Share

Part 02

Penulis: eeeellllaaaaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

...

Pagi ini Putri Anne terbangun sedikit terlambat dari biasanya. Anne mengucek matanya, lalu terduduk dengan rambut yang seperti singa—sangat berantakan sekali.

"Selamat pagi, Tuan Putri." Sapa seseorang yang baru saja masuk kedalam kamar Putri Anne.

Anne melirik dan tersenyum manis. "Selamat pagi, bibi Mery." Balas Anne berseri.

Bibi Mery tersenyum hangat, lalu mendekat pada Anne yang masih betah diatas kasurnya. "Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu, Tuan Putri." Seru Bibi Mery.

"Terimakasih bibi," ujar Anne. Dia lantas bangkit dan berjalan cepat menuju kamar mandi.

Bibi Mery yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Bibi Mery merupakan pelayan kerajaan Neverland, dia berada disini sudah berpuluh-puluh tahun. Sekaligus pengasuh Tuan Putri Anne sejak gadis itu masih belia, tidak heran jika Anne bisa sedekat itu dengan Bibi Mery. Walaupun usia Putri Anne sudah beranjak dewasa, tapi bagi bibi Mery Tuan Putri masihlah seperti anak kecil, Tuan Putri yang selalu manja dan cengeng.

Setelah selesai merapikan tempat tidur Putri Anne, segera bibi Mery menyiapkan gaun untuk sang Putri. Dia memilih gaun berwarna biru—sebuah warna kesukaan dari Tuan Putri Anne.

Selang beberapa menit, Anne keluar dengan hanya dibalut jubah mandi. Dia tersenyum manis pada bibi Mery, lalu meraih gaun yang sudah disiapkan untuknya.

"Terimakasih bibi, kau memang yang terbaik." Seru Anne melihat gaun yang cantik yang disiapkan oleh bibi Mery.

Setelah memakai gaun nya, Putri Anne pun keluar dari ruang ganti. Lalu duduk didepan meja rias, sementara bibi Mery berdiri di belakang punggung Anne. Bibi Mery mulai menyisir rambut pirang Putri Anne, dia melakukan nya dengan begitu lembut dan pelan. Bagian akhirnya, bibi Mery memasangkan sebuah jepit rambut berwarna senada dengan gaun di rambut pirang Anne. Melihat tampilan dirinya di cermin membuat Anne tersenyum simpul.

"Terimakasih, bibi."

Bibi Mery mengangguk. Lantas mempersilakan Putri Anne untuk segera pergi menemui Raja dan Ratu yang mungkin sudah menunggu. Anne tersenyum ramah pada pelayan istana yang menyapa nya, dia memang gadis yang manis dan ramah. Tidak heran sebagian warga istana begitu menyukai sifat Anne yang lembut seperti itu.

"Selamat pagi." Sapa Anne. Dia bergabung bersama orangtuanya dan kakaknya.

"Putriku, sangat cantik." Puji Raja Pedro pada Putri bungsunya.

Anne tersenyum manis. "Terimakasih ayah. Bibi Mery yang melakukannya." Sahut Anne.

Keempat orang itu lantas melangsungkan sarapan pagi ini dengan sedikit obrolan ringan dan canda. Disini Anne yang terlihat sangat aktif dan cerewet, begitu banyak yang Anne ucapkan hingga membuat suasana meja makan kerajaan terlihat sangat ramai. Raja dan Ratu Neverland hanya bisa menggeleng melihat tingkah dari putri bungsunya itu. Sedangkan Jessie sesekali berdecak karena Anne terlalu banyak bicara hingga mengabaikan sarapan paginya.

"Ayah, ibu. Aku baru saja mengambil bunga di taman paman Sam." Ungkap Anne seraya terkikik kecil. Dia mengatakan dengan suara yang sedikit pelan.

"Berkat paman Sam, koleksi tanaman ku sudah banyak." Tutur Anne lagi.

Raja Pedro dan Ratu Calista hanya menggelengkan kepalanya. Mereka sudah biasa dengan tingkah Anne yang seperti itu. Bahkan sudah beberapa kali Anne memetik buah tanpa ijin dari Paman Sam.

Sejak lama, bahkan sejak usia Anne masih terbilang kecil. Gadis itu memang suka mengoleksi berbagai macam tanaman hias. Yang membuat taman kerajaan menjadi sedikit berwarna karena ulah dan hobi dari Anne, walaupun sebagian tanaman itu hasil dari curian nya di taman paman Sam yang notabene nya merupakan paman nya sendiri.

