"Apa benar, gaun ini hanya 200 ribu?" Keona masih tidak percaya. Keona awalnya tidak akan hadir di pesta ulang tahun Candra, selain karena merasa tidak nyaman berada di acara orang-orang kaya, juga karena tidak punya gaun pesta. Tapi berkat Lili, masalahnya kini punya solusi. Selepas makan siang, Lili menghampiri mejanya dan menawarkan gaun yang sangat indah, bahkan menurut Keona itu adalah gaun yang paling indah yang pernah dia lihat di dunia. "Aku mau jual ini 200 ribu, Keona. Ukurannya tidak pas untuk ku," ujar Lili menyerahkan kotak berisi gaun itu. Keona membuka dan sangat terkejut melihat betapa indahnya gaun berwarna burgundy muda. Jari-jari ragu untuk menyentuh, takut akan rusak. Namun, dorongan untuk menyentuh gaun itu sangat besar hingga dia pun memutuskan untuk melakukannya. "Mau, ya?" desak Lili. Kamu bisa pakai ke pesta tuan Candra." "Kok, kamu tahu aku diundang?" Keona menatap serius wajah Lili. "Bukan kamu aja, semua karyawan diundang." Wajah Keona ber
Kairos menarik diri. Dengan terpaksa harus mengakhiri ciuman panas mereka karena Keona megap meraih udara untuk bernapas. Senyum Kairos mengembang memandangi gadis itu. Pipi putih mulus Keona memerah dan bibirnya terlihat membengkak. Disapunya kembali bibir itu dengan ibu jarinya. Perasaan bahagia melingkupi hatinya saat ini. Dia semakin yakin, kalau dia sudah jatuh cinta pada Keona. Selalu merasa nyaman setiap berada di dekat gadis itu. "Kita sudah dua kali berciuman, tapi selalu saja kau tampak kesulitan mengambil napas. Ternyata kau sepolos itu," goda Kairos meletakkan dagunya di atas kepala Keona. Tangannya melingkar di pinggang ramping Keona, mendekap lebih erat. Perkataan Kairos tentu saja tidak mendapatkan tanggapan apapun dari Keona. Terlalu malu untuk menyangkal atau sebaliknya. Lamat laun, Keona pun sadar, kalau dia juga merasakan perasaan yang nyaman setiap di dekat Kairos. Terlalu membuai setiap sentuhan jari Kairos. "Bicaralah. Aku ingin sekali mendengar suaramu
Tampaknya kesedihan Keona belum berakhir malam ini. Lantunan musik sudah berhenti. Semua tamu menyambut pasangan yang berbahagia kembali ke mejanya. Tapi, belum sempat melangkah, Winda menarik tangan Kairos. Tepat di hadapan semua orang, gadis itu mencium bibir Kairos. Dia ingin mengklaim Kairos hanya miliknya. Banyak sorot lampu wartawan mengambil gambar mereka. Bisa dipastikan kalau mereka akan menjadi headline di semua media berita. Para wartawan seperti haus akan berita tentang keluarga Mahesa. Terus mengambil gambar sampai ciuman itu berakhir. Ciuman yang cukup lama dan membuat hati Keona sakit. "Betapa beruntungnya bu Winda bisa mendapatkan suami seperti pak Kairos. Sudahlah tampan maksimal kaya raya lagi," celetuk Hani menatap kagum pada mereka. "Sial bagi pak Kairos karena punya calon istri jahat seperti Bu Winda," sambut Lili. Dia jelas ingat perbuatan Winda pada Keona selama ini. "Gak boleh gitu. Semua juga tahu, kalau pak Kairos lah yang datang melamar Bu Winda,"
