Share

Psikopat itu Adik Pacarku
Psikopat itu Adik Pacarku
Penulis: Rafiah Hasanatul

Bab 1

Penulis: Rafiah Hasanatul
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 16:54:54
Mayatku ditemukan oleh petugas kebersihan, tiga hari setelah aku meninggal.

Kecuali kepalaku yang tidak pernah ditemukan, bagian tubuh lainnya, semuanya sudah ditemukan.

Gio Jatmika mengambil alih mayatku untuk diperbaiki.

Ini adalah proyek besar. Tubuhku dimutilasi menjadi delapan bagian yang mengerikan dan proses perbaikannya sangat sulit.

Gio menghela napas dalam-dalam. "Wanita ini sangat tragis. Ini pertama kalinya aku melihat mayat yang begitu mengerikan."

Asisten muda itu menyatukan perutku dan menghela napas. "Anak di perut wanita ini sudah terbentuk. Satu mayat, dua nyawa. Janin ini meninggal dalam kandungan. Benar-benar tragis."

Aku melayang di udara dan diam-diam memperhatikan punggung Gio.

Gio tidak mengenaliku.

Tujuh tahun menjalin cinta. Perasaan yang mendalam dan hasrat penuh kegilaan yang terjadi berulang kali, tetap saja Gio tidak mengenali mayatku.

Tiba-tiba saja, aku bertanya-tanya ekspresi seperti apa yang akan muncul di wajahnya ketika Gio mengenaliku setelah kepalaku ditemukan nanti.

Gio membalik bagian tubuh di punggungku dan menjahit bekas luka tebasan yang melintang di punggungku.

Jantungku berdebar-debar.

Kenangan di malam itu, malam di mana hujan sedang turun, kembali terlintas di benakku.

Pembunuh itu mengejarku dan menebas punggungku dengan parang.

Darah mengalir di punggungku, bercampur dengan air hujan dan menghilang dalam kegelapan malam.

Telepon terakhir demi bisa bertahan hidup, kutujukan kepada Gio.

Namun, yang kudapatkan malah kata-katanya yang sedingin es. "Bisakah kamu berhenti membuat keributan? Untuk apa kamu bersandiwara seperti ini? Aku nggak akan mau mengalah. Aku akan mengakhiri perang dingin ini, hanya kalau kamu mau minta maaf pada Zoya."

Suara "bip" dari telepon yang ditutup, menjadi elegi terakhirku.

Kemudian, suara yang mengerikan datang dari arah belakang. "Kena kamu!"

Aku menjerit dan berteriak minta tolong dengan panik.

Namun, yang kudapatkan adalah pisau tajam yang menusuk tenggorokanku.

Saat aku jatuh ke dalam kegelapan, wajah Gio muncul di benakku.

"Gio, aku benar-benar kesakitan."

Malam tiba. Gio bekerja lembur untuk menjahitku menjadi bentuk manusia kembali.

Ketika Gio pulang kerja, hujan gerimis mulai turun.

Gio tidak membawa payung. Jadi, dia berdiri di bawah atap dan menunggu hujan reda.

Asisten muda itu bertanya dengan ragu-ragu, "Apa Kak Celia belum datang menjemput Anda?"

Selama bertahun-tahun, selalu aku sendiri yang menjemput Gio dari tempat kerja.

Namun, sekarang, selama tiga hari berturut-turut, aku tidak muncul. Asisten muda itu pasti penasaran.

Gio menunduk dan melihat tetesan air hujan yang jatuh ke tanah dan menimbulkan percikan-percikan air itu. Kemudian, Gio berkata dengan acuh tak acuh, "Hmm. Kami bertengkar dan sedang perang dingin."

Asisten muda itu merasa sudah salah bicara dan buru-buru berkata, "Kak Gio, biar kupanggilkan taksi. Hujan ini mungkin akan lama turunnya."

Gio menolaknya. "Aku akan menunggu sebentar lagi."

Gio menungguku menjemputnya, memberinya kesempatan dan mengakhiri perang dingin.

Namun, aku tidak akan pernah lagi muncul di hadapannya.

Hujan turun makin deras. Sebuah mobil menerobos rinai hujan.

Gio menengadah dan matanya menyiratkan sedikit kegembiraan.

Namun, detik berikutnya, senyum tipis di bibir Gio langsung membeku.

Itu karena dia tidak melihatku seperti yang dia inginkan.