Ditengah obrolan dan kehangatan dari keluarga kecil itu. Tiba-tiba seorang prajurit datang dan membawa kabar baru untuk sang raja.

"Maaf, Yang Mulia." Seru Prajurit itu dengan sopan.

Raja Pedro menoleh seketika, begitupun dengan yang lainnya. Anne menatap prajurit itu dengan wajah bingung. Acara makan pagi mereka pun harus terhenti sejenak karena prajurit itu.

"Ada apa?" Tanya Raja Pedro.

"Neverland mendapat serangan, dan sebagian warga terluka. Bahkan pemukiman warga terkena imbasnya." Beritahu prajurit itu dengan masih menunduk.

Raja Pedro bangkit. Dia sedikit menggebrak meja. "Apa?!"

"Bawa aku kesana!" Serunya tegas.

"Baik, Yang Mulia."

Raja Pedro dan satu prajurit itu pun berlalu pergi meninggalkan istana.

"Ayah!" Panggil Anne. Namun Raja Pedro sudah berlalu dari istana.

***

Raja Pedro menatap warga Neverland yang menjadi korban kerusuhan dari pemberontak asing yang datang kemari. Dengan segera saja Raja Pedro memerintahkan para prajurit istana untuk mengumpulkan bahan makanan dan beberapa obat-obatan untuk para warga istana yang terluka.

"Ceritakan padaku, apa yang terjadi?" Tanya Raja Pedro pada salah satu penjaga perbatasan.

"Yang Mulia, segerombolan orang berbaju hitam tiba-tiba datang. Mereka datang dari arah barat, dan langsung menyerang para warga." Jelas prajurit itu, memberikan kesaksian.

Raja Pedro menggeram tertahan. Dia sudah menebak siapa dalang dibalik semua kekacauan istananya. Tidak salah lagi ini pasti orang itu.

"Panggilkan tabib untuk mengobati warga yang terluka." Titah sang Raja yang langsung diangguki oleh prajurit itu.

"Yang Mulia," panggil salah satu prajurit menghentikan langkah Raja Pedro.

"Mereka memberikan surat ini untukmu," lanjutnya lagi.

Dengan tangkas Raja Pedro meraih gulungan kertas itu. Lalu membacanya dengan serius.

Menyerah padaku, sebelum aku meratakan kerajaan mu!

Tulisan tinta hitam itu membuat Raja Pedro mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia menatap marah pada kertas yang ia genggam itu.

"Kembalikan surat itu dan katakan pada mereka jika Raja Neverland tidak akan pernah menyerah!" Seru Raja Pedro dengan tegas.

Setelah menyerahkan kembali kertas itu, lantas Raja Pedro pun segera pergi. Dia menaiki kuda nya dan berlalu begitu saja.

***

Anne menatap gerbang istana dengan cemas. Sejak tadi Anne menunggu kepulangan ayahnya yang belum kembali. Gadis manis itu mondar-mandir tidak karuan di depan gerbang. Membuat beberapa pelayan dan prajurit istana menggeleng pelan melihat tingkah dari Tuan Putri Anne.

"Tuan Putri, ini sudah sore. Kau tidak akan masuk?" Ujar bibi Mery yang setia menunggu Tuan Putrinya berdiri di depan gerbang.

"Tidak bibi. Aku tidak akan masuk sebelum ayah kembali." Sahut Anne dengan wajahnya yang masih cemas.

Bibi Mery menghela nafasnya. "Raja pasti akan baik-baik saja. Sebaiknya kau masuk kedalam, cuacanya akan semakin dingin." Bujuk Mery lagi.

Namun, Anne kembali menggeleng. "Tidak. Aku ingin tetap disini!" Sahut Anne dengan keras kepala.

"Baiklah," bibi Mery pasrah.

Tidak lama kemudian gerbang istana pun dibuka. Seketika raut wajah cemas Anne berubah menjadi senang. Dia segera berlari cepat menuju sang ayah yang masih berada di ambang pintu gerbang.

"Ayah!" Teriak Anne.

Raja Pedro menghentikan laju kudanya. Dia lantas menoleh dan tersenyum simpul pada Putrinya itu. "Anne? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya nya.

"Aku menunggu ayah." Balas Anne.

Raja Pedro mendengus geli. Dia turun dari kudanya dan merangkul Anne untuk masuk kedalam istana.

