Share

Pemakaman

last update Last Updated: 2021-10-31 05:36:04

Kediaman luas yang tak terlalu megah, perabotan lengkap yang tertata rapi tanpa bantuan pelayan. 

Teringat jika mereka terpaksa memecat dua pelayan demi menyanggupi biaya pengobatan Arana,

"Biar Leo aja yang mengantar Ana," ucapnya menatap Citra,

"Ya sudah, kamu ke atas sama kakak. Mama mau nyiapin makan malam buat kita semua," mengusap cepat ujung kepala gadis yang tengah tersenyum sebagai tanda persetujuan,

Sigap gadis itu beralih melangkah di samping pria yang mulai hari ini akan menjadi kakaknya. Mereka berjalan menaiki tangga hingga berhenti di depan pintu kamar yang telah terbuka,

Terlihat sebuah ruangan berhias nude yang begitu memanjakan mata. Meski tidak seluas kamar Reta, namun ini adalah ruangan yang begitu nyaman. 

Setidaknya semua itu ditata dengan tulus tanpa adanya kepalsuan.

Sekilas memandang ke segala arah. Kamar kosong yang sebelumnya dipenuhi berbagai peralatan aneh demi menopang hidup Arana,

Tapi sekarang seluruh sudut ruang terlihat seperti kamar seorang gadis remaja pada umumnya.

"Gimana, suka kan?"

"Dari dulu kamu selalu minta kamar yang ga bau obat," lugas Leo, berdiri menatap gadis yang membelakanginya.

"Iya suka!" tegas Ana mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Ya udah. Kamu istirahat aja,"

"Nanti kakak panggil, kalo udah waktunya makan malam---oh! Atau mau makan di kamar aja? Biar ga capek kan kamu baru aja sembuh,"

"Mm, gapapa. Aku ikut makan di bawah aja," sahut Arana merendahkan suara,

"Ya udah, kakak ke kamar dulu ya.." pamitnya sambil mengacak pelan rambut gadis tadi.

Tap..

Tap..

Tap..

Langkah kaki itu mulai menjauh, Arana melihat punggung lebar yang perlahan melewati pembatas. 

Segera dia berbalik masuk ke dalam kamar, ditutupnya pembatas ruangan sebelum mulai berjalan ke depan cermin.

Menatap lekat setiap inci tubuh yang masih asing. Kulit putih, rambut lurus bagai malam yang terurai panjang, lesung menghias kedua pipi, bibir merah muda serta manik hitam yang begitu memikat.

"Bagus. Setidaknya, kamu punya modal untuk naik ke puncak."

"Yang terpenting adalah wajah! Dan kau sudah mendapat karunia itu," seru Ana, tersenyum menatap sosok yang ada di dalam cermin.

"......" Gadis itu terdiam, tak sengaja mengalihkan pandangan hingga mendapati bagian tubuh yang terlihat rata.

"Ck, sayang sekali. Bagian ini terlalu kecil! Sangat berbeda dengan milikku yang dulu," ucapnya menatap remeh,

Tanpa ragu mengulurkan kedua telapak tangan demi meraba dua gumpalan yang tak terlalu tebal,

"Fashion bajumu juga terlalu kuno,"

"Tapi, tenang! aku akan merubah ini semua."

"Dan semoga saja, buah dadaku juga bisa membesar karena kita masih di usia pertumbuhan!"

Setelah puas mengoreksi diri, kini gadis itu tengah beranjak pergi dan membuka pintu lemari. Diamatinya setiap setelan yang dimiliki, cukup banyak hanya saja memiliki model serupa.

Tak sengaja dia melirik ke arah seragam sekolah yang tergantung rapi.

Baru ingat bahwa tubuh yang dipakai masih menjadi seorang pelajar. Karena penyakit yang Ana derita, di usia 18 tahun dia masih duduk di kelas 1 SMA.

"Hhh, setidaknya masa masa kuliah masih cukup lama."

"Aku akan menikmati masa SMA dengan mengumpulkan banyak teman," seru Ana,

Entah kenapa tiba-tiba mulai menciptakan tujuan baru, karena kehidupannya dulu terlalu dipenuhi dengan romansa bodoh yang membuat gadis itu kehilangan waktu untuk mengumpulkan banyak teman.

****

Berkat rasa haus Ana memutuskan untuk melangkah keluar kamar demi mengambil segelas air. Namun langkahnya terhenti, ketika menatap laki laki tengah berjalan keluar dari kamar lain.

Terlihat begitu elegan, dengan kemeja hitam serta rambut yang tertata rapi.