Zoya Yuwanto berjalan tertatih-tatih menghampiri Gio sambil memegang payung, bagaikan anak burung yang penuh semangat.

"Kak Gio, aku datang untuk menjemputmu pulang."

"Kudengar sudah tiga hari berturut-turut Kak Celia nggak menjemput Kak Gio pulang dari kerja. Jadi, tugas ini cuma bisa diserahkan padaku."

Zoya tersenyum cerah dan manis. Namun, kata-katanya itu secara halus mengisyaratkan menyingkirkanku.

Kesuraman di wajah Gio langsung menghilang dan dia mengusap kepala Zoya.

"Oke, kalau begitu biar Zoya saja yang menjemputku mulai sekarang."

Bab terkait

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 2

    Gio membawa Zoya kembali ke rumah kami.Sebagai sesama wanita, Zoya langsung menyadari jejak-jejak ketiadaanku.Zoya pun bertanya dengan hati-hati, "Kak Gio, apa Kak Celia masih marah?"Zoya bisa menebak alasan kenapa aku meninggalkan rumah."Hmm. Dia kembali ke rumah yang dia beli sendiri."Selain rumahku dan Gio ini, aku juga masih memiliki beberapa rumah lain di luar sana.Di masa lalu, setelah bertengkar dengan Gio, aku akan secara acak memilih salah satu rumah untuk bersembunyi.Zoya menggigit bibirnya dan tampak menyesal."Kak Gio, semua ini salahku. Akulah yang terlalu keras kepala …. Malam itu aku benar-benar rapuh dan butuh ditemani Kakak ….""Wajar kalau Kak Celia marah. Aku berharap kalian berhenti perang dingin karena aku."Gio tersenyum penuh kasih sayang. "Masalah ini bukan salahmu. Celia saja yang sengaja mencari masalah.""Tenang saja. Kali ini, aku akan berdamai dengannya cuma kalau dia mau minta maaf padamu."Zoya menahan senyum yang hampir muncul di wajahnya dan berk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 3

    Zoya menginap di rumahku dan mengajak Gio untuk menyaksikan film romantis.Di layar lebar, tokoh utama pria dan wanita tengah berciuman dengan penuh gairah. Dalam suasana ambigu seperti itu, Zoya menatap Gio dengan penuh harap.Namun, Gio malah menunduk dan menatap ponselnya.Tampilan layar ponsel Gio jelas menunjukkan jendela obrolan antara diriku dan dirinya.Gio dengan hati-hati mengusap avatarku dengan ujung jari telunjuknya, karena takut jika tanpa sengaja tiba-tiba menghubungiku.Wajah Zoya langsung menjadi muram. Dia tersenyum tipis dan ingin berbicara. Namun, Gio memotongnya.Gio mengusap keningnya yang lelah, lalu berkata dengan kesal, "Zoya, aku mau tidur dulu. Kamu tonton sendiri saja filmnya. Kalau butuh sesuatu, cari saja aku."Zoya memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Istirahatlah dengan baik, Kak Gio."Gio kembali ke kamar tidur dan menutup pintu.Zoya langsung meraih boneka di sofa dan mencekik leher boneka itu kuat-kuat dengan sepuluh jarinya."Matilah kamu, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 4

    Namun, harapanku langsung pupus.Itu karena, Gio buru-buru kembali menggelengkan kepalanya setelah berkata seperti itu.Gio terlihat geli dengan spekulasi konyolnya itu.Dia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya.Aku merasa putus asa.Gio masih tidak mengenaliku.Sudah empat hari berlalu. Gio masih menganggap teleponku yang meminta bantuan agar tetap bisa hidup sebelumnya sebagai sebuah lelucon.Tiba-tiba saja, Gio meletakkan peralatan perbaikannya dan melepas pakaian kerjanya. "Aku mau keluar sebentar."Gio meninggalkan ruang kerjanya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungiku.Tentu saja, tidak ada yang menjawab teleponnya.Gio terus berusaha untuk menelepon belasan kali lagi dan terlihat makin gugup.Aku tersenyum getir. Gio, akhirnya kamu mulai mengaitkan mayat wanita itu denganku.Lantaran teleponnya tidak dijawab, Gio pun meninggalkan pesan untukku."Celia, berhentilah membuat masalah, oke? Aku butuh balasan darimu.""Aku salah. Aku mau minta maaf padamu dan mengak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 5

