap lekat wajah Andi. Namun, tiba-tiba akal sehatnya kembali berfungsi dan mengingat kalau Andi adalah orang tuanya. Dia menurunkan tangannya dan memejamkan mata, agar tak melihat wajah Andi yang kini sangat dia benci. Dia khawatir kalau melihat wajah papanya, emosinya akan timbul kembali dan dia tak bisa mengendalikannya.Tubuh Gilang pun luruh dan terduduk di lantai. Tak terasa bulir air mata membasahi kelopak matanya. Selama dia beranjak remaja hingga di usia ke tujuh belas ini, Gilang tak pernah menangis. Tapi, kali ini berbeda. Sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh orang tuanya, orang yang sangat dia kagumi dan hormati. Hari ini seorang pemuda bernama Gilang Sanjaya, telah mengalami kekecewaan yang sangat besar pada sang papa. Gilang memukul lantai marmer ruang tamu dengan cukup keras, hingga buku-buku tangannya terluka.“Papa sadar nggak sih, kalau perbuatan Papa itu telah menghancurkan kami. Papa sangat egois! Keluarga kita yang harmonis, kini berada di ujung tand

    Last Updated : 2024-01-18
  • Puber Kedua Pak Suami   24. Pelakor Sesungguhnya

    ‘Dari mana Hanum tahu mengenai apartemen itu, ya? Atau dia menyuruh orang untuk memata-matai aku?’ tanya Andi dalam hati.“Num, bisa kita bicarakan hal ini baik-baik dan hanya berdua, tanpa melibatkan anak-anak,” ucap Andi sambil merapikan kemejanya yang berantakan akibat ulah Amelia yang memukulinya.Hanum menggeleleng seraya berkata, “Sekarang situasinya sudah nggak kondusif. Kami, terutama anak-anak sudah nggak nyaman kalau ada di dekat kamu. Jadi tolong pengertiannya ya, Mas. Lagi pula bukankah kamu malah senang tinggal dengan gun dik kamu itu?”Perasaan bersalah seketika mengambil alih perasaan Andi. Tidak seharusnya anak-anaknya mengetahui tentang perselingkuhannya. Dia menatap Amelia dan Gilang yang kini menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.“Sepertinya kita perlu orang untuk menjadi penengah pada persoalan kita ini, Num. Bisa juga menjadi penasihat bagi kita berdua. Jujur kalau aku nggak mau kita pisah,” ucap Andi lirih.“Kalau nggak mau pisah, kenapa cari gara-gara, Mas?

    Last Updated : 2024-01-19
  • Puber Kedua Pak Suami   25. Siasat

    Gilang tersenyum sinis dan geleng-geleng kepala. “Apa lelaki kalau mengalami puber kedua seperti itu ya, Kak? Nggak cukup hanya satu wanita saja di hidupnya. Tiga sekaligus, keren banget si Papa. Satu saja nggak akan habis, tapi dia ternyata serakah. Ingin lebih dari satu, ck.”“Ya, kita sebagai kaum lelaki, jangan sampai seperti itu. Perilaku Papa adalah sebuah contoh, tapi contoh bukan untuk ditiru. Kita harus jadi diri kita sendiri, Lang. Menjadi lelaki sejati,” sahut Rafi serius.Yasmin yang mendengarkan perbincangan kakak dan adik itu, mengulum senyuman. Dia terharu juga mendengar kedua pemuda itu yang saling menguatkan satu sama lain.“Ehem, boleh menimpali?” ucap Yasmin tiba-tiba menginterupsi perbincangan Rafi dan Gilang.“Silakan, Mbak!” Rafi dan Gilang menyahut secara bersamaan.“Saya hanya mengingatkan, apabila kalian mau bertindak nanti tolong jangan bawa-bawa saya, ya. Saya nggak mau ikut campur urusan orang lain. Kalau tadi saya memberi informasi, itu karena saya pernah

