Share

Bab 2

Author: Rafiah Hasanatul
last update Last Updated: 2024-11-28 16:54:54
Gio membawa Zoya kembali ke rumah kami.

Sebagai sesama wanita, Zoya langsung menyadari jejak-jejak ketiadaanku.

Zoya pun bertanya dengan hati-hati, "Kak Gio, apa Kak Celia masih marah?"

Zoya bisa menebak alasan kenapa aku meninggalkan rumah.

"Hmm. Dia kembali ke rumah yang dia beli sendiri."

Selain rumahku dan Gio ini, aku juga masih memiliki beberapa rumah lain di luar sana.

Di masa lalu, setelah bertengkar dengan Gio, aku akan secara acak memilih salah satu rumah untuk bersembunyi.

Zoya menggigit bibirnya dan tampak menyesal.

"Kak Gio, semua ini salahku. Akulah yang terlalu keras kepala …. Malam itu aku benar-benar rapuh dan butuh ditemani Kakak …."

"Wajar kalau Kak Celia marah. Aku berharap kalian berhenti perang dingin karena aku."

Gio tersenyum penuh kasih sayang. "Masalah ini bukan salahmu. Celia saja yang sengaja mencari masalah."

"Tenang saja. Kali ini, aku akan berdamai dengannya cuma kalau dia mau minta maaf padamu."

Zoya menahan senyum yang hampir muncul di wajahnya dan berkata dengan suara tercekat, "Semua ini salahku. Aku mau masak dulu untuk Kak Gio."

Zoya berlari ke dapur. Sementara, Gio duduk di sofa dan diam-diam melamun.

Setelah beberapa lama, terdengar suara Gio yang lembut dan hampir tidak terdengar itu. "Celia, berhentilah membuat masalah."

Aku melayang di udara dengan rasa sakit yang luar biasa di hatiku.

Sampai di titik ini, Gio masih menganggap jika aku sengaja mencari masalah.

Seminggu yang lalu adalah ulang tahun ketujuh hubungan kami.

Untuk ulang tahun ini, aku sudah menyiapkan dua kejutan untuk Gio.

Yang pertama adalah slip USG B milikku ….

Lalu yang kedua adalah kartu keluarga milikku.

Setelah tujuh tahun menjalin kasih, aku dan Gio sudah seharusnya menikah.

Namun, makan malam romantis dengan cahaya lilin yang kunantikan tidak terjadi dan malah tergantikan oleh perang dingin.

Di meja makan, masuk panggilan telepon dari Zoya.

Zoya menangis. "Kak Gio, kakiku ini benar-benar nggak guna. Aku jatuh lagi."

"Lenganku juga tersiram air panas. Aku benar-benar kesakitan."

"Kak Gio, tolong datang ke sini dan temani aku, ya? Aku benar-benar kesakitan …."

Zoya selalu terlihat manis dan menggemaskan di depan orang lain. Namun, hanya pada Gio saja, dia berani menangis dan menunjukkan kerentanannya.

Mendengar permohonan Zoya, Gio pun buru-buru mengenakan jaketnya.

Aku menarik Gio agar tetap tinggal dan berkata dengan dingin, "Gio, apa kamu lagi-lagi akan meninggalkanku demi Zoya?"

Gio membujukku, "Jadilah anak baik. Jangan buat masalah. Zoya membutuhkanku."

Mataku memanas dan aku menahan isak tangisku. "Lalu bagaimana denganku? Apa aku nggak membutuhkanmu?"

Sudah tujuh tahun berlalu dan aku masih jadi orang yang berinisiatif untuk mengusulkan pernikahan. Bahkan, di saat aku sudah hamil sebelum menikah.

Bukankah aku juga membutuhkannya?

Aku langsung merasa cemas. "Zoya sudah berkali-kali menggunakan trik ini, apa kamu masih nggak menyadarinya? Dia sengaja membuatku merasa muak!"

"Ulang tahunku, ulang tahunmu, hari valentine, hari jadi kita, setiap kali kita berencana untuk merayakan sesuatu bersama, dia selalu menggunakan alasan kakinya sakit untuk memanggilmu dan menghabiskan waktu bersamamu."

"Apa kamu itu bodoh? Apa kamu nggak bisa membaca perasaannya? Apa kamu harus memanjakannya sampai membuatku muak?"

Gio terkejut mendengar kata-kataku. Namun, rasa terkejutnya itu perlahan-lahan berubah menjadi rasa muak.

"Celia, kenapa hatimu bisa sejahat ini?"

