Malam itu, video pendek Natalia dan Hadi tersebar di Internet.Anna dan aku menulis rangkuman singkat tentang keseluruhan kejadian dan menempelkannya di dinding pengakuan.Kami memasangnya tidak hanya di dinding kampus kami, tetapi juga di dinding pengakuan beberapa kampus sekitar.Anna punya akun sendiri, kami menghabiskan seluruh uang kami untuk mempromosikannya sehingga kejadian itu meledak di internet dalam sekejap.Aku juga berhasil menjadi terkenal.Banyak gadis yang memuji keberanianku dan mengatakan perilakuku adalah perilaku anti-pornografi sejati.Di saat bersamaan aku menjadi semakin terkenal, reputasi Natalia dan Hadi menjadi semakin buruk.Yang pertama adalah Natalia, dia putus kuliah setelah kejadian ini.Kudengar keluarganya adalah keluarga yang sangat sederhana, orangtuanya bangga dengan prestasi akademisnya sejak dia masih kecil.Ibu Natalia ingin menonjol dengan menumpang prestasi Natalia, sehingga dia bisa menonjolkan diri ke sekeliling.Ternyata setelah Natalia kuli
Fotoku yang sedang menerima beasiswa bergengsi dipajang di laman web kampus.Di bawah foto itu, terdapat tulisan."Pengakuan ke-23 buat Vania Halim. Dia cantik sekali, ya. Boleh nggak kenalan kalau memang belum punya pacar?"Beberapa menit kemudian, belasan komentar menyertai unggahan itu."Ya ampun, Vania cantik banget! Sudah kayak tokoh utama di novel-novel!""Wah! Aku juga mau nomornya Kak Vania!"Aku terus menggulirkan komentar ke bawah dengan ekspresi datar hingga akhirnya melihat sebuah komentar panjang yang ditinggalkan oleh Jayden Yular."Ya ampun, matamu buta, ya? Masa iya kamu suka pada Vania? Kamu tahu nggak kalau dia itu 'bus' terkenal di kampus kita? Siapa pun bisa 'menaiki'nya asalkan punya uang. Dia sudah melakukannya dengan semua siswa laki-laki, tahu."Komentar Jayden itu pun segera dibalas."Ini orang gila dari mana, sih? Seenaknya saja menyebarkan gosip."Entah kata-kata mana yang menyinggung hati Jayden, yang jelas lama sekali dia baru menjawab."Gosip apa? Aku mema
"Oh, jadi maksudmu ini semua benar? Aku nggak ingat pernah dilecehkan atau semacamnya, jadi aku pasti dibuat pingsan. Kamu bilang kamu melihatnya sendiri, 'kan? Ayo ikut aku ke kantor polisi buat memberikan kesaksian, aku akan menuntut pelakunya."Suaraku membuat orang-orang jadi menaruh perhatian mereka kepada kami. Mereka semua langsung menundukkan kepala dan sibuk membahas topik sehangat ini.Tidak sampai dua menit kemudian, kami sudah dikerubungi banyak orang.Jayden sontak menjadi agak panik, dia segera meminta maaf lagi kepadaku, "Aku salah bicara, Vania. Aku cuma asal bicara bilang kamu sudah ditiduri semua siswa di kampus."Jayden pun mengeluarkan ponselnya dan langsung menghapus kedua komentar itu."Tuh, Vania, komentarku sudah kuhapus. Kamu nggak usah mikirin masalah ini lagi.""Iya, Nia, Jayden juga bukannya berniat jahat," timpal Natalia berusaha meredakan situasi. "Mungkin saja dia salah lihat foto dan salah mengenalimu. Tolong maafkan dia."Salah lihat foto?Mungkin saja
Di kehidupan yang sebelumnya, aku menonton video pendek itu sesaat setelah menjadi viral.Wajah laki-laki dan perempuan yang terekam memang kabur, yang terlihat hanyalah gerakan mereka berdua.Yang laki-laki tidak ketahuan siapa, tetapi semua orang mengira yang perempuan adalah aku gara-gara komentar Jayden.Berulang kali aku membela diri dengan mengatakan bahwa perempuan itu bukanlah aku. Aku bahkan belum pernah menyentuh tangan laki-laki manapun semenjak kecil.Namun, tidak ada yang percaya padaku.Waktu itu aku lapor polisi, tetapi dosenku malah menindasku.Dia menyuruhku menemuinya di ruangannya. Dia bilang yang terpenting bukanlah kebenaran, tetapi jangan sampai perbuatanku mencoreng nama baik kampus. Dia juga mengatakan bahwa pihak kampus sudah siap untuk mengeluarkanku.Aku sedih sekali, aku mati-matian mengatakan bahwa orang di dalam video itu bukanlah aku.Dosenku pun berkata, "Sebagai dosenmu, aku percaya betul padamu, tapi nggak dengan teman-temanmu. Kejadian ini juga berpen