    Last Updated : 2024-01-19
  • Puber Kedua Pak Suami   26. Viral

    Ketiga kakak beradik itu kompak tersenyum mengejek pada Larasati, yang seketika wajahnya menjadi pucat pasi. Apalagi saat Gilang mulai mengarahkan kamera ponsel ke arah wajah Larasati, hingga wanita itu memalingkan muka ke arah lain sambil menutup wajah dengan telapak tangan.“Kenapa? Takut sama kita bertiga, iya? Kalau takut, kenapa nggak mikir bolak-balik kalau mau menggoda papa kita? Dasar pelakor nggak tahu diri. Sudah dikasih wajah yang cantik, seharusnya bisa dong memilih cowok. Kayak nggak ada cowok lain saja yang masih bujangan. Kenapa harus memilih lelaki yang sudah punya anak dan istri? Atau sengaja ya mau memoroti uang papaku, iya? Mimpi kali yee...Jangan harap bisa berhasil kamu!” ucap Amelia dengan suara lantang.Larasati baru saja akan memberi tanggapan atas ucapan Amelia, tapi Rafi langsung menimpali ucapan sang adik. Ini yang dia tak suka. Mereka seolah mengeroyok dirinya. Memang bukan mengeroyok secara fisik, tapi mereka tak memberikan dirinya kesempatan untuk membala

    Last Updated : 2024-01-20

Latest chapter

  • Puber Kedua Pak Suami   106. Kejutan Untuk Hanum

    Amelia sontak tersipu mendengar penuturan sang kakak. Wajahnya pun merona. “Cie, merah lho wajahnya si Amel. Nggak sangka kalau dia naksir sama si dosen itu. Nggak apa itu, Mel. Paling selisih usianya maksimal sepuluh tahun. Masih wajar itu menurut aku. Masih banyak yang selisihnya di atas sepuluh tahun. Ayo, Mel, aku dukung deh! Kayaknya orangnya baik,” ucap Gilang antusias. “Dia itu yang tolongin Amel saat mau dikerjai sama keponakannya Larasati, Lang,” celetuk Rafi. “Nah, keren itu. Sudah kelihatan tipe melindunginya. Nanti nggak apa deh kalau kamu duluan, Mel. Kakak sih belakangan nggak apa-apa. Lagi pula aku belum punya calonnya,” ucap Gilang dengan senyum menggoda pada sang adik. Wajah Amelia semakin memerah dan dia jadi salah tingkah. “Kita pulang saja sekarang, yuk! Ngobrol soal begini di tempat umum. Nanti kalau kedengaran orang, bagaimana? Malu tahu, Kak,” sahut Amelia. Dia lantas berjalan mendahului kedua kakaknya, karena merasa malu ketahuan isi hatinya oleh dua kakakn

  • Puber Kedua Pak Suami   105. Bulan Madu Kedua

    Hanum mengulum senyuman. Dia lalu menarik leher Andi dan mendekatkan telinga pria itu ke bibirnya. Dia lalu berbisik di sana.Kedua kelopak mata Andi membuka sempurna karena terkejut dengan apa yang Hanum bisikkan.“Kamu serius, Num? Nggak sedang bercanda?” tanya Andi dengan wajah memelas.“Iya, aku serius. Masak aku bohong sih, Mas. Aku ini kan belum menopause. Jadi masih kedatangan tamu bulanan lah. Aku tadi di kamar mandi baru tahu, kalau malam ini mendadak kedatangan tamu bulanan. Untung tadi sudah salat isya.” Hanum berkata sambil mengulum senyuman karena melihat wajah frustrasi Andi.“Sabar ya, Mas. Minggu depan deh baru bisa. Sekarang puasa dulu, ya. Sekalian menguji hati kamu, apa masih kuat menunggu satu minggu lagi?” imbuh Hanum yang masih mengulum senyumannya.Andi menghela napas. Dia berguling ke samping tubuh Hanum, dan memosisikan tubuhnya miring. Menghadap sang istri yang juga dalam posisi yang sama seperti dirinya. Tatapan mata mereka bertemu, dan saling mentransfer ra

  • Puber Kedua Pak Suami   104. Kembali Bersama

    Maya terdiam sambil mengaduk-aduk makanannya. Dia tiba-tiba saja menjadi tak berselera makan.Nadya yang melihat ekspresi sang mama, merasa bersalah karena terkesan dirinya memaksakan kehendak. Dia lalu memegang jemari tangan Maya dan mengusap lembut punggung tangan sang mama.“Aku minta maaf kalau perkataan tadi membuat Mama merasa nggak nyaman. Abaikan saja omongan aku tadi, Ma. Aku nggak memaksa Mama agar bisa memaafkan papa,” ucap Nadya lirih dan dengan nada yang tercekat, menahan tangis.Maya menoleh pada anak gadisnya. Dia melihat wajah cantik Nadya yang kini muram.‘Apa aku yang selama ini egois, mementingkan perasaanku sendiri tanpa memikirkan perasaan Nadya? Apa aku terlalu keras hati, sehingga sulit untuk memaafkan Mas Bima? Apakah sebenarnya Nadya merindukan papanya?’ ucap Maya dalam hati.“Nad, jawab pertanyaan Mama dengan jujur ya, Sayang,” ucap Maya dengan nada suara pelan.“Iya, Ma. Mama mau tanya apa?”“Apa kamu...merindukan papa kamu?”Nadya tak langsung menjawab. Dia