"Di dalam hatiku, aku menganggap Zoya sebagai adikku sendiri. Apa yang membuatmu meragukan hubungan kami?"

"Jangan lupa, kaki Zoya terluka karena dirimu. Kamu masih berutang kaki padanya."

Aku langsung merasa hancur. "Bukan aku. Aku nggak membuatnya cacat."

"Sudah, sudah." Gio mengerutkan kening sambil memegang dahinya. "Jangan bicarakan lagi masalah ini."

Gio mendorong pintu hingga terbuka.

Aku berteriak kasar pada Gio untuk menghentikannya. "Gio, kalau hari ini kamu lagi-lagi meninggalkanku demi Zoya, kita putus saja."

Yang menjawabku adalah bantingan pintu yang begitu keras.

Hatiku benar-benar dingin. Aku mengemasi barang-barangku dan pindah ke rumah lain.

Gio tidak mau kami putus, tetapi dia juga tidak menjemputku untuk pulang ke rumah.

Kami berdua sama-sama keras kepala dan memulai perang dingin yang tidak terucapkan.

Related chapters

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 3

    Zoya menginap di rumahku dan mengajak Gio untuk menyaksikan film romantis.Di layar lebar, tokoh utama pria dan wanita tengah berciuman dengan penuh gairah. Dalam suasana ambigu seperti itu, Zoya menatap Gio dengan penuh harap.Namun, Gio malah menunduk dan menatap ponselnya.Tampilan layar ponsel Gio jelas menunjukkan jendela obrolan antara diriku dan dirinya.Gio dengan hati-hati mengusap avatarku dengan ujung jari telunjuknya, karena takut jika tanpa sengaja tiba-tiba menghubungiku.Wajah Zoya langsung menjadi muram. Dia tersenyum tipis dan ingin berbicara. Namun, Gio memotongnya.Gio mengusap keningnya yang lelah, lalu berkata dengan kesal, "Zoya, aku mau tidur dulu. Kamu tonton sendiri saja filmnya. Kalau butuh sesuatu, cari saja aku."Zoya memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Istirahatlah dengan baik, Kak Gio."Gio kembali ke kamar tidur dan menutup pintu.Zoya langsung meraih boneka di sofa dan mencekik leher boneka itu kuat-kuat dengan sepuluh jarinya."Matilah kamu, m

    Last Updated : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 4

    Namun, harapanku langsung pupus.Itu karena, Gio buru-buru kembali menggelengkan kepalanya setelah berkata seperti itu.Gio terlihat geli dengan spekulasi konyolnya itu.Dia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya.Aku merasa putus asa.Gio masih tidak mengenaliku.Sudah empat hari berlalu. Gio masih menganggap teleponku yang meminta bantuan agar tetap bisa hidup sebelumnya sebagai sebuah lelucon.Tiba-tiba saja, Gio meletakkan peralatan perbaikannya dan melepas pakaian kerjanya. "Aku mau keluar sebentar."Gio meninggalkan ruang kerjanya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungiku.Tentu saja, tidak ada yang menjawab teleponnya.Gio terus berusaha untuk menelepon belasan kali lagi dan terlihat makin gugup.Aku tersenyum getir. Gio, akhirnya kamu mulai mengaitkan mayat wanita itu denganku.Lantaran teleponnya tidak dijawab, Gio pun meninggalkan pesan untukku."Celia, berhentilah membuat masalah, oke? Aku butuh balasan darimu.""Aku salah. Aku mau minta maaf padamu dan mengak

    Last Updated : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 5

    Ketika Gio kembali tersadar, Zoya tengah menjaganya di depan ranjang rumah sakit.Mata Zoya tampak merah juga bengkak dan dia terisak. "Kak Gio, aku sudah tahu semua tentang Kak Celia. Huhuhu … ini semua salahku. Kalau bukan karena aku, Kak Celia nggak akan pergi dari rumah, apalagi sampai dibunuh …."Zoya berkata dengan penuh emosional dan tulus. Namun, kata-kata yang diucapkannya langsung memancing saraf Gio yang rapuh itu.Aku menatap Gio dengan cemas. Akan tetapi, ekspresi Gio sama sekali tidak berubah.Raut wajah Gio benar-benar menunjukkan mati rasa sepenuhnya.Mata Gio terlihat kosong dan tak bernyawa.Gio bahkan sama sekali tidak memperhatikan Zoya.Zoya meratap dan berkata, "Kak Gio, jangan menakut-nakutiku. Cepat bangun! Aku Zoya."Namun, tidak peduli bagaimana Zoya menangis, Gio tetap saja tidak bergeming.Pintu kamar tiba-tiba ditendang sampai terbuka."Gio! Apa kamu pantas untuk putriku?"Orang tuaku bergegas masuk sambil menangis.Tatapan kosong Gio perlahan-lahan mulai f