Keona menghempaskan tubuhnya di sisi ranjang. Duduk dengan dada naik turun. Pandangannya tertuju pada pintu yang masih terbuka. Winda sudah keluar dari kamarnya. Pertengkaran mereka sudah berakhir, tapi masih menyisakan kengerian di wajah Keona. Winda sempat memberikan satu ancaman agar Keona tidak macam-macam, tapi Keona yang sudah lelah diancam, melakukan perlawanan. Dia hanya ingin miliknya kembali. Satu-satunya benda peninggalan ibunya. "Kalau kau berani macam-macam, ayahmu akan menderita. Kau tahu betul bagaimana ibuku akan memperlakukannya!" Hanya Bram pegangan Winda sebagai kartu Asnya. Keona diam sebentar, lalu menjawab, "Lakukan apapun yang ingin kalian lakukan. Kembalikan kalung itu, atau aku akan buka mulut!" Winda tidak punya pilihan lain. Dengan tubuh gemetar dia keluar dari kamar Keona. Winda masih belum kembali. Pupil mata Keona bahkan sudah lelah mengamati pintu kamarnya. Harapannya usai. Winda tidak akan mengembalikan kalungnya. Tak lama, terdengar sua
Keona menurunkan pandangannya. Lelah menatap langit biru sore ini. Trik ini ternyata ampuh juga. Air matanya tidak lagi jatuh. Pertengkarannya dengan Kaisar menyisakan kesedihan mendalam. Dia sudah coba untuk tidak menangis, tapi kenyataannya tidak bisa. Sakit sekali. Terngiang kembali pembicaraan mereka di ruangan Kairos tadi. "Ada apa denganmu? Harusnya aku yang marah karena kau bersama pria brengsek itu!" Kairos menatap tajam Keona, keningnya berkerut, tidak habis pikir. Mengapa sekarang keadaan jadi berbalik? "Namanya Dylan, dan dia bukan pria brengsek!" Intonasi Keona meninggi. Lupa kalau saat ini dia sedang bicara dengan bosnya sendiri. Gigi Kairos menggeretak, menahan amarah. Dia benci kalau Keona membela Dylan. Tidak ada pria lain yang boleh dibela bibir gadis itu. "Keona ..." Kairos bicara lembut. Dia sendiri bingung kalau dirinya ternyata bisa bersikap lembut pada orang lain. Amarahnya meledak-ledak, tapi untuk marah pada Keona, sungguh dia tidak bisa. Kairos
Perhelatan akbar kembali digelar keluarga Mahesa. Kali ini menyelenggarakan acara ulang tahun perusahaan. Semua karyawan wajib hadir! Itulah bunyi pengumuman yang dikirimkan pada semua orang lewat email masing-masing. Undangan sekaligus ancaman. Bukan tanpa sebab, ada hal istimewa yang akan diumumkan pada acara itu. Rumors sudah beredar di kalangan karyawan, baik setingkat OB sampai para direksi dan manager. "Aku pusing, kali ini harus pakai gaun mana lagi?" sungut Keona merenungi nasib diri di depan komputernya. Cicitan itu justru terdengar oleh Lili dan segera mendekatkan diri guna menanggapi. "Pulang kerja kita cari sama-sama. Aku tahu tempat bagus dengan harga terjangkau," tukas Lili menjadi solusi dari permasalahan Keona saat ini. Keona jadi termenung. Dia ingat saat pesta ulang tahun Candra dua bulan lalu. Ya, sudah dua bulan, dan selama itu juga Keona hampir tidak pernah tegur sapa dengan Kairos. Ada beberapa kali dia berpapasan dengan pria itu, tapi Kairos bersikap sep
"Apa kau akan terus menggandeng tanganku?" Keona segera melepas tangannya. Dia sudah berhasil masuk dengan memanfaatkan pria itu. Meski diawal pria tampan itu terkejut karena Keona memperkenalkan diri sebagai kekasihnya, nyatanya pria itu tetap saja membawanya masuk melewati penjaga, tanpa ingin membuka identitas palsunya. "Oh, terima kasih, Tuan. Maaf sudah merepotkan Anda. Saya permisi dulu," ucapnya tersenyum sembari membungkus sedikit mengucapkan rasa terima kasihnya. "Tunggu! Apa kamu pikir semua ini gratis?" hardik pria itu dengan sikap dingin dan wajah datar. Keona dia, tapi kerut keningnya jelas menunjukkan kalau saat ini dia sedang berpikir. "Apa yang anda inginkan? Membayar jasa anda tadi? Maaf, saya tidak punya uang. Kalau begitu, lebih baik saya keluar saja," tukasnya memutar badan. "Gadis bodoh. Apa kau pikir aku menginginkan uangmu?" Kedua bahu Keona terangkat sebagai jawaban. "Jadi, apa aku sudah boleh pergi?" Dengan gaya cuek, pria itu mengikuti gaya K