  • Puber Kedua Pak Suami   103. Restu Ibu

    ‘Jadi Hanum berencana akan rujuk dengan Andi. Sepertinya aku sia-sia saja selama ini mendekatinya. Lebih baik aku pulang saja sekarang. Mumpung belum ada yang tahu kehadiranku di sini. Mungkin Hanum memang bukan jodohku,’ ucap Sadewa dalam hati.Sadewa lalu dengan perlahan mundur teratur dari teras rumah Sawitri. Dia memutuskan pergi dari rumah itu karena tak ingin mendengar percakapan mereka. Dia memilih untuk lapang dada membuang jauh angannya terhadap Hanum, wanita yang dia suka sejak lama.“Mas Dewa, mau ke mana?” tanya seorang wanita, yang membuat Sadewa menghentikan langkah.Sadewa lalu menoleh dan melihat Lestari yang kini berdiri di jarak beberapa langkah di belakangnya.“Eh, Tari. Aku mau pulang. Nggak enak kalau mengganggu acara keluarga. Di ruang tamu sedang serius kayaknya,” sahut Sadewa terus terang, setelah dia membalikkan tubuhnya hingga posisinya kini berhadapan dengan Lestari.“Nggak mau mampir sekedar menyapa ibuku, Mas?” tanya Lestari lagi. Dia memandang Sadewa deng

  • Puber Kedua Pak Suami   102. Kunjungan Sore Hari

    Andi menangkap tubuh Hanum yang terhuyung ke depan, agar tak tersungkur di lantai.“Hati-hati dong, kalau sampai jatuh di lantai kan sakit nanti,” ucap Andi lembut ketika tubuh Hanum sudah berada dalam dekapannya.“Ish, kamu ini cari alasan saja, Mas. Sudah lepasin tangan kamu!” ujar Hanum dengan mata yang melotot pada Andi.“Kenapa memangnya?” tanya Andi dengan tatapan lugu.“Berlagak nggak paham, pura-pura tanya pula,” sungut Hanum kesal. Dia lalu berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Andi. Namun, Andi sepertinya menahan lengannya agar bisa lebih lama memeluk sang mantan.Di saat yang sama, Amelia muncul di tempat itu. Gadis itu terkesiap hingga mulutnya terbuka sempurna, kala melihat kedua orang tuanya tengah berpelukan. Itu menurut penilaiannya, karena dia tak tahu awal mula kejadian sang mama berada dalam dekapan papanya.“Cieee...rujuk ini ceritanya. Kapan peresmiannya? Terus kalau rujuk, aku bakalan dapat adik nggak?” goda Amelia dengan tawanya.“Adik? Memangnya kamu masi

  • Puber Kedua Pak Suami   101. Bertemu Lagi

    “Iya, Bu Hanum. Tante Nita yang merekomendasikan katering Ibu. Katanya, katering Ibu sudah terjamin kualitasnya. Saya mencari jasa katering, untuk acara ulang tahun pernikahan orang tua saya. Ini saya lakukan sebagai hadiah di pernikahan mereka yang ketiga puluh. Oh iya, nama saya Fariz,” sahut Fariz dengan senyuman.“Fariz ini yang tempo hari menolong Amel lho, Num. Dia seorang dosen yang pintar ilmu bela diri, sehingga bisa mengalahkan si Roy,” timpal Andi, yang membuat Hanum terkesiap.“Oh ya? Wah, saya ucapkan banyak terima kasih deh sama kamu ya, Fariz. Lalu mengenai kateringnya, kapan acara ulang tahun pernikahan orang tua kamu? Apa kamu mau test food dulu, supaya yakin dengan makanannya?” sahut Hanum kalem.“Saya percaya kok dengan kualitas kateringnya Bu Hanum. Kalau Tante Nita sudah merekomendasikan sesuatu, itu artinya sudah ok. Jadi nggak perlu test food lagi, Bu. Lalu mengenai jadwal acaranya, itu dua minggu lagi. Sengaja saya jauh-jauh hari sudah cari kateringnya, supaya