    Last Updated : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 6

    Aku menasihati Zoya untuk tidak terburu-buru bisa.Namun, Zoya malah balik bertanya kepadaku, "Apa Kak Celia takut setelah aku berhasil berlatih, aku akan memiliki bentuk tubuh yang lebih baik dan menjadi ancaman bagimu?"Aku terdiam dan membiarkannya berlatih.Di penghujung hari, semua murid sudah pulang. Hanya tinggal aku dan Zoya saja.Tiba-tiba saja, Zoya berkata, "Kak Celia, aku nggak bisa bangun. Bisakah kamu menarikku?"Aku memegang tangan Zoya dan bersiap untuk menariknya ke atas. Namun, detik berikutnya, aku merasakan kekuatan dari tangan Zoya yang justru menarikku ke bawah.Zoya tiba-tiba menarikku ke bawah dengan kuat, hingga aku jatuh menimpanya.Segera setelah itu, terdengar jeritan yang begitu tajam."Kakiku! Sakit sekali kakiku!"Zoya memeluk betisnya erat-erat dan berguling-guling kesakitan di lantai."Kak Celia, kenapa kamu sengaja menekan kakiku? Kelenturan tubuhku nggak bagus. Jadi, Kakak nggak bisa menekannya sekeras ini?"Aku terkejut dan buru-buru menjelaskan.Nam

    Last Updated : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 7

    Selama dirawat di rumah sakit, Gio selalu menemani Zoya di tempat tidur dan meninggalkanku.Gio menyalahkanku karena melukai kaki Zoya.Meskipun aku sudah berulang kali menjelaskan, rasa tidak sabar yang terlihat di matanya terhadapku menjadi makin dalam."Celia, coba pikirkan apakah kata-katamu ini masuk akal? Apakah semua itu mungkin?""Seorang gadis kecil seperti Zoya, demi menjebakmu, malah merusak ligamennya sendiri? Bagaimana mungkin dia yang seusia itu bisa melakukan hal seperti itu?"Aku tidak mengatakan apa-apa.Jika aku tidak memeriksa rekaman kamera pengawas berkali-kali dan memutar ulang kejadian itu dalam pikiranku, aku juga tidak akan percaya jika Zoya bisa melakukan hal seperti itu.Namun, makin sulit dipercaya, makin menakutkan kebenarannya.Seseorang yang terlalu kejam, bisa menyakiti dirinya sendiri.Kesabaran Gio kepadaku sudah habis."Celia, masalah ini sudah berlalu. Jangan mengungkitnya lagi. Jangan bersikap terlalu agresif pada Zoya ke depannya.""Di hatiku, Zoya

    Last Updated : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 8

    Orang tuaku mengambil jenazahku dari kamar mayat dan membawanya pulang untuk dimakamkan.Setelah mendengar kabar itu, Gio seperti orang gila, bergegas kembali hanya untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Dia berlutut di depan rumahku selama tiga hari tiga malam, memohon untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Para pelayan mengusirnya keluar."Apakah kamu belum cukup melihatnya? Bukankah kamu yang memperbaiki jenazah Celia?""Kamu nggak mengenali Celia begitu lama dan sekarang kamu punya keberanian untuk datang menemuinya, untuk yang terakhir kalinya?”"Kalau Celia masih hidup, dia pasti nggak mau melihatmu. Jangan pura-pura di sini dan berlutut. Itu cuma akan mengotori jalan pulang Celia."Pada hari pemakamanku, hujan turun dengan deras, sama seperti hari aku dibunuh.Gio tidak diizinkan mendekati pemakamanku.Dia berlutut di luar kerumunan para pelayat, membiarkan hujan deras membasahi dirinya.Zoya bergegas menghampirinya dan memayunginya."Kak Gio, kamu belum makan sela