Sepertinya nada bicaraku serius sekali karena polisi sudah datang tidak sampai 10 menit kemudian."Siapa yang tadi telepon polisi?""Saya! Pak Polisi, cepat ke sini!" Aku bergegas menyambut polisi yang datang. Orang-orang yang tadi berkerumun juga langsung bubar.Setelah polisi masuk, aku langsung berkata sambil menangis, "Pak Polisi, saya dilecehkan sekitar sebulan yang lalu, tapi saya nggak ingat apa-apa. Mungkin karena dibius. Tolong Pak Polisi jangan pikir saya hanya bercanda, saya punya saksinya."Aku pun menunjuk Jayden di sebelahku.Polisi itu mencatat laporanku, lalu bertanya kepada Jayden, "Apa kamu melihat korban dilecehkan? Kapan?""Saya … saya … saya nggak tahu!" gagap Jayden dengan ketakutan saat polisi muncul. "Saya nggak tahu apa-apa, Pak Polisi!"Polisi itu kembali menatapku.Aku pun menangis lebih kencang lagi. "Dia tahu, Pak Polisi! Semua orang juga tadi dengar! Dia bahkan punya videonya!"Aku menatap Jayden dan berujar dengan nada memohon, "Jayden, apa kamu takut kar
"Kamu saja nggak lihat wajah gadis itu, jadi gimana caranya kamu tahu kalau dia itu Vania?" Polisi itu kembali bertanya dan mengarahkan pembicaraan pada topik semula.Jayden mengatakan bahwa dia memang tidak melihat wajah si perempuan, tetapi dia melihat pakaiannya.Dia melihat pakaian itu lagi di balkon asrama kami. Saat dia bertanya kepada Natalia, pacarnya itu mengatakan bahwa pakaian itu milikku.Aku pun menangis lebih kencang lagi."Pak Polisi sudah dengar semua, 'kan? Aku yakin perempuan itu aku! Tolong cepat tangkap pelakunya, Pak Polisi!"Polisi itu pun akhirnya menuruti desakanku dan menghubungi Hadi Noma, dosenku.Hadi masih ada di lingkungan kampus, jadi 10 menit setelah menerima telepon dari polisi itu, dia pun tiba.Dia juga mengajak satpam ikut serta.Hadi pun mengisyaratkan satpam itu untuk mengusir para siswa yang mengerumuni kami.Tidak hanya siswa dari kampus kami, tetapi para siswa dari kampus tetangga ikut berkerumun untuk menyaksikan kehebohan ini. Mereka semua ber
"Mustahil …. Kok bisa …." Orang yang pertama kali angkat bicara adalah Anna. Dia menatap Natalia dengan kaget, lama sekali dia hanya terdiam.Ekspresi Natalia tampak begitu malu.Ekspresi Jayden juga berubah. Dia meminta petugas itu untuk memeriksa dengan lebih cepat. "Nggak, nggak mungkin dia. Coba cek lagi, jangan-jangan ada orang lain di belakangnya."Namun, tidak ada yang pergi ke hutan hari itu karena sedang libur. Itu sebabnya mereka berdua memilih tempat itu.Rekaman kamera pengawas selama empat jam itu diputar 16x lebih cepat dan tidak ada orang lain yang keluar masuk hutan.Polisi itu pun menoleh menatap Hadi dan bertanya, "Ini bukan video hasil editan, 'kan? Apa yang sebenarnya terjadi?"Karena semuanya sudah terungkap, Hadi akhirnya mengakui kejahatannya.Demi mendapatkan beasiswa, Natalia mengobrol dan menggoda Hadi setiap hari.Hadi yang tidak kuat dengan godaan itu pun akhirnya melakukannya dengan Natalia.Sayangnya, pihak pemberi beasiswa lebih waspada kali ini. Hadi tid
Malam itu, video pendek Natalia dan Hadi tersebar di Internet.Anna dan aku menulis rangkuman singkat tentang keseluruhan kejadian dan menempelkannya di dinding pengakuan.Kami memasangnya tidak hanya di dinding kampus kami, tetapi juga di dinding pengakuan beberapa kampus sekitar.Anna punya akun sendiri, kami menghabiskan seluruh uang kami untuk mempromosikannya sehingga kejadian itu meledak di internet dalam sekejap.Aku juga berhasil menjadi terkenal.Banyak gadis yang memuji keberanianku dan mengatakan perilakuku adalah perilaku anti-pornografi sejati.Di saat bersamaan aku menjadi semakin terkenal, reputasi Natalia dan Hadi menjadi semakin buruk.Yang pertama adalah Natalia, dia putus kuliah setelah kejadian ini.Kudengar keluarganya adalah keluarga yang sangat sederhana, orangtuanya bangga dengan prestasi akademisnya sejak dia masih kecil.Ibu Natalia ingin menonjol dengan menumpang prestasi Natalia, sehingga dia bisa menonjolkan diri ke sekeliling.Ternyata setelah Natalia kuli