Langkah Daren berderap cepat, kaki panjangnya dengan mudah mempersingkat waktu hingga mereka sudah tiba di depan hotel. "Lepaskan dia!" Kairos ternyata ikut menyusul. Dia tidak akan membiarkan Daren membawa Keona. Ada momen dimana Kairos terkejut saat mengetahui Keona dan sepupunya itu saling kenal, bahkan sudah menjalin kasih. Nanti, dia akan minta penjelasan pada Keona, tapi yang terpenting sekarang adalah menghentikan niat Daren membawa Keona dari tempat itu. "Wow, lihat siapa yang datang? Cucu kesayangan kakek? Si anak aneh, introvert?" ejek Daren dengan santai. Tubuh mereka menjulang tinggi dengan Keona berada di tengah-tengah mereka. "Tutup mulutmu!" umpat Kairos kehilangan kendali, segera melepaskan satu pukulan keras ke wajar Daren dan berhasil memecah sudut bibirnya hingga mengeluarkan tetes darah segar. "Brengsek!" balas Daren ingin membalas. Sigap Kairos menarik Keona agar berlindung di belakangnya, jangan sampai pukulan Daren ikut melukai gadis itu. Suasana se
Pada akhirnya Keona memutuskan untuk memberi maaf dan kesempatan bagi kairos. bagaimanapun semua orang punya kesalahan kairos bersumpah dia tidak akan pernah lagi menyembunyikan apapun dari Keona. Meski tidak mudah percaya 100% pada Kairos, keona tetap memperlakukan Kairo selayaknya suaminya menghargai pria itu dan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Lambat laun suasana mulai mencair kairos menunjukkan perubahannya dia mulai memberikan waktu untuk membahagiakan Keona. kairos bahkan membawa keona ke beberapa tempat di Eropa sebagai bukti dari janjinya mengganti bulan madu mereka yang sempat gagal. Kairos pun akhirnya menceritakan alasannya mengajak keona segera pulang dari Bali karena tidak ingin Alena mengganggu mereka terlebih menemui keona dan mengatakan hal yang tidak benar. "Alena memang wanita yang pernah aku cintai dan aku tidak memungkirinya namun ternyata dia tidak pantas untuk kucintai karena dengan tega berkhianat pengkhianatan yang pertama sudah aku maafk
"Sayang, kau sedang apa?"kairos mendekati keona. gadis itu sedang duduk di depan TV tapi dengan tatapan kosong "Kau sudah pulang seperti yang kau lihat Aku sedang menonton televisi. Apa ada yang aneh?" tanya Keona ketus. Kalau Kairos pikir akan mendapati istrinya menangis di rumah maka dia salah keona sudah terlalu lelah untuk menangisi kejadian buruk yang terjadi dalam hidupmu kini dia sudah kebal. "Keona, ada yang ingin ku bicarakan denganmu." "Silakan." Keona mengambil sikap tegak. Kalau dipermukaan di terlihat tenang, maka di dalam sudah hancur. "Tentang Alena-" "Alena? Mmm... " Keona tampak berpikir lalu mulutnya terbuka, ekspresi orang yang lupa lantas beberapa kemudian ingat kembali. Kairos mempelajari mimik wajah Keona, mengukur seberapa besar amarah gadis itu padanya. akting keona tentu saja bisa dibaca oleh kairos dia tahu gadis itu pura-pura lupa sosok Alena sebagai tamparan untuknya karena sudah menyembunyikan cerita ini darinya. "aku tahu Kau pasti sanga