  • Puber Kedua Pak Suami   100. Come back

    Hanum mundur satu langkah. Andi pun bergerak maju mendekat. Begitu terus, hingga akhirnya punggung Hanum menempel pada dinding. Tak ada ruang untuk dirinya mundur lagi.“Mas! Sudah lah kamu pulang saja sana. Kamu pastinya capek kan, dan perlu istirahat juga. Jangan sampai penyakit jantung kamu kumat gara-gara kecapekan,” ucap Hanum dengan jantung yang bertalu-talu saat ini.“Aku sehat kok, Num. Aku juga nggak terlalu capek kok. Di rumah Nadya kan tadi hanya ngobrol saja. Lalu yang bawa mobil, si Rafi. Aku hanya duduk manis di sebelahnya. Kalau mengantuk sih, iya. Aku boleh kan istirahat di sini dulu, di kamar tamu,” sahut Andi dengan tatapan penuh harap.“Ya sudah, kalau mau istirahat di kamar tamu. Langsung saja ke sana. Kamu kan sudah tahu letaknya,” sahut Hanum. Dia lalu mendorong dada Andi agar menjauhinya. Dia merasa canggung juga berada di jarak yang begitu dekat dengan mantan suaminya.Namun di luar dugaan Hanum, tangan Andi menangkap tangan Hanum yang mendorong dadanya. Dia ba

  • Puber Kedua Pak Suami   99. Para Mantan

    Hanum yang terkesiap hanya bisa menghela napas panjang. Dia lalu memandang ke arah Bima yang masih menatap Maya, yang sedang memberi kode agar sikap Bima lebih ramah pada tamu mereka.Setelah beberapa detik, Maya kembali menatap Hanum dan Andi. Wanita yang diperkirakan usianya sebaya dengan Andi, lantas tersenyum pada kedua calon besannya itu.“Maaf ya, Pak, Bu. Papanya Nadya sedang kurang enak badan. Jadi reaksinya seperti tadi. Mari, silakan masuk!” ucap Maya ramah, dan dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Dia sengaja memberikan alasan itu agar bisa dimaklumi oleh tamunya. Maya tak tahu saja, kalau Andi dan Hanum telah mengetahui penyebab sikap Bima tadi.“Oh, lagi kurang enak badan. Iya, nggak apa-apa. Kami maklum kok, Bu. Saya juga kalau kurang enak badan, suka begitu sikapnya. Iya kan, Ma,” sahut Andi dengan senyuman. Dia menoleh pada Hanum yang mengulum senyumannya mendengar penuturan mantan suaminya, yang masih menyebut kata ‘Ma’ pada dirinya.‘Aih, Mas Andi ini serba me

  • Puber Kedua Pak Suami   98. Pertemuan

    “Baik, Om, sepulang dari sini nanti, saya akan beritahu orang tua saya. Insya Allah, mereka bersedia datang kemari dan kenalan dengan Om Bima,” ucap Rafi, yang membuat lamunan Nadya buyar.Bima tersenyum seraya berkata, “Pastinya mau dong kenalan sama Om. Kalau nggak mau, Om nggak akan restui hubungan kalian.”Bima memang bercanda mengucapkan kalimat itu. Dia juga mengucapkannya sambil tersenyum. Namun, tetap saja membuat hati Rafi ketar-ketir.“I-iya, Om. Tolong restui dong. Saya dan Nadya serius lho, Om,” sahut Rafi yang sontak membuat Bima tertawa.“Iya...makanya nanti kenalan dulu. Biar enak ngomong soal kelanjutan hubungan kalian, iya kan,” ucap Bima setelah tawanya reda.Sementara itu, Maya yang rupanya menguping pembicaraan Rafi dan Bima lantas menampakkan dirinya di ruang tamu.Rafi yang melihat kedatangan Maya, lalu berdiri dan menghampiri wanita itu. Dia lalu mencium punggung tangan Maya dengan takzim.“Ada apa ini, Rafi?” tanya Maya pura-pura tak tahu. Dia lalu duduk di sof

DMCA.com Protection Status