"Kenapa tidak menunggu ayah di dalam?"

Anne menggeleng kuat. "Tidak. Aku mencemaskan ayah." Anne memeluk sang ayah.

Raja Pedro tersenyum dia mengusap kepala Anne lembut. "Ayah baik-baik saja, Anne." Sahutnya.

"Tetap saja aku cemas! Aku sayang ayah! Jangan pernah pergi lagi." Anne semakin memeluk Raja Pedro erat.

"Iya, ayah tau. Ayah juga sayang pada Putri ayah." Balas Raja Pedro merangkul erat Anne.

Bibi Mery yang melihat itu di belakang, hanya bisa tersenyum senang. Apalagi dengan tingkah manja dari Putri Anne semakin membuat bibi Mery tersenyum geli.

....

Bab terkait

  • Prince and princess of rule   Part 03

    ..."Bagaimana?" "Sesuai perintah mu." "Hahaha, bagus. Kerja yang bagus." Suara tawa puas dari Raja Charles begitu menggema memenuhi ruangan istana Thedas. Raut wajahnya memancarkan kepuasan dan kesenangan. Dia tidak berhenti untuk tertawa puas."Pergilah!" Usirnya pada prajurit itu.Setelah prajurit itu pergi, Raja Charles kembali tertawa puas. Bahkan saat kedatangan Julian pun pria itu itu masih terus tertawa di atas singgasana nya.Julian menatap ayahnya dengan aneh. Apa ayahnya sudah gila? Pikiran Julian melaknat seketika."Ada apa denganmu?" Tanya Julian mengehentikan tawa sang ayah.Raja Charles menoleh pada Putranya itu. Kemudian tersenyum simpul dengan penuh makna. "Kemarilah Julian, aku mempunyai kabar baik." Seru nya."Kabar apa?" Tanya Julian tanpa basa-basi.Raja Charles semakin tersenyum lebar. "Prajurit kita berhasil mengacaukan Neverland. Mungkin sebentar lagi mereka akan menyerah." Ungkap Raja Charles diiringi tawa gelagarnya.Julian tidak bereaksi apapun. Dia hany

  • Prince and princess of rule   Part 04

    ...Suara pedang yang saling beradu, berdenting keras memenuhi halaman istana. Hari ini, Julian tengah melatih dirinya bersama para prajurit. Dengan kelihaain dan ketangkasannya, Julian berhasil menghalau setiap serangan dari prajurit yang saat ini tengah berlatih bersama dengannya. Sudut bibirnya tertarik sedikit, saat Julian berhasil mengalahkan prajurit itu. Kali ini dia menang. Julian berbangga diri karena dengan kemampuan berlatihnya dia berhasil mengalahkan prajurit itu. Ekor matanya melirik tajam kesetikar, lalu dengan sekali lemparan Julian melempar pedang yang menganggur hingga melayang dan mendarat tepat pada seseorang, dengan sigap seseorang itu menangkap sempurna pedang yang Julian lemparkan barusan."Kemarilah Duck, aku membutuhkan lawan." Seru Julian dengan satu alisnya yang terangkat.Duck menatap heran pada Julian. "Kau menantang ku, Pangeran?" Tanya Duck, melangkah mendekat."Iya!" Duck mendengus pelan, lalu menuruti apa yang Pangeran Thedas ucapkan. Kini mereka ber

  • Prince and princess of rule   Part 05

    ...Kiranya sudah beberapa kali Julian terus mendengus kesal. Pasalnya, hari ini merupakan hari dimana dirinya mengantar Eudora untuk berjalan-jalan keluar istana. Jika bukan karena perintah dan paksaan dari ayahnya, Julian tidak akan pernah mau mengantar wanita itu.Dengan bersedekap dada, Julian menunggu Eudora yang sejak tadi tidak kelihatan batang hidungnya. Julian terus berdecak sebal karena dirinya harus menunggu lama wanita itu keluar. Hingga akhirnya sosok Eudora terlihat keluar dari dalam istana, Julian mendelik malas melihat wanita itu yang berjalan dengan begitu lama. "Pangeran?—""Cepat naik!" Sela Julian memotong ucapan Eudora. Tanpa menunggu, Julian sudah lebih dulu masuk kedalam kereta kuda yang sudah disiapkan oleh prajurit.Eudora berdecak samar, dia mendengus kasar melihat sikap dingin dan cuek dari Pangeran Julian. Dengan hentakan kesar, Eudora menyusul Julian dan duduk disamping pria itu. Walaupun Julian terlihat terus menggeser posisi agar tidak terlalu dekat den