Masalah ini langsung tersebar luas.Hadi pun mendatangiku dan bertanya, "Apa-apaan ini, Vania? Bukannya kamu sudah setuju untuk tutup mulut?""Bukan saya yang bilang," sahutku sambil mengedikkan bahu."Terus, kok bisa semua orang tahu?" tanya Hadi dengan gelisah. "Waktu itu cuma ada kita, Natalia dan Jayden nggak mungkin bilang. Ini pasti ulahmu. Bapak 'kan sudah janji akan membereskan masalah ini, jadi kenapa kamu masih membocorkannya? Bapak ini masih dosenmu! Cepat unggah pernyataan kalau semua ini gosip palsu dan video itu hasil editan! Kalau nggak, lihat saja kamu nanti!""Sudah saya bilang saya nggak mengatakan apa-apa. Kalau Bapak nggak percaya, tanya saja ke polisi," sahutku menghadapi ancaman dosen satu ini.Setelah itu, aku langsung meninggalkan kantor Hadi.Keesokan harinya, aku bertemu orangtuaku.Begitu melihatku, ayahku langsung menamparku. "Dasar nggak tahu malu kamu, Vania! Katanya kamu main-main di kampus, hah!"Menatap dua orang yang mengintimidasi di hadapanku ini mem
"Mustahil …. Kok bisa …." Orang yang pertama kali angkat bicara adalah Anna. Dia menatap Natalia dengan kaget, lama sekali dia hanya terdiam.Ekspresi Natalia tampak begitu malu.Ekspresi Jayden juga berubah. Dia meminta petugas itu untuk memeriksa dengan lebih cepat. "Nggak, nggak mungkin dia. Coba cek lagi, jangan-jangan ada orang lain di belakangnya."Namun, tidak ada yang pergi ke hutan hari itu karena sedang libur. Itu sebabnya mereka berdua memilih tempat itu.Rekaman kamera pengawas selama empat jam itu diputar 16x lebih cepat dan tidak ada orang lain yang keluar masuk hutan.Polisi itu pun menoleh menatap Hadi dan bertanya, "Ini bukan video hasil editan, 'kan? Apa yang sebenarnya terjadi?"Karena semuanya sudah terungkap, Hadi akhirnya mengakui kejahatannya.Demi mendapatkan beasiswa, Natalia mengobrol dan menggoda Hadi setiap hari.Hadi yang tidak kuat dengan godaan itu pun akhirnya melakukannya dengan Natalia.Sayangnya, pihak pemberi beasiswa lebih waspada kali ini. Hadi tid
"Kamu saja nggak lihat wajah gadis itu, jadi gimana caranya kamu tahu kalau dia itu Vania?" Polisi itu kembali bertanya dan mengarahkan pembicaraan pada topik semula.Jayden mengatakan bahwa dia memang tidak melihat wajah si perempuan, tetapi dia melihat pakaiannya.Dia melihat pakaian itu lagi di balkon asrama kami. Saat dia bertanya kepada Natalia, pacarnya itu mengatakan bahwa pakaian itu milikku.Aku pun menangis lebih kencang lagi."Pak Polisi sudah dengar semua, 'kan? Aku yakin perempuan itu aku! Tolong cepat tangkap pelakunya, Pak Polisi!"Polisi itu pun akhirnya menuruti desakanku dan menghubungi Hadi Noma, dosenku.Hadi masih ada di lingkungan kampus, jadi 10 menit setelah menerima telepon dari polisi itu, dia pun tiba.Dia juga mengajak satpam ikut serta.Hadi pun mengisyaratkan satpam itu untuk mengusir para siswa yang mengerumuni kami.Tidak hanya siswa dari kampus kami, tetapi para siswa dari kampus tetangga ikut berkerumun untuk menyaksikan kehebohan ini. Mereka semua ber