    Ketika Gio kembali tersadar, Zoya tengah menjaganya di depan ranjang rumah sakit.Mata Zoya tampak merah juga bengkak dan dia terisak. "Kak Gio, aku sudah tahu semua tentang Kak Celia. Huhuhu … ini semua salahku. Kalau bukan karena aku, Kak Celia nggak akan pergi dari rumah, apalagi sampai dibunuh …."Zoya berkata dengan penuh emosional dan tulus. Namun, kata-kata yang diucapkannya langsung memancing saraf Gio yang rapuh itu.Aku menatap Gio dengan cemas. Akan tetapi, ekspresi Gio sama sekali tidak berubah.Raut wajah Gio benar-benar menunjukkan mati rasa sepenuhnya.Mata Gio terlihat kosong dan tak bernyawa.Gio bahkan sama sekali tidak memperhatikan Zoya.Zoya meratap dan berkata, "Kak Gio, jangan menakut-nakutiku. Cepat bangun! Aku Zoya."Namun, tidak peduli bagaimana Zoya menangis, Gio tetap saja tidak bergeming.Pintu kamar tiba-tiba ditendang sampai terbuka."Gio! Apa kamu pantas untuk putriku?"Orang tuaku bergegas masuk sambil menangis.Tatapan kosong Gio perlahan-lahan mulai f

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 6

    Aku menasihati Zoya untuk tidak terburu-buru bisa.Namun, Zoya malah balik bertanya kepadaku, "Apa Kak Celia takut setelah aku berhasil berlatih, aku akan memiliki bentuk tubuh yang lebih baik dan menjadi ancaman bagimu?"Aku terdiam dan membiarkannya berlatih.Di penghujung hari, semua murid sudah pulang. Hanya tinggal aku dan Zoya saja.Tiba-tiba saja, Zoya berkata, "Kak Celia, aku nggak bisa bangun. Bisakah kamu menarikku?"Aku memegang tangan Zoya dan bersiap untuk menariknya ke atas. Namun, detik berikutnya, aku merasakan kekuatan dari tangan Zoya yang justru menarikku ke bawah.Zoya tiba-tiba menarikku ke bawah dengan kuat, hingga aku jatuh menimpanya.Segera setelah itu, terdengar jeritan yang begitu tajam."Kakiku! Sakit sekali kakiku!"Zoya memeluk betisnya erat-erat dan berguling-guling kesakitan di lantai."Kak Celia, kenapa kamu sengaja menekan kakiku? Kelenturan tubuhku nggak bagus. Jadi, Kakak nggak bisa menekannya sekeras ini?"Aku terkejut dan buru-buru menjelaskan.Nam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 7

    Selama dirawat di rumah sakit, Gio selalu menemani Zoya di tempat tidur dan meninggalkanku.Gio menyalahkanku karena melukai kaki Zoya.Meskipun aku sudah berulang kali menjelaskan, rasa tidak sabar yang terlihat di matanya terhadapku menjadi makin dalam."Celia, coba pikirkan apakah kata-katamu ini masuk akal? Apakah semua itu mungkin?""Seorang gadis kecil seperti Zoya, demi menjebakmu, malah merusak ligamennya sendiri? Bagaimana mungkin dia yang seusia itu bisa melakukan hal seperti itu?"Aku tidak mengatakan apa-apa.Jika aku tidak memeriksa rekaman kamera pengawas berkali-kali dan memutar ulang kejadian itu dalam pikiranku, aku juga tidak akan percaya jika Zoya bisa melakukan hal seperti itu.Namun, makin sulit dipercaya, makin menakutkan kebenarannya.Seseorang yang terlalu kejam, bisa menyakiti dirinya sendiri.Kesabaran Gio kepadaku sudah habis."Celia, masalah ini sudah berlalu. Jangan mengungkitnya lagi. Jangan bersikap terlalu agresif pada Zoya ke depannya.""Di hatiku, Zoya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 8