"Kakak mau kemana?" ujar Ana mengangkat alis.

"Mau ke pemakamannya Reta,"

"Ikut!" celetuk Ana reflek membuka mulut,

Laki laki itu menatap dengan mata hampir membulat sempurna, dari dulu Ana memiliki kepribadian yang begitu lembut. Bahkan mendengarnya berbicara lantang, itu sudah sangat mengejutkan.

"Kamu yakin mau ikut?" tanya Leo, mendapat anggukan.

"Ya sudah, ayo."

"Tunggu! Ana mau ganti baju dulu." sontaknya berlari masuk ke dalam kamar.

10 menit kemudian.

Laki laki tadi berdiam diri di depan kamar adiknya, baru menyadari jika telah melupakan sesuatu.

"Ck. Untung inget!" seru Leo segera berbalik masuk ke dalam kamar demi mengambil sebuah ponsel. 

20 menit setelah menunggu.

"Bisa bisa yang lain udah pada pulang, sebelum kita sampai." gerutu Leo, sambil mengotak atik layar ponsel.

Padahal dia telah membuat janji untuk pergi bersama dengan beberapa teman. Bahkan mereka mulai meneror kotak pesan Leo karena terlambat hadir,

Tapi mau bagaimana lagi, pria itu terlanjur menyetujui permintaan Arana dan tidak mungkin merubah keputusan. 

Yang hanya bisa Leo lakukan adalah menjelaskan keadaan pada teman temannya sekaligus berusaha mengulur waktu,

30 menit kemudian.

"Lah. Kenapa Ana lama banget! Masa ketiduran?" pikir Leo menatap ruang yang terasa sunyi tanpa tanda-tanda kemunculan Ana,

Kesabaran yang nyaris melewati batas mendorong agar kakinya melangkah mendekat, mulai menyodorkan kepalan tangan demi mengetuk pembatas kayu. 

Siapa sangka sebelum tangannya bergerak, pintu kamar tadi mulai terbuka. Memperlihatkan seorang gadis dengan rambut terkuncir tinggi di belakang, 

Terlihat blouse hitam yang telah dimodif juga dipadukan dengan rok polos, menutupi tubuh ramping Arana.

"Ayo! Kita berangkat!" lugasnya tersenyum lebar.

Sedangkan pria tadi masih tertegun menatap penampilan adiknya yang terlihat berbeda. Sangat cantik juga begitu anggun,

"Kakak?"

"Hh? I-iya. Ayo," seru Leo tersadar dari lamunan.

Bahkan dia tidak lagi merasa kesal, meski telah menunggu lama. Ana menghabiskan waktu untuk mencari baju yang cocok, juga menghilangkan beberapa bagian dengan cara memotong kain yang menurutnya mengganggu.

"Huft. Untung ga marah," benak Ana menghela nafas, menyadari betapa lama waktu yang telah dihabiskan.

Keduanya segera bergegas masuk ke dalam mobil, melakukan perjalanan. Laki laki itu, tidak mau berpikir jauh tentang sikap adiknya.

Mungkin saja setelah mendengar bahwa dirinya telah sembuh, Ana ingin melakukan banyak hal yang belum pernah dilakukan.

Di sisi lain, seorang gadis tengah menatap rantai jalanan yang dilewati beberapa kendaraan. Tak segan jari jemarinya menekan salah satu tombol,

Membuka kaca mobil, membiarkan terpaan angin mengusap lembut kutikula wajah. "Huh, jiwaku benar benar berpindah!"

"Dan sekarang, aku mau mengunjungi pemakaman ku sendiri." ungkapnya menghela nafas,

"Kira-kira siapa aja yang bakal datang ke pemakamanku?"

Waktu pun berlalu, mereka menghabiskan sekitar 15 menit untuk menempuh perjalanan dan berhasil sampai karena panduan sebuah alat penunjuk lokasi,

Kendaraan itu terhenti di samping kendaraan yang telah datang mendahului. Pandangan Ana tak sengaja menatap ke arah laki laki yang baru saja keluar dari gerombolan pengunjung,

"Sepertinya kita terlambat! Dan yang lain udah mau pulang," gumam Leo melihat para temannya,

"Ayo!" menggandeng tangan gadis yang baru saja keluar dari mobil. 

Kedatangan mereka berdua berhasil mengundang banyak mata. Wajah yang sudah tak asing bagi Ana karena mereka adalah teman lama.

"Lia.." pikirnya, tak sengaja saling bertukar tatapan dengan gadis berjaket hitam.