    Last Updated : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 9

    "Kenapa kamu jatuh cinta pada Celia? Dia cuma mengenalmu lebih dulu. Kalau yang pertama bertemu denganmu adalah aku, kita berdua pasti sudah menikah!"Zoya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak."Untungnya dia sudah mati, haha. Harusnya dia sudah lama mati!""Selama Kakak masih hidup, suatu hari nanti, Kakak akan melupakan Celia dan sepenuhnya menjadi milikku!"Gio menatap Zoya dengan bingung dan linglung. Dia sudah tidak bisa lagi berpikir dengan normal.Zoya tersenyum dan menatapnya dengan penuh keyakinan."Kak Gio, aku mencintaimu. Demi mendapatkanmu, aku rela mengorbankan segalanya.""Kamu nggak tahu seberapa banyak yang sudah aku korbankan. Demi memutus hubunganmu dengan Celia, aku bahkan rela merobek ligamenku sendiri, hingga aku menderita cacat seumur hidup.""Kak, Celia benar. Perasaanku padamu bukan sekadar perasaan antar saudara."Zoya meraih tangan Gio dan berkata dengan emosional, "Inilah cinta."Gio mengedipkan matanya dengan bingung, lalu tiba-tiba tersenyum."Celia, aku juga

    Last Updated : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 10

    Polisi mengakhiri interogasi.Sesosok manusia bergegas menuju kaca dan berteriak dengan penuh duka. "Zoya, aku akan membunuhmu! Aku akan menghancurkanmu menjadi beberapa bagian!"Zoya melihat adegan tersebut dengan terkejut, karena yang berteriak itu tidak lain adalah Gio.Sejak Zoya ditangkap di depannya, Gio benar-benar waras.Gio menjadi gila karena dirinya sendiri terperangkap dalam penjara batinnya.Selama Gio ingin sadar, maka dia akan sadar.Sejak Zoya ditangkap, Gio meninggalkan rumah sakit jiwa.Dengan mengandalkan kontak yang sudah disimpannya sebelumnya, Gio bisa datang dan mengikuti interogasi secara diam-diam.Hingga titik ini, akhirnya dia percaya dengan apa yang kukatakan.Cinta Zoya pada Gio hanyalah cinta biasa. Namun, cinta Gio kepadaku adalah cinta yang begitu mendalam, hingga menembus tulang sumsum."Zoya, aku nggak akan pernah melepaskanmu, sekalipun kamu jadi hantu!"Gio berteriak keras.Zoya tersenyum sedih."Kak Gio, aku benar-benar mencintaimu.""Kalau kamu ing

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 10

    Polisi mengakhiri interogasi.Sesosok manusia bergegas menuju kaca dan berteriak dengan penuh duka. "Zoya, aku akan membunuhmu! Aku akan menghancurkanmu menjadi beberapa bagian!"Zoya melihat adegan tersebut dengan terkejut, karena yang berteriak itu tidak lain adalah Gio.Sejak Zoya ditangkap di depannya, Gio benar-benar waras.Gio menjadi gila karena dirinya sendiri terperangkap dalam penjara batinnya.Selama Gio ingin sadar, maka dia akan sadar.Sejak Zoya ditangkap, Gio meninggalkan rumah sakit jiwa.Dengan mengandalkan kontak yang sudah disimpannya sebelumnya, Gio bisa datang dan mengikuti interogasi secara diam-diam.Hingga titik ini, akhirnya dia percaya dengan apa yang kukatakan.Cinta Zoya pada Gio hanyalah cinta biasa. Namun, cinta Gio kepadaku adalah cinta yang begitu mendalam, hingga menembus tulang sumsum."Zoya, aku nggak akan pernah melepaskanmu, sekalipun kamu jadi hantu!"Gio berteriak keras.Zoya tersenyum sedih."Kak Gio, aku benar-benar mencintaimu.""Kalau kamu ing

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 9

    "Kenapa kamu jatuh cinta pada Celia? Dia cuma mengenalmu lebih dulu. Kalau yang pertama bertemu denganmu adalah aku, kita berdua pasti sudah menikah!"Zoya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak."Untungnya dia sudah mati, haha. Harusnya dia sudah lama mati!""Selama Kakak masih hidup, suatu hari nanti, Kakak akan melupakan Celia dan sepenuhnya menjadi milikku!"Gio menatap Zoya dengan bingung dan linglung. Dia sudah tidak bisa lagi berpikir dengan normal.Zoya tersenyum dan menatapnya dengan penuh keyakinan."Kak Gio, aku mencintaimu. Demi mendapatkanmu, aku rela mengorbankan segalanya.""Kamu nggak tahu seberapa banyak yang sudah aku korbankan. Demi memutus hubunganmu dengan Celia, aku bahkan rela merobek ligamenku sendiri, hingga aku menderita cacat seumur hidup.""Kak, Celia benar. Perasaanku padamu bukan sekadar perasaan antar saudara."Zoya meraih tangan Gio dan berkata dengan emosional, "Inilah cinta."Gio mengedipkan matanya dengan bingung, lalu tiba-tiba tersenyum."Celia, aku juga