  • Prince and princess of rule   Part 06

    ...Pagi ini Julian mendapatkan kemarahan dari sang ayah. Kejadian yang menimpa Putri Eudora kemarin, membuat Raja Charles mengomel dan menyalahkan Julian yang tidak bisa menjaga Eudora dengan baik. Kini paviliun istana hanya diisikan dengan omelan dari Raja Charles untuk Julian. Sementara Julian hanya mendengarkan dengan malas celotehan panjang dari ayahnya itu."Kau benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa kau membiarkan Eudora pulang dalam keadaan seperti itu?!" Seru Raja Charles dengan tatapan tajam pada sang putra.Julian mendelik pada ayahnya. "Kenapa ayah marah padaku? Salahkan dia yang ceroboh." Dengus Julian membela diri.Raja Charles mendengus kasar. "Tetap saja. Kau sebagai pria, seharusnya menjaga Eudora dengan baik." Tutur Raja' Charles dengan tajam."Aku bukan pengawalnya, kenapa aku harus menjaganya!" Bantah Julian. Melihat sikap keras kepala Julian membuat raja Charles memijit kepalanya pening. Lalu menatap kembali Julian dengan tatapan yang serius."Dia calon istri m

  • Prince and princess of rule   Part 07

    ...Di balkon istana dengan bersuasana kan langit malam disertai angin dingin yang berhembus, disanalah Julian berdiri. Kedua tangannya bertopang pada pembatas balkon dengan pandangan lurus ke depan. Lagi-lagi pikiran Julian berkelana pada kejadian tadi sore. Mengingat itu membuat senyum tipis terpatri di bibirnya. Wajah cantik itu, dengan kedua pipi yang merona serta bibir merah muda alaminya dan bola mata abu-abu yang indah. Entah kenapa membuat Julian tidak bisa untuk melupakannya. Tatapannya yang lembut dan polos membuat Julian seperti terhipnotis oleh nya. Julian tersenyum sendiri hanya karena memikirkan hal itu kembali. Mendengus geli saat bayang-bayang wajah dari gadis itu terlintas di kepalanya. Dia cantik dan manis. Julian terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, sehingga tidak menyadari jika seseorang kini berjalan menghampirinya. Duck, mengerutkan keningnya. Menatap heran pada Pangeran Julian yang tersenyum sendiri di sana.Tunggu! Pangeran Thedas tersenyum seorang diri?

  • Prince and princess of rule   Part 08

    ...Pagi ini dengan giat Julian berlatih seorang diri di halaman belakang istana. Gerak tubuhnya begitu lincah dengan sebelah tangan yang membawa sebuah pedang. Julian fokus dengan wajah yang serius dan sorot mata yang tajam. Tidak sedikitpun dirinya menoleh pada apapun.Ini merupakan kegiatan rutin yang terkadang Julian lakukan untuk melatih kemampuan dirinya. Biasanya Julian berlatih ditemani Duck, tapi kini Julian hanya ingin berlatih seorang diri saja. Selain itu juga, dia sedang malas untuk bertemu dengan siapapun. Mungkin karena suasana hatinya yang tengah dalam keadaan yang kurang baik."Julian!" Fokus Julian harus tersadar saat panggilan seseorang dari arah belakang menyerunya. Menegakkan badan, Julian hanya menoleh sebatas bahunya. Melirik dengan malas pada seseorang yang datang menghampirinya. Itu Eudora, yang tengah berdiri dibelakang Julian dengan membawa nampan perak di tangannya serta senyum lebar yang tidak pernah pudah dari bibirnya.Langkah kaki Eudora semakin terden

  • Prince and princess of rule   Part 09

    ...Benar saja, sesuai perintah raja. Julian dan rombongan mereka tiba di Neverland sebelum matahari terbit. Itu artinya subuh sekali mereka datang kesini. Dalam kesunyian hanya ada derap langkah mereka yang terdengar. Julian memimpin langkah mereka di depan. Dibalik kain hitam yang menutup setengah wajahnya, Julian mengamati sekitarnya dengan sorot tajam namun penuh kewaspadaan."Pangeran, dimana kita akan tinggal?" Tanya Duck."Haruskah aku mencari penginapan di sini?" Julian terdiam. Sebelum kemudian membalas nya. "Tidak. Kita bisa membangun tenda di dekat hutan," balas Julian."Baiklah." Sahut Duck mengangguk patuh. Dia tidak menyela ataupun menolak perkataan dari Julian. Mereka semua menurutinya, lagipula mungkin itu akan lebih aman untuk mereka agar tidak dicurigai oleh warga disini.Dirasa sudah menemukan tempat yang sesuai, Julian pun memerintah rombongan nya untuk berhenti dan segera membangun tenda untuk mereka beristirahat. Dengan patuh, mereka menurut. Semuanya bekerja un