    Orang tuaku mengambil jenazahku dari kamar mayat dan membawanya pulang untuk dimakamkan.Setelah mendengar kabar itu, Gio seperti orang gila, bergegas kembali hanya untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Dia berlutut di depan rumahku selama tiga hari tiga malam, memohon untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Para pelayan mengusirnya keluar."Apakah kamu belum cukup melihatnya? Bukankah kamu yang memperbaiki jenazah Celia?""Kamu nggak mengenali Celia begitu lama dan sekarang kamu punya keberanian untuk datang menemuinya, untuk yang terakhir kalinya?”"Kalau Celia masih hidup, dia pasti nggak mau melihatmu. Jangan pura-pura di sini dan berlutut. Itu cuma akan mengotori jalan pulang Celia."Pada hari pemakamanku, hujan turun dengan deras, sama seperti hari aku dibunuh.Gio tidak diizinkan mendekati pemakamanku.Dia berlutut di luar kerumunan para pelayat, membiarkan hujan deras membasahi dirinya.Zoya bergegas menghampirinya dan memayunginya."Kak Gio, kamu belum makan sela

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 9

    "Kenapa kamu jatuh cinta pada Celia? Dia cuma mengenalmu lebih dulu. Kalau yang pertama bertemu denganmu adalah aku, kita berdua pasti sudah menikah!"Zoya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak."Untungnya dia sudah mati, haha. Harusnya dia sudah lama mati!""Selama Kakak masih hidup, suatu hari nanti, Kakak akan melupakan Celia dan sepenuhnya menjadi milikku!"Gio menatap Zoya dengan bingung dan linglung. Dia sudah tidak bisa lagi berpikir dengan normal.Zoya tersenyum dan menatapnya dengan penuh keyakinan."Kak Gio, aku mencintaimu. Demi mendapatkanmu, aku rela mengorbankan segalanya.""Kamu nggak tahu seberapa banyak yang sudah aku korbankan. Demi memutus hubunganmu dengan Celia, aku bahkan rela merobek ligamenku sendiri, hingga aku menderita cacat seumur hidup.""Kak, Celia benar. Perasaanku padamu bukan sekadar perasaan antar saudara."Zoya meraih tangan Gio dan berkata dengan emosional, "Inilah cinta."Gio mengedipkan matanya dengan bingung, lalu tiba-tiba tersenyum."Celia, aku juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 10

    Polisi mengakhiri interogasi.Sesosok manusia bergegas menuju kaca dan berteriak dengan penuh duka. "Zoya, aku akan membunuhmu! Aku akan menghancurkanmu menjadi beberapa bagian!"Zoya melihat adegan tersebut dengan terkejut, karena yang berteriak itu tidak lain adalah Gio.Sejak Zoya ditangkap di depannya, Gio benar-benar waras.Gio menjadi gila karena dirinya sendiri terperangkap dalam penjara batinnya.Selama Gio ingin sadar, maka dia akan sadar.Sejak Zoya ditangkap, Gio meninggalkan rumah sakit jiwa.Dengan mengandalkan kontak yang sudah disimpannya sebelumnya, Gio bisa datang dan mengikuti interogasi secara diam-diam.Hingga titik ini, akhirnya dia percaya dengan apa yang kukatakan.Cinta Zoya pada Gio hanyalah cinta biasa. Namun, cinta Gio kepadaku adalah cinta yang begitu mendalam, hingga menembus tulang sumsum."Zoya, aku nggak akan pernah melepaskanmu, sekalipun kamu jadi hantu!"Gio berteriak keras.Zoya tersenyum sedih."Kak Gio, aku benar-benar mencintaimu.""Kalau kamu ing

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 9

    "Kenapa kamu jatuh cinta pada Celia? Dia cuma mengenalmu lebih dulu. Kalau yang pertama bertemu denganmu adalah aku, kita berdua pasti sudah menikah!"Zoya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak."Untungnya dia sudah mati, haha. Harusnya dia sudah lama mati!""Selama Kakak masih hidup, suatu hari nanti, Kakak akan melupakan Celia dan sepenuhnya menjadi milikku!"Gio menatap Zoya dengan bingung dan linglung. Dia sudah tidak bisa lagi berpikir dengan normal.Zoya tersenyum dan menatapnya dengan penuh keyakinan."Kak Gio, aku mencintaimu. Demi mendapatkanmu, aku rela mengorbankan segalanya.""Kamu nggak tahu seberapa banyak yang sudah aku korbankan. Demi memutus hubunganmu dengan Celia, aku bahkan rela merobek ligamenku sendiri, hingga aku menderita cacat seumur hidup.""Kak, Celia benar. Perasaanku padamu bukan sekadar perasaan antar saudara."Zoya meraih tangan Gio dan berkata dengan emosional, "Inilah cinta."Gio mengedipkan matanya dengan bingung, lalu tiba-tiba tersenyum."Celia, aku juga