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 8

    Orang tuaku mengambil jenazahku dari kamar mayat dan membawanya pulang untuk dimakamkan.Setelah mendengar kabar itu, Gio seperti orang gila, bergegas kembali hanya untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Dia berlutut di depan rumahku selama tiga hari tiga malam, memohon untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Para pelayan mengusirnya keluar."Apakah kamu belum cukup melihatnya? Bukankah kamu yang memperbaiki jenazah Celia?""Kamu nggak mengenali Celia begitu lama dan sekarang kamu punya keberanian untuk datang menemuinya, untuk yang terakhir kalinya?”"Kalau Celia masih hidup, dia pasti nggak mau melihatmu. Jangan pura-pura di sini dan berlutut. Itu cuma akan mengotori jalan pulang Celia."Pada hari pemakamanku, hujan turun dengan deras, sama seperti hari aku dibunuh.Gio tidak diizinkan mendekati pemakamanku.Dia berlutut di luar kerumunan para pelayat, membiarkan hujan deras membasahi dirinya.Zoya bergegas menghampirinya dan memayunginya."Kak Gio, kamu belum makan sela

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 7

    Selama dirawat di rumah sakit, Gio selalu menemani Zoya di tempat tidur dan meninggalkanku.Gio menyalahkanku karena melukai kaki Zoya.Meskipun aku sudah berulang kali menjelaskan, rasa tidak sabar yang terlihat di matanya terhadapku menjadi makin dalam."Celia, coba pikirkan apakah kata-katamu ini masuk akal? Apakah semua itu mungkin?""Seorang gadis kecil seperti Zoya, demi menjebakmu, malah merusak ligamennya sendiri? Bagaimana mungkin dia yang seusia itu bisa melakukan hal seperti itu?"Aku tidak mengatakan apa-apa.Jika aku tidak memeriksa rekaman kamera pengawas berkali-kali dan memutar ulang kejadian itu dalam pikiranku, aku juga tidak akan percaya jika Zoya bisa melakukan hal seperti itu.Namun, makin sulit dipercaya, makin menakutkan kebenarannya.Seseorang yang terlalu kejam, bisa menyakiti dirinya sendiri.Kesabaran Gio kepadaku sudah habis."Celia, masalah ini sudah berlalu. Jangan mengungkitnya lagi. Jangan bersikap terlalu agresif pada Zoya ke depannya.""Di hatiku, Zoya

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 6

    Aku menasihati Zoya untuk tidak terburu-buru bisa.Namun, Zoya malah balik bertanya kepadaku, "Apa Kak Celia takut setelah aku berhasil berlatih, aku akan memiliki bentuk tubuh yang lebih baik dan menjadi ancaman bagimu?"Aku terdiam dan membiarkannya berlatih.Di penghujung hari, semua murid sudah pulang. Hanya tinggal aku dan Zoya saja.Tiba-tiba saja, Zoya berkata, "Kak Celia, aku nggak bisa bangun. Bisakah kamu menarikku?"Aku memegang tangan Zoya dan bersiap untuk menariknya ke atas. Namun, detik berikutnya, aku merasakan kekuatan dari tangan Zoya yang justru menarikku ke bawah.Zoya tiba-tiba menarikku ke bawah dengan kuat, hingga aku jatuh menimpanya.Segera setelah itu, terdengar jeritan yang begitu tajam."Kakiku! Sakit sekali kakiku!"Zoya memeluk betisnya erat-erat dan berguling-guling kesakitan di lantai."Kak Celia, kenapa kamu sengaja menekan kakiku? Kelenturan tubuhku nggak bagus. Jadi, Kakak nggak bisa menekannya sekeras ini?"Aku terkejut dan buru-buru menjelaskan.Nam