"Puas kau sekarang?" Bentak Kairos penuh emosi. Dia masih memandangi pintu yang baru saja ditutup oleh Keona. Seujung kuku pun dia tidak menyangka kalau istrinya itu akan mendatangi kantornya ini. Mungkin saja ini sudah kehendak semesta, menunjukkan kepada Keona bahwa dia kembali berkomunikasi dengan Alena. Dia menyesal karena sudah mau menerima gadis itu, kini rumah tangganya berantakan. Pasti Keona sangat marah padanya. Kairos jadi ingat dua minggu yang lalu Alena tiba-tiba saja muncul di depannya, entah dari mana wanita itu tahu perusahaan Blessing ini adalah miliknya. Dia datang memaksa untuk bertemu hingga akhirnya Kairos mengizinkannya masuk. "Apa tujuanmu ke sini? Kalau aku jadi kau, aku tidak akan pernah berani menunjukkan batang hidungku di hadapan Kairos Mahesa!" umpat Kairos ketika sudah berada di satu ruangan dengan Alena. Daripada wanita itu buat ribut, akhirnya mengizinkan Alena masuk,.itu pun demi menghindari rumor yang beredar. Dia tidak mau ada orang yang menya
Keona ingin pembuktian. Dia tidak ingin Lili memfitnah suaminya tanpa ada bukti. Akhirnya Lili membawanya ke sebuah rumah. "Aku mengikuti gadis yang bersama Kairos dan inilah tempat tinggalnya. Keona masih mengamati rumah itu. Dia diam seribu bahasa. Kalau kemarin hanya dia yang melihat kebersamaan Kairos dan Alena kini bertambah satu dengan Lili. "Apakah kau yakin Lili?" tanya Keona datar. "Aku sangat yakin, bahkan Arlan juga melihatnya. Hanya saja dia mengatakan bahwa aku sebaiknya tidak ikut campur dan tidak usah memberitahumu. Menurutku, aku tidak bisa diam. Kau sahabatku, tentu saja aku berpihak padamu," jawab Lili merasa kasihan pada Keona. Pernikahan mereka masih seumur jagung, tapi harus sudah kandas karena orang ketiga. Tapi dia berjanji seburuk apapun keadaan Keona, apapun yang terjadi menimpa sahabatnya itu dia akan selalu berada di garda terdepan membela dan melindungi Keona. "Terima kasih Lili mungkin aku harus jujur padamu." Keona pun menceritakan tentang p
Besoknya saat Kairos pulang, Keona tidak lagi menyambutnya dengan seantusias sebelumnya. Bayangan Kairos yang jalan bersama Alena di mall masih membekas dalam benaknya. "Aku membawakan oleh-oleh untukmu." "Terima kasih," jawab Keona seadanya. Kairos memandangi istrinya, lagi-lagi wanita itu terlihat tidak bersahabat bahkan bisa dibilang tidak senang dengan kepulangannya tapi Kairos terlalu lelah untuk berdebat jadi dia memilih untuk mengecup puncak kepala Keona dan naik ke atas untuk membersihkan diri. "Bu, hanya sekedar saran sebaiknya kalau suami baru pulang dari luar kota disambut dengan gembira, penuh senyum jangan cemberut. Mungkin bapak sudah lelah, capek pulang bekerja. Nanti kalau ibu terus menyambut bapak dengan wajah cemberut, bisa-bisa bapak bosan dan malas pulang ke rumah. Bibi hanya sekedar mengingatkan karena bibi sudah menganggap Bu Keona seperti anak sendiri. Zaman sekarang ini banyak wanita yang sudi menggantikan tempat istri sah," nasihat Bi Darsih panjang lebar.
