Vio menggandeng cepat tangan Cia begitu kuliah mereka selesai siang ini.
“Gue laper, Cia, buruan dong keburu kantin ramai,” ujar Vio sambil menarik paksa tangan Cia yang terseok mengikutinya. Jordi masih di kelas, membahas beberapa hal bersama teman-teman mereka lain terkait tugas yang dosen berikan tadi. Harusnya Vio dan Cia pun ikut dalam pembahasan itu, namun perut melilit Vio sepertinya tak bisa di ajak kompromi.
Di kantin yang belum terlalu ramai, dengan sabar Cia menunggui sahabatnya yang asyik menikmati semangkuk mie ayam dengan penuh kenikmatan. Dia sendiri hanya menikmati segelas jus alpukat kesukaannya.
“Kamu laper apa doyan sih, Vi?” tanya Cia merasa geli melihat Vio yang begitu fokus dan cepat memindahkan isi mangkok beralih menjadi isi perutnya.
“Laper dan doyan,” jawab singkat Vio yang semakin membuat Cia terkikik geli.
“Hei … “ sapa seseorang yang tiba-tiba menyeret kursi dan iku
“Kalian berdua baik-baik saja, kan?” tanya Vendra cukup cemas ketika Clara dan Yolanda benar sudah berlalu dari sekitaran mereka. Di perhatikannya secara bergantian Cia dan Vio yang hanya diam saja, namun begitu mendengar pertanyaan Vendra keduanya segera menyunggingkan senyuman yang bisa di artikan bahwa mereka tak kenapa-kenapa. Vendra menghela nafas lega. “Kak, jadi Kak Vendra beneran tidak sedang pacaran dengan Clara?” tanya Vio memastikan tak bisa menyimpan rasa penasaran besar di hatinya. Vendra menatap lurus ke arah Vio, kemudian berganti ke arah Cia. Dua gadis itu nampak sama-sama diam menunggu klarifikasi dari cowok di hadapan mereka. “Seperti yang tadi kalian dengar dengan jelas,” jawab Vendra dengan wajah serius sambil beranjak berdiri, bersiap membayar apa yang tadi dia pesan berikut makanan minuman Cia dan Vio. Vio dan Cia hanya saling menatap bergantian, kemudian beralih menatap punggung Vendra yang sedang membelakangi keduanya k
Vio menunduk di depan Aka. Jujur, ada rasa tak nyaman yang menderanya tiap kali berdekatan dengan pasangan setia dua orang sahabatnya ini. Setiap kali, rasa bersalahnya pada Rega akan muncul meski sejujurnya sampai dengan saat ini hubungannya dengan Jordi pun tidak berkembang sebagaimana mestinya, belum bisa di sebut bahwa mereka adalah pasangan yang sedang pacaran.Vio dan Jordi menikmati kebersamaan yang ada saat ini tanpa status pasti, sebut aja dengan istilah viral jaman sekarang Hubungan Tanpa Status, meski di hati masing-masing mereka tahu bahwa setiap momen kebersamaan dan sikap yang di tunjukkan tak jauh dari ungkapan rasa penuh kasih sayang yang sama.“Vi, kapan Kak Rega jadi pulang?” tanya Aka dengan tiba-tiba.Vio mendesah lesu dan pasrah sebelum menjawab.“Terakhir dia bilang mungkin seminggu lagi,” jawab Vio tanpa berani melihat ke arah Aka.“Kamu sudah mempersiapkan hati dan semuanya untuk menghadapi tuna
Vio menunggu Rega di pintu kedatangan internasional bandara dengan berjuta rasa. Separuh hatinya ada di samping Jordi yang sejak pagi tak memberinya kabar, bahkan untuk sekedar membalas entah berapa pesan yang telah dia kirimkan. Sedangkan separuhnya lagi merasa cukup penasaran dengan bentuk pertemuan seperti apa yang akan terjadi beberapa saat lagi ketika sejujurnya hatinya tak menunggu momen ini dengan sepenuhnya.Sekian menit kemudian, Via melihat seorang pemuda tinggi tegap dan tampan yang berjalan santai ke arahnya. Dia tak setampan Jordi tapi bisa di katakan juga bahwa Rega adalah sosok cowok kekinian yang sangat menawan. Penampilannya nampak tenang dan dewasa. Usia mereka yang terpaut sekitar lima tahun membuat Vio sangat suka berlaku manja pada cowok ini. Itu kemarin-kemarin entah apa yang akan terjadi mulai hari ini.Ketika jarak Vio dan Rega terkikis menjadi semakin dekat, cowok itu menyunggingkan senyum lebarnya sambil merentangkan kedua tangan sebagai isyar
Jam sudah menunjuk angka sepuluh malam lebih. Sejak jam sembilan tadi Vio sudah pamit kepada orang tuanya untuk masuk kamar, sedangkan Rega justru sebelum itu. Selesai makan malam cowok itu segera minta ijin pada kedua orang tua Vio yang sudah lengkap berada di rumah semua beserta pamit ke Vio juga untuk masuk kamar dengan alasan masih merasa sangat capek, ingin mulai menikmati tidur sepuasnya menghilangkan jetlag dan rasa seolah-seolah masih berada di dalam pesawat seperti di jam yang sama di hari kemarin. Sudah sejam di dalam kamar dan Vio tak berhasil menghalau khawatir dan kegalauannya. Jordi tak ada kabarnya, pesan yang dia kirim tak berbalas. Boro-boro di balas, di baca pun tidak. Vio merasa rindu dan merasa sangat bersalah pada cowok itu. Haruskah dia meneleponnya sekarang? Vio membolak balikkan ponsel di tangannya. Sesekali melihat last seen nomor Jordi dari layar chat-nya. Bahkan cowok itu baru membukanya lima menit yang lalu tapi kenapa bahkan pesa