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 5

    Ketika Gio kembali tersadar, Zoya tengah menjaganya di depan ranjang rumah sakit.Mata Zoya tampak merah juga bengkak dan dia terisak. "Kak Gio, aku sudah tahu semua tentang Kak Celia. Huhuhu … ini semua salahku. Kalau bukan karena aku, Kak Celia nggak akan pergi dari rumah, apalagi sampai dibunuh …."Zoya berkata dengan penuh emosional dan tulus. Namun, kata-kata yang diucapkannya langsung memancing saraf Gio yang rapuh itu.Aku menatap Gio dengan cemas. Akan tetapi, ekspresi Gio sama sekali tidak berubah.Raut wajah Gio benar-benar menunjukkan mati rasa sepenuhnya.Mata Gio terlihat kosong dan tak bernyawa.Gio bahkan sama sekali tidak memperhatikan Zoya.Zoya meratap dan berkata, "Kak Gio, jangan menakut-nakutiku. Cepat bangun! Aku Zoya."Namun, tidak peduli bagaimana Zoya menangis, Gio tetap saja tidak bergeming.Pintu kamar tiba-tiba ditendang sampai terbuka."Gio! Apa kamu pantas untuk putriku?"Orang tuaku bergegas masuk sambil menangis.Tatapan kosong Gio perlahan-lahan mulai f

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 4

    Namun, harapanku langsung pupus.Itu karena, Gio buru-buru kembali menggelengkan kepalanya setelah berkata seperti itu.Gio terlihat geli dengan spekulasi konyolnya itu.Dia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya.Aku merasa putus asa.Gio masih tidak mengenaliku.Sudah empat hari berlalu. Gio masih menganggap teleponku yang meminta bantuan agar tetap bisa hidup sebelumnya sebagai sebuah lelucon.Tiba-tiba saja, Gio meletakkan peralatan perbaikannya dan melepas pakaian kerjanya. "Aku mau keluar sebentar."Gio meninggalkan ruang kerjanya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungiku.Tentu saja, tidak ada yang menjawab teleponnya.Gio terus berusaha untuk menelepon belasan kali lagi dan terlihat makin gugup.Aku tersenyum getir. Gio, akhirnya kamu mulai mengaitkan mayat wanita itu denganku.Lantaran teleponnya tidak dijawab, Gio pun meninggalkan pesan untukku."Celia, berhentilah membuat masalah, oke? Aku butuh balasan darimu.""Aku salah. Aku mau minta maaf padamu dan mengak

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 3

    Zoya menginap di rumahku dan mengajak Gio untuk menyaksikan film romantis.Di layar lebar, tokoh utama pria dan wanita tengah berciuman dengan penuh gairah. Dalam suasana ambigu seperti itu, Zoya menatap Gio dengan penuh harap.Namun, Gio malah menunduk dan menatap ponselnya.Tampilan layar ponsel Gio jelas menunjukkan jendela obrolan antara diriku dan dirinya.Gio dengan hati-hati mengusap avatarku dengan ujung jari telunjuknya, karena takut jika tanpa sengaja tiba-tiba menghubungiku.Wajah Zoya langsung menjadi muram. Dia tersenyum tipis dan ingin berbicara. Namun, Gio memotongnya.Gio mengusap keningnya yang lelah, lalu berkata dengan kesal, "Zoya, aku mau tidur dulu. Kamu tonton sendiri saja filmnya. Kalau butuh sesuatu, cari saja aku."Zoya memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Istirahatlah dengan baik, Kak Gio."Gio kembali ke kamar tidur dan menutup pintu.Zoya langsung meraih boneka di sofa dan mencekik leher boneka itu kuat-kuat dengan sepuluh jarinya."Matilah kamu, m

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 2

    Gio membawa Zoya kembali ke rumah kami.Sebagai sesama wanita, Zoya langsung menyadari jejak-jejak ketiadaanku.Zoya pun bertanya dengan hati-hati, "Kak Gio, apa Kak Celia masih marah?"Zoya bisa menebak alasan kenapa aku meninggalkan rumah."Hmm. Dia kembali ke rumah yang dia beli sendiri."Selain rumahku dan Gio ini, aku juga masih memiliki beberapa rumah lain di luar sana.Di masa lalu, setelah bertengkar dengan Gio, aku akan secara acak memilih salah satu rumah untuk bersembunyi.Zoya menggigit bibirnya dan tampak menyesal."Kak Gio, semua ini salahku. Akulah yang terlalu keras kepala …. Malam itu aku benar-benar rapuh dan butuh ditemani Kakak ….""Wajar kalau Kak Celia marah. Aku berharap kalian berhenti perang dingin karena aku."Gio tersenyum penuh kasih sayang. "Masalah ini bukan salahmu. Celia saja yang sengaja mencari masalah.""Tenang saja. Kali ini, aku akan berdamai dengannya cuma kalau dia mau minta maaf padamu."Zoya menahan senyum yang hampir muncul di wajahnya dan berk

DMCA.com Protection Status