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 8

    Orang tuaku mengambil jenazahku dari kamar mayat dan membawanya pulang untuk dimakamkan.Setelah mendengar kabar itu, Gio seperti orang gila, bergegas kembali hanya untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Dia berlutut di depan rumahku selama tiga hari tiga malam, memohon untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Para pelayan mengusirnya keluar."Apakah kamu belum cukup melihatnya? Bukankah kamu yang memperbaiki jenazah Celia?""Kamu nggak mengenali Celia begitu lama dan sekarang kamu punya keberanian untuk datang menemuinya, untuk yang terakhir kalinya?”"Kalau Celia masih hidup, dia pasti nggak mau melihatmu. Jangan pura-pura di sini dan berlutut. Itu cuma akan mengotori jalan pulang Celia."Pada hari pemakamanku, hujan turun dengan deras, sama seperti hari aku dibunuh.Gio tidak diizinkan mendekati pemakamanku.Dia berlutut di luar kerumunan para pelayat, membiarkan hujan deras membasahi dirinya.Zoya bergegas menghampirinya dan memayunginya."Kak Gio, kamu belum makan sela

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 7

    Selama dirawat di rumah sakit, Gio selalu menemani Zoya di tempat tidur dan meninggalkanku.Gio menyalahkanku karena melukai kaki Zoya.Meskipun aku sudah berulang kali menjelaskan, rasa tidak sabar yang terlihat di matanya terhadapku menjadi makin dalam."Celia, coba pikirkan apakah kata-katamu ini masuk akal? Apakah semua itu mungkin?""Seorang gadis kecil seperti Zoya, demi menjebakmu, malah merusak ligamennya sendiri? Bagaimana mungkin dia yang seusia itu bisa melakukan hal seperti itu?"Aku tidak mengatakan apa-apa.Jika aku tidak memeriksa rekaman kamera pengawas berkali-kali dan memutar ulang kejadian itu dalam pikiranku, aku juga tidak akan percaya jika Zoya bisa melakukan hal seperti itu.Namun, makin sulit dipercaya, makin menakutkan kebenarannya.Seseorang yang terlalu kejam, bisa menyakiti dirinya sendiri.Kesabaran Gio kepadaku sudah habis."Celia, masalah ini sudah berlalu. Jangan mengungkitnya lagi. Jangan bersikap terlalu agresif pada Zoya ke depannya.""Di hatiku, Zoya

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 6

    Aku menasihati Zoya untuk tidak terburu-buru bisa.Namun, Zoya malah balik bertanya kepadaku, "Apa Kak Celia takut setelah aku berhasil berlatih, aku akan memiliki bentuk tubuh yang lebih baik dan menjadi ancaman bagimu?"Aku terdiam dan membiarkannya berlatih.Di penghujung hari, semua murid sudah pulang. Hanya tinggal aku dan Zoya saja.Tiba-tiba saja, Zoya berkata, "Kak Celia, aku nggak bisa bangun. Bisakah kamu menarikku?"Aku memegang tangan Zoya dan bersiap untuk menariknya ke atas. Namun, detik berikutnya, aku merasakan kekuatan dari tangan Zoya yang justru menarikku ke bawah.Zoya tiba-tiba menarikku ke bawah dengan kuat, hingga aku jatuh menimpanya.Segera setelah itu, terdengar jeritan yang begitu tajam."Kakiku! Sakit sekali kakiku!"Zoya memeluk betisnya erat-erat dan berguling-guling kesakitan di lantai."Kak Celia, kenapa kamu sengaja menekan kakiku? Kelenturan tubuhku nggak bagus. Jadi, Kakak nggak bisa menekannya sekeras ini?"Aku terkejut dan buru-buru menjelaskan.Nam