Sepertinya nada bicaraku serius sekali karena polisi sudah datang tidak sampai 10 menit kemudian."Siapa yang tadi telepon polisi?""Saya! Pak Polisi, cepat ke sini!" Aku bergegas menyambut polisi yang datang. Orang-orang yang tadi berkerumun juga langsung bubar.Setelah polisi masuk, aku langsung berkata sambil menangis, "Pak Polisi, saya dilecehkan sekitar sebulan yang lalu, tapi saya nggak ingat apa-apa. Mungkin karena dibius. Tolong Pak Polisi jangan pikir saya hanya bercanda, saya punya saksinya."Aku pun menunjuk Jayden di sebelahku.Polisi itu mencatat laporanku, lalu bertanya kepada Jayden, "Apa kamu melihat korban dilecehkan? Kapan?""Saya … saya … saya nggak tahu!" gagap Jayden dengan ketakutan saat polisi muncul. "Saya nggak tahu apa-apa, Pak Polisi!"Polisi itu kembali menatapku.Aku pun menangis lebih kencang lagi. "Dia tahu, Pak Polisi! Semua orang juga tadi dengar! Dia bahkan punya videonya!"Aku menatap Jayden dan berujar dengan nada memohon, "Jayden, apa kamu takut kar
Di kehidupan yang sebelumnya, aku menonton video pendek itu sesaat setelah menjadi viral.Wajah laki-laki dan perempuan yang terekam memang kabur, yang terlihat hanyalah gerakan mereka berdua.Yang laki-laki tidak ketahuan siapa, tetapi semua orang mengira yang perempuan adalah aku gara-gara komentar Jayden.Berulang kali aku membela diri dengan mengatakan bahwa perempuan itu bukanlah aku. Aku bahkan belum pernah menyentuh tangan laki-laki manapun semenjak kecil.Namun, tidak ada yang percaya padaku.Waktu itu aku lapor polisi, tetapi dosenku malah menindasku.Dia menyuruhku menemuinya di ruangannya. Dia bilang yang terpenting bukanlah kebenaran, tetapi jangan sampai perbuatanku mencoreng nama baik kampus. Dia juga mengatakan bahwa pihak kampus sudah siap untuk mengeluarkanku.Aku sedih sekali, aku mati-matian mengatakan bahwa orang di dalam video itu bukanlah aku.Dosenku pun berkata, "Sebagai dosenmu, aku percaya betul padamu, tapi nggak dengan teman-temanmu. Kejadian ini juga berpen
"Oh, jadi maksudmu ini semua benar? Aku nggak ingat pernah dilecehkan atau semacamnya, jadi aku pasti dibuat pingsan. Kamu bilang kamu melihatnya sendiri, 'kan? Ayo ikut aku ke kantor polisi buat memberikan kesaksian, aku akan menuntut pelakunya."Suaraku membuat orang-orang jadi menaruh perhatian mereka kepada kami. Mereka semua langsung menundukkan kepala dan sibuk membahas topik sehangat ini.Tidak sampai dua menit kemudian, kami sudah dikerubungi banyak orang.Jayden sontak menjadi agak panik, dia segera meminta maaf lagi kepadaku, "Aku salah bicara, Vania. Aku cuma asal bicara bilang kamu sudah ditiduri semua siswa di kampus."Jayden pun mengeluarkan ponselnya dan langsung menghapus kedua komentar itu."Tuh, Vania, komentarku sudah kuhapus. Kamu nggak usah mikirin masalah ini lagi.""Iya, Nia, Jayden juga bukannya berniat jahat," timpal Natalia berusaha meredakan situasi. "Mungkin saja dia salah lihat foto dan salah mengenalimu. Tolong maafkan dia."Salah lihat foto?Mungkin saja
Fotoku yang sedang menerima beasiswa bergengsi dipajang di laman web kampus.Di bawah foto itu, terdapat tulisan."Pengakuan ke-23 buat Vania Halim. Dia cantik sekali, ya. Boleh nggak kenalan kalau memang belum punya pacar?"Beberapa menit kemudian, belasan komentar menyertai unggahan itu."Ya ampun, Vania cantik banget! Sudah kayak tokoh utama di novel-novel!""Wah! Aku juga mau nomornya Kak Vania!"Aku terus menggulirkan komentar ke bawah dengan ekspresi datar hingga akhirnya melihat sebuah komentar panjang yang ditinggalkan oleh Jayden Yular."Ya ampun, matamu buta, ya? Masa iya kamu suka pada Vania? Kamu tahu nggak kalau dia itu 'bus' terkenal di kampus kita? Siapa pun bisa 'menaiki'nya asalkan punya uang. Dia sudah melakukannya dengan semua siswa laki-laki, tahu."Komentar Jayden itu pun segera dibalas."Ini orang gila dari mana, sih? Seenaknya saja menyebarkan gosip."Entah kata-kata mana yang menyinggung hati Jayden, yang jelas lama sekali dia baru menjawab."Gosip apa? Aku mema