Pagi yang sangat cerah di pelataran kampus.Vio sudah meminta supaya Rega mengantarnya cukup sampai depan pagar kampus saja. Namun cowok tunangannya itu memaksa mengantar sampai parkir dan bahkan sampai menuju ke kelas dengan alasan ingin sekalian jalan-jalan di kampus swasta terbaik di Kota Surabaya ini.“Kak Rega nggak bingung kan nyari tempat parkirnya tadi?” tanya Vio cukup khawatir, mengingat ini adalah pertama kalinya Rega masuk ke kampus besarnya dan kebetulan lokasi gedung fakultasnya dengan tempat parkir lumayan jauh.“Kalaupun bingung masih bisa nanya kan, nih punya kentongan bisa di gunakan,” jawab Rega sambil menunjuk ke bibirnya sendiri yang pada akhirnya membuat Vio tersenyum.“Ya udah, kakak pulangnya hati-hati, ya. Nanti aku bareng sama teman-teman aja karena abis UAS ada jam praktek di lab,” pesan Vio.“Iya ibu dokterku sayang, aku mau jalan-jalan ke mall deket sini dulu, mumpung lagi gabut
Selesai makan soto ayam lamongan bersama di kantin kampus, Aka mengantar Cia menuju tempat ujian prakteknya. Tak sampai depan ruang pas, tapi hanya sampai di ujung lorong yang kira-kira masih lima puluh meter lagi mencapai laboratorium.“Aku ke basecamp UKM teman-teman aku ya sayang, nanti kalau selesai praktek langsung telepon aja,” pamit Aka yang setelah mengacak sayang poni rambut Cia segera berlalu pergi meninggalkan gadis yang juga segera berjalan menuju ruang prakteknya.Dengan santai Cia berjalan seorang diri. Jordi dan Vio tak kelihatan, entah mereka sudah di dalam atau bahkan masih belum datang. Belum sampai mencapai pintu ruang laboratorium, tiba-tiba seseorang menghentikan langkah Cia dengan suara beraninya.“Berhenti kamu gadis ganjen penggoda sok alim,” suara Clara menggema di lorong yang nampak sepi itu.Cia memelankan langkahnya, ternyata Clara datang dari arah yang lain. Tetap dengan santai Cia berjalan semakin mend
Ujian semester sudah berakhir. Hati Cia berbunga pada hari ini, tak hanya karena tugas berfikir beratnya telah usai tapi lebih kepada malam ini ada janji baginya dan teman-temannya berkumpul barbequan di halaman rumahnya untuk menghabiskan malam minggu mereka. Yang lebih membahagiakan lagi adalah, Merlin dan Arya pun saat ini sedang berada di Surabaya, mereka tiba dari Yogyakarta kemarin malam tapi karena lelah mereka baru say hello doang via telepon. Sedangkan Flo dan Vendra juga tengah pulang dari Australia, baru tiba dengan pesawat pagi tadi. Florida si cempreng saat ini sudah bermanja pada kakak sepupu tersayangnya itu. Jadi ceritanya ujian semester mereka sudah selesai duluan, sehingga bisa pulang segera ke kota tercinta ini. “Cia, jadi nanti si Vio dan Jordi datang juga?” tanya Florida ratu kepo sejagat. “Nggak cuma Vio dan Jordi, Kak Rega katanya juga mau ikut datang.” “Wow, aku nggak tahu harus kasian atau memuji pada Vio ya, Cia. Gadis tomboi tapi te
Vio berusaha membaur dengan baik di antara ketiga cewek lain yang begitu ramai dan ceria. Sesungguhnya dirinyapun termasuk karakter yang seperti mereka juga, hanya saja kondisi saat ini membuatnya serasa tak berpinjak di tanah dengan benar. Hatinya kemana, tapi matanya harus kemana. Ketiga temannya yang menyadari sikon Vio berusaha membantu gadis itu supaya tetap memiliki keceriaan di acara malam ini. Mereka tak banyak membaur dengan para cowok, justru seringkali memisahkan diri dengan menyiapkan makanan atau sibuk dengan hal yang lain. Namun sayangnya momen cewek-cewek dan cowok-cowok itu harus terjeda sesaat ketika makanan hasil bakar mereka sudah banyak yang siap untuk di santap. Tak bisa di hindari, mereka harus makan bersama dalam satu meja. Florida berlari mendekati Vandra yang merengek minta di ambilkan daging sapi siap santap. Entah kenapa cowok tengil itu tak peka dengan situasi yang ada, karena ternyata dia tetap bermanja pada pacarnya. Sepertinya di