  • Prince and princess of rule   Part 10

    ..."Pangeran, kau yakin akan melakukan hal ini?" Tanya Duck dengan sedikit ragu.Julian menoleh menatap Duck dengan datar. "Kenapa?" Tanya Julian.Duck terdiam sejenak. Lalu membuka suaranya. "Bagaimana jika mereka mengenalmu? Bukankah itu akan sangat berbahaya?" "Kau meragukan aku, Duck?" Ujar Julian menaikkan satu alisnya. Menatap Duck dengan memicing.Dengan cepat Duck menggeleng. "Tidak. Aku hanya mencemaskan mu saja." Balas Duck.Julian hanya terkekeh pelan. "Tidak perlu mencemaskan ku. Aku akan selalu baik-baik saja." Ujar Julian yakin."Baiklah. Tapi, katakan padaku jika kau membutuhkan bantuan." Putus Duck pada akhirnya. Dia tidak bisa menahan Pangeran Julian lagi."Kau tenang saja." Hanya itu balasan yang Julian lontarkan.Setelah itu Julian bersiap menuju kudanya. Menutup wajahnya dengan kain hitam yang selalu ia gunakan. Hari ini, Julian akan melakukan rencana nya. Julian memacu kudanya dan berlalu pergi dari sana. Ditempatnya Duck hanya bisa menatap lurus kepergian Pange

Bab terbaru

  • Prince and princess of rule   Part 62

    ...Julian melompat dari kudanya dengan terburu-buru. Tungkai jenjangnya melangkah begitu lebar. Raut cemas dan penuh khawatir terlihat jelas di wajah dinginnya. Tanpa peduli dengan beberapa prajurit yang memberinya salam hormat, Julian terus melangkah masuk ke dalam istana. "Yang Mulia!" Panggil Duck mengejar langkah Julian. Seakan tuli, Julian tidak sama sekali mendengar seruan dari Duck. Julian hanya terus melangkah untuk mencapai tujuannya. "Di mana Anne?!" Seru Julian sedikit meninggi. Ratu Maria menoleh begitu melihat Julian yang datang secara tiba-tiba. Wanita yang tidak lagi muda itu menghampiri Julian untuk mengusap bahunya menenangkan. "Anne ada di dalam. Dia sedang diperiksa oleh tabib." Julian mendengus kasar mendengar ucapan ibunya. Setelah mendapat kabar dari Duck jika Anne pingsan di istana membuat Julian kalut. Julian yang tengah berburu lantas bergegas pulang ke istana. Bahkan dia meninggalkan busur panahnya di hutan karena terlalu mencemaskan Anne. Sabar bukan

  • Prince and princess of rule   Part 61

    ...Seluruh rakyat Thedas berbahagia. Hari ini tepatnya adalah hari di mana pernikahan Anne dan Julian digelar. Suasana bahagia menyelimuti semua orang. Setelah pewarisan tahta kerajaan kepada Julian, mereka segera menggelar pesta pernikahan. Kini Julian dan Anne ditetapkan sebagai ratu dan raja Thedas. Senyum ratu Maria merekah melihat Anne dan Julian di atas altar. Keduanya terlihat begitu serasi. Seketika ratu Maria mengingat raja Charles. Jika saja raja Charles masih ada di sini pasti ia juga akan sangat bahagia melihat Julian yang menikah dengan Anne. "Kalian sudah resmi menjadi suami istri. Yang Mulia bisa mencium kening ratu sebagai simbol kasih sayang," ujar seorang pendeta. Julian maju beberapa langkah hingga tidak ada jarak lagi antara dirinya dan Anne. Mengangkat dagu Anne dengan jari telunjuknya. Mata tidak pernah bisa berbohong. Julian menatap Anne penuh damba dan binar cinta. Hari ini Anne begitu cantik dan anggun. Kedua pipi putihnya terlihat merah merona menahan mal