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 5

    Ketika Gio kembali tersadar, Zoya tengah menjaganya di depan ranjang rumah sakit.Mata Zoya tampak merah juga bengkak dan dia terisak. "Kak Gio, aku sudah tahu semua tentang Kak Celia. Huhuhu … ini semua salahku. Kalau bukan karena aku, Kak Celia nggak akan pergi dari rumah, apalagi sampai dibunuh …."Zoya berkata dengan penuh emosional dan tulus. Namun, kata-kata yang diucapkannya langsung memancing saraf Gio yang rapuh itu.Aku menatap Gio dengan cemas. Akan tetapi, ekspresi Gio sama sekali tidak berubah.Raut wajah Gio benar-benar menunjukkan mati rasa sepenuhnya.Mata Gio terlihat kosong dan tak bernyawa.Gio bahkan sama sekali tidak memperhatikan Zoya.Zoya meratap dan berkata, "Kak Gio, jangan menakut-nakutiku. Cepat bangun! Aku Zoya."Namun, tidak peduli bagaimana Zoya menangis, Gio tetap saja tidak bergeming.Pintu kamar tiba-tiba ditendang sampai terbuka."Gio! Apa kamu pantas untuk putriku?"Orang tuaku bergegas masuk sambil menangis.Tatapan kosong Gio perlahan-lahan mulai f

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 4

    Namun, harapanku langsung pupus.Itu karena, Gio buru-buru kembali menggelengkan kepalanya setelah berkata seperti itu.Gio terlihat geli dengan spekulasi konyolnya itu.Dia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya.Aku merasa putus asa.Gio masih tidak mengenaliku.Sudah empat hari berlalu. Gio masih menganggap teleponku yang meminta bantuan agar tetap bisa hidup sebelumnya sebagai sebuah lelucon.Tiba-tiba saja, Gio meletakkan peralatan perbaikannya dan melepas pakaian kerjanya. "Aku mau keluar sebentar."Gio meninggalkan ruang kerjanya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungiku.Tentu saja, tidak ada yang menjawab teleponnya.Gio terus berusaha untuk menelepon belasan kali lagi dan terlihat makin gugup.Aku tersenyum getir. Gio, akhirnya kamu mulai mengaitkan mayat wanita itu denganku.Lantaran teleponnya tidak dijawab, Gio pun meninggalkan pesan untukku."Celia, berhentilah membuat masalah, oke? Aku butuh balasan darimu.""Aku salah. Aku mau minta maaf padamu dan mengak

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 3

    Zoya menginap di rumahku dan mengajak Gio untuk menyaksikan film romantis.Di layar lebar, tokoh utama pria dan wanita tengah berciuman dengan penuh gairah. Dalam suasana ambigu seperti itu, Zoya menatap Gio dengan penuh harap.Namun, Gio malah menunduk dan menatap ponselnya.Tampilan layar ponsel Gio jelas menunjukkan jendela obrolan antara diriku dan dirinya.Gio dengan hati-hati mengusap avatarku dengan ujung jari telunjuknya, karena takut jika tanpa sengaja tiba-tiba menghubungiku.Wajah Zoya langsung menjadi muram. Dia tersenyum tipis dan ingin berbicara. Namun, Gio memotongnya.Gio mengusap keningnya yang lelah, lalu berkata dengan kesal, "Zoya, aku mau tidur dulu. Kamu tonton sendiri saja filmnya. Kalau butuh sesuatu, cari saja aku."Zoya memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Istirahatlah dengan baik, Kak Gio."Gio kembali ke kamar tidur dan menutup pintu.Zoya langsung meraih boneka di sofa dan mencekik leher boneka itu kuat-kuat dengan sepuluh jarinya."Matilah kamu, m

  • Psikopat itu Adik Pacarku   Bab 2

    Gio membawa Zoya kembali ke rumah kami.Sebagai sesama wanita, Zoya langsung menyadari jejak-jejak ketiadaanku.Zoya pun bertanya dengan hati-hati, "Kak Gio, apa Kak Celia masih marah?"Zoya bisa menebak alasan kenapa aku meninggalkan rumah."Hmm. Dia kembali ke rumah yang dia beli sendiri."Selain rumahku dan Gio ini, aku juga masih memiliki beberapa rumah lain di luar sana.Di masa lalu, setelah bertengkar dengan Gio, aku akan secara acak memilih salah satu rumah untuk bersembunyi.Zoya menggigit bibirnya dan tampak menyesal."Kak Gio, semua ini salahku. Akulah yang terlalu keras kepala …. Malam itu aku benar-benar rapuh dan butuh ditemani Kakak ….""Wajar kalau Kak Celia marah. Aku berharap kalian berhenti perang dingin karena aku."Gio tersenyum penuh kasih sayang. "Masalah ini bukan salahmu. Celia saja yang sengaja mencari masalah.""Tenang saja. Kali ini, aku akan berdamai dengannya cuma kalau dia mau minta maaf padamu."Zoya menahan senyum yang hampir muncul di wajahnya dan berk

DMCA.com Protection Status