Keona terbangun di tengah malam. Mimpinya sangat buruk. Napasnya masih setengah-setengah bangun terbangun dari tidurnya. Rasanya seperti nyata. Keona pun memanjatkan doa agar mimpi buruknya hanyalah sebatas mimpi. Setelah mencuci muka Keona tidak bisa tertidur lagi. Pandangannya terus tertuju pada foto pernikahan mereka yang digantung di dinding. Meskipun tidak ingin mengingat kembali mimpi buruk itu tapi Keona tidak bisa untuk mengabaikan kegelisahan hatinya. Mimpinya sangat buruk. Dia melihat Kairos bermesraan dengan Alena. Awalnya hanya ada Alena dalam mimpinya wanita itu tengah berbincang dengan seorang pria semakin lama ketika memperhatikan dan Alena melihat dirinya keduanya menoleh ke arah Keona. Saat itulah Keona bisa melihat wajah pria yang tengah bicara dengan Alena adalah suaminya. Dalam mimpi itu Alena dan Kairos mentertawakan kebodohannya yang selama ini tidak menyadari hubungan terlarang yang ada di antara mereka. Keona menangis memohon kepada Kairos agar kemba
"Kamu sudah pulang? Katanya sebulan, kenapa hanya seminggu?" Berbagai pertanyaan datang menyerbu Keona. Lili dan Hani saling bergantian melempar pertanyaan, memuaskan rasa penasaran mereka padahal ini belum jam istirahat. "Kairos ada kerjaan tiba-tiba yang sangat penting, jadi kami terpaksa pulang," jawab Keona yang diikuti anggukan dari kedua temannya. Kemudian Keona membagikan souvernir yang dia bawa, hampir semua orang di ruangan mereka mendapatkan hadiah, termasuk Deni. Pria itu sedikit lebih kaku bila berbicara dengan Keona. Terlihat segan dan minder karena kini Keona bukan sekedar karyawan biasa saja lagi, tapi juga bisa dibilang bos kedua di Greenland. "Lalu, bagaimana hubungan mu dengan Arlan?" "Mmm ... Ternyata dia lebih pemain darimu," sambar Hani menarik tangan Lili dan menunjuk cincin yang melingkar di jari manis gadis itu. "Oh, my God, selamat sayang," pekik Keona berdiri memeluk Lili penuh gembira. Dia ikut senang sahabatnya itu akhirnya mendapatkan kebahagiaan
Pengamatan Kairos cukup tajam. Dia mengamati layar ponselnya, nomor baru yang tidak dia kenal. Pria itu melirik ke arah Keona, gadis itu masih memperhatikannya hingga membuatnya gugup. Dia memang tidak tahu pasti siapa pemilik nomor itu dan tujuannya menghubunginya tapi firasatnya mengatakan kalau si penelpon adalah Alena. Entah mengapa dia yakin akan hal itu, terlebih gambar gelang pada foto profilnya. "Ini pasti orang salah sambung. Sudahlah, kembalilah tidur," ucap Kairos menyimpan ponsel ke dalam saku. Meski tidak mengatakan apapun Keona menangkap sinyal aneh dari sikap Kairos. Ada yang pria itu sembunyikan. Kenapa Keona jadi kepikiran? Perasaannya juga jadi sedih. Bukan tidak pernah dia mengatakan kalau badai pasti selalu datang menerjang dalam rumah tangga. Tergantung bagaimana kita menyikapinya demi menyelamatkan ruang tangga itu. Tapi ini terlalu cepat bagi Keona. Mereka baru menikah tiga hari dan kini sudah dihadapkan dengan batu karang yang coba menghantam perahu
Siang hari waktu Indonesia bagian barat, Keona dan Kairos tiba di Jakarta. Kedatangan mereka disambut oleh Gen yang datang khusus menjemput. Tidak ada satu orang pun yang tahu akan kepulangan mereka. Itu sudah jadi perintah Kairos. "Welcome home, bos, nyonya bos," sapa Gen penuh semangat. jadi nggak selama dua hari membuat Gen merasa kesepian. Biasanya Kairos sering mengomelinya, kini setelah menikah bosnya itu pasti akan sibuk dengan istrinya dan mengabaikan kehadirannya. "Apa kabar, Pak Gen. Jangan panggil aku nyonya bos. Keona saja," balas Keona mengulurkan tangan menjabat Gen. "Kau juga jangan memanggilnya Pak Gen. Hanya Gen!" perintah Kairos melirik pada Gen."Baiklah, Keona. Silakan." Gen membukakan pintu bagi mereka berdua dan segera melesat sana.Gen tahu menempatkan sendiri makanya dia tidak membahas mengenai Alena dan informasi apa saja yang sudah dia dapatkan. Jangan sampai penyelidikannya membuat Keona merasa curiga yang berujung pada pertengkaran suami istri itu. Keon