"Maaf aku terlambat." lugas Leo merendahkan suara.

"It's okay. Ayo aku anterin, yang lain udah mau pulang." sahut Lia memimpin jalan.

Gadis itu berjalan mengikuti pria yang masih menggenggam tangannya, sesekali menoleh karena melihat sosok familiar yang berhasil mengalihkan perhatian. 

"Itu Om Zachta kan? Dia juga datang kesini. Berarti Lia udah ngasih tau pesan terakhirku,"

"Itu bagus---sekarang aku tinggal mikir. Gimana caranya ketemu sama om dan cerita tentang kebusukan Ryan,"

***Bersambung.

Related chapters

  • Pria milik 'ARANA'   Menyelinap masuk

    Hembusan angin menerpa dedaunan, beberapa langkah kaki terdengar saling bersahutan. Mereka bertiga baru saja selesai melepas duka di hadapan makam. Terlihat Leo, yang masih menggenggam erat tangan adiknya. "Kalau tidak salah, tadi aku melihat Tuan Maxime. Bagaimana dia bisa kemari?" celetuk Leo penasaran, "Hah? Dia kenal sama Om Zachta?" pikir Ana berusaha untuk tetap tenang melihat dua orang yang tengah berhadapan. "Dia itu omnya Reta," "Om kandung?" tanya Leo mengangkat alis, sedikit penasaran karena usia pria yang baru memasuki umur kepala tiga. "Iya, dia anak paling bungsu. Jadi usianya cuma beda 5 tahun sama Reta," "Oh--ya udah. Kalo gitu, aku pamit pulang." ujar Leo mendapat anggukan sebelum gadis tadi melangkah pergi meninggalkan kedua kakak beradik. "Ayo kita ke mobil," ajaknya tersenyum menatap Ana, Segera mereka berjalan menghampiri kendaraan yang terparkir cukup jauh. Gadis itu terdiam melangkah

    Last Updated : 2021-10-31
  • Pria milik 'ARANA'   Kesalahan satu malam

    WARNING 21+ _____________________________ Harap bijak dalam membaca. _____________________________ 30 menit kemudian, Gadis yang tengah asik mengotak atik layar ponsel, tak sengaja mendengar langkah kaki dari luar kamar. Sekali lagi tersentak kaget, segera meringkuk di belakang sofa. Ceklek. Seorang pria tinggi dengan setelan jas yang dipakai mulai melangkah masuk dengan sebuah berkas di tangannya. Diletakkan berkas tadi ke atas meja, dengan sigap membuka beberapa kancing kemeja sebelum meraih segelas air dan meneguk habis. "Tunggu! Kenapa aku sembunyi! Kan niatku mau ketemu Om Zachta," pikir Ana mengerutkan alis, menggerutui sikap penakutnya. "Kok malah gini, seharusnya aku keluar!" Dengan keberanian yang berhasil meyakinkan diri, perlahan gadis itu mendongak dan beranjak bangun, menatap punggung lebar berbalut jas hitam di depannya. Mulai melangkah mende

    Last Updated : 2021-10-31
  • Pria milik 'ARANA'   Pria mesum

    Suasana hening dalam kamar serta udara dingin yang menyelimuti, tampak ranjang luas berisi sepasang orang yang sempat memadu kasih. Terlihag seorang gadis tengah mengernyit sambil beralih posisi. "Ng..." Kedua matanya terbuka, menatap langit kamar yang terasa asing sebelum beralih menatap lantai berisi potongan kain. Seketika terbelalak karena mengingat akan kejadian buruk, tragedi yang membuat Ana harus menghabiskan malam dengan Max. Masih terasa jelas bagaimana pria itu merobek serta menjamah paksa setiap bagian tubuhnya, bahkan sakit di antara selangkangan tidak akan sembuh dalam waktu dekat. Dengan cepat Ana menoleh hingga me

    Last Updated : 2021-11-01
  • Pria milik 'ARANA'   Serangan balik

    Setelah selesai mengatasi rasa sakitnya, gadis itu bergegas turun. Mendapati anggota keluarga lain telah mengisi meja makan. "Besok Ana udah bisa masuk sekolah," celetuk Wira nyaris membuat gadis itu tersedak. "Sekolah?" "Iya, nanti Ana bakal punya banyak temen baru." tambah Citra tersenyum cerah, "Nanti malam kamu bisa ikut kakakmu keluar, buat belanja perlengkapan sambil jalan jalan." ujar Wira menatap gadis yang tengah sibuk mengisi perut. "Hm.." gadis itu mengangguk sambil tersenyum, entah kapan