  • Prince and princess of rule   Part 60

    ..."Eudora!" Tepat saat ujung pisau itu mengenai leher Anne, teriakan seseorang menghentikan aksi gila dari Eudora. Itu Julian yang datang dengan wajah yang tajam. Disusul oleh Duck dan juga raja Eggar. Mereka datang di waktu yang tepat. "Lepaskan Anne!" Sentan Julian. "Tidak! Aku tidak akan melepaskan gadis sialan ini! Kau tahu Julian, karena gadis ini pernikahan kita batal! Karena gadis ini juga hidupku hancur! Aku tidak akan melepaskannya sebelum aku membunuhnya!" Julian semakin berang di sana. Dia melirik Anne yang sudah meringis kesakitan. Eudora sangat gila dan nekat. "Eudora! Apa-apaan kau ini! Lepaskan dia!" Sahut raja Eggar. Lagi-lagi Eudora menggeleng. "Tidak ayah! Sudah aku bilang jika aku akan membunuh gadis ini!" Raja Eggar menekan pelipisnya melihat tingkah dari putrinya. Seharusnya raja Eggar tidak usah mengijinkan Eudora untuk ikut bersamanya. Sementara itu, Julian mulai memberi kode pada Duck lewat tatapannya. Seakan mengerti Duck lantas mengangguk. Diam-dia

  • Prince and princess of rule   Part 59

    ...Jika ada kebahagiaan, tentu pasti juga akan ada kesedihan. Itulah yang saat ini tengah dirasakan seluruh rakyat Thedas. Kesedihan merundung mereka ketika kabar kematian raja Charles terdengar. Hal itu mengejutkan semua orang termasuk pihak keluarga istana. Semuanya seperti mimpi. Bagaikan tersambar kilatan petir, mereka seakan tidak percaya dengan kabar duka ini. Termasuk ratu Maria, dia menangis pilu menerima kenyataan jika suaminya telah tiada. Begitupun dengan Julian. Padahal baru kemarin ia berbincang bersama ayahnya, tapi Julian tidak menyangka jika kemarin adalah perbincangan terkahirnya dengan raja Charles. Dengan tatapan yang kosong Julian menatap jasad raja Charles yang sudah siap untuk dikremasi. Wajahnya memang tidak menampilkan kesedihan sedikitpun, tapi jauh di dalam hatinya, Julian teramat merasakan kesedihan. "Pangeran, ini sudah waktunya." Julian mengangguk saat mendengar instruksi dari Duck. Perlahan Julian mengambil sebuah obor untuk membakar jasad raja Charl

  • Prince and princess of rule   Part 58

    ...Julian tidak menduga jika raja Charles pada akhirnya merestui dirinya dengan Anne. Bahkan mulai sekarang raja Charles sudah bisa menerima Anne di Thedas. "Apa yang membuat ayah merestui aku dan Anne?" Tanya Julian melirik sekilas. Setelah sejak tadi lama terdiam, Julian memutuskan untuk membuka suaranya. Dia hanya ingin memastikan jika ucapan ayahnya bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Sepenuhnya Julian masih belum bisa yakin jika kini raja Charles mau menerima Anne. Bagaimana jika ini hanya sebuah jebakan ayahnya untuk menyakiti Anne lagi? "Karena aku tahu jika kalian saling mencintai," jawab raja Charles tersenyum simpul. Namun Julian masih belum puas. Dia memperhatikan sang ayah lebih lekat untuk mencari kebohongan dan dusta di sana. Sadar akan itu lantas raja Charles pun terkekeh kecil. "Julian, aku tahu kau masih ragu padaku. Tapi percayalah, kali ini aku benar-benar mengatakan dengan serius." Julian mendengus dingin. Apa harus ia percaya pada ayahnya setelah semua

  • Prince and princess of rule   Part 57

    ...Anne menatap lurus gerbang istana Thedas. Setelah sekian lama berlalu Anne kembali lagi ke sini. Anne menolehkan kepalanya ketika merasakan genggaman tangan Julian yang erat dan hangat. Julian melirik Anne sembari tersenyum kecil yang langsung dibalas oleh Anne dengan senyuman lagi. Rasa gugupnya sedikit berkurang berkat Julian. Nyatanya usapan lembut di tangannya berhasil menetralkan degup jantungnya. Mengikuti langkah Duck yang berada di depan, Julian dan Anne berjalan memasuki istana Thedas. Netra tajam Julian memperhatikan seisi istana. Duck benar, kini keadaan Thedas terlihat berbeda dari terakhir kali Julian pergi. Istana Thedas sedikit redup dengan prajurit yang tidak sebanyak dulu. Mungkin sebagian prajurit memilih pergi meninggalkan Thedas karena tidak adanya yang memimpin Thedas sehingga membuat istana Thedas kacau. "Semenjak raja sakit, banyak di antara warga istana yang meninggalkan Thedas. Terlebih perekenomian kerajaan yang berantakan menyebabkan sebagian rakyat T

  • Prince and princess of rule   Part 56

    ...Napas Anne tersengal tidak beraturan. Gadis itu terus berlari tanpa peduli dengan tubuhnya yang semakin lelah. Sementara di belakang sana ikut terdengar langkah kaki yang mengikutinya. Anne terus melirik ke belakang disertai wajah paniknya. Tadi saat dia baru saja pulang dari kedai bibi Maden, tiba-tiba ada beberapa orang yang mengikutinya. Menyadari jika itu sebuah bahaya, maka dari itu Anne berlari guna menghindari mereka. Akan tetapi beberapa orang itu justru malah mengejar Anne. Sekarang Anne menyesal karena melarang Julian untuk mengantarnya. Seharusnya tadi Anne tidak menolak saat Julian memaksa annne untuk diantar ke kedai bibi Maden. Karena memang pada dasarnya Anne itu keras kepala alhasil dia harus menerima penyesalan itu. Di tengah pelariannya Anne tersandung oleh sebuah akar. Akhirnya tubuh kecilnya terjatuh ke tanah diikuti dengan ringisan pelan dari bibirnya. Anne mendongak dan beringsut mundur saat eksistensi beberapa orang itu terlihat dan semakin dekat denganny

  • Prince and princess of rule   Part 55

    ...Kini hubungan Julian dan Anne sudah membaik. Bahkan keduanya tampak begitu dekat sekarang. Seperti saat ini, dengan mesra Julian memeluk Anne dari belakang. Menumpu dagunya di bahu sempit gadis tercintanya. Sedangkan Anne menahan napasnya karena gugup. "Julian, jangan seperti ini. Aku tidak bisa bergerak," ujar Anne mencoba untuk melepaskan pelukan Julian tapi itu percuma saja. Anne menghela napasnya. Karena pelukan Julian, Anne kesulitan untuk memindahkan kue-kue itu ke keranjang. Hari ini ia harus mengirim kue-kue ini lagi kepada bibi Maden dengan tepat waktu. Akan tetapi jika seperti ini kemungkinan Anne akan terlambat sebab Julian yang sejak tadi terus menghambatnya. "Tidak, Anne. Aku tidak ingin melepaskanmu lagi." Julian bergumam pelan. Menutup kedua matanya rapat. Julian pernah menyesal karena Anne yang pergi dari hidupnya. Dan sekarang Julian tidak ingin hal itu terulang kembali. Karena kehilangan Anne sama saja kehilangan separuh jiwanya. "Ish ... Julian! Aku harus p

  • Prince and princess of rule   Part 54

    ..."Jadi apa aku sudah dimaafkan?" Ujar Julian setelah pelukan mereka terlepas. Anne mendongak dan manik mata lugunya membalas tatapan Julian padanya. Ia hanya terdiam tanpa membalas ucapan Julian. "Aku tidak tahu," jawab Anne kemudian seraya menghela napasnya. Jawaban yang terdengar ambigu membuat Julian mengerutkan keningnya tajam. Itu bukan yang ingin ia dengar dari Anne. "Tapi ..." Anne menggantungkan ucapannya diikuti dengan Julian yang menoleh padanya. "Aku tidak tahu, Julian. Aku ingin marah dan membencimu, tapi aku tidak bisa. Semakin marah padamu aku semakin memikirkanmu," ungkap Anne. Julian tersenyum tipis. Menelisik ke arah manapun yang Julian lihat hanya kepolosan dan kejujuran. Apa yang Anne katakan tidak sedikitpun ada kebohongan di sana. Tatapan lembut dari gadis itu mengatakan segalanya. Satu kecupan singkat di bibirnya membuat Anne tersentak kaget. Dia menatap Julian sebal karena selalu bertindak sesuka hati. Sedangkan Julian hanya terkekeh kecil melihat resp

DMCA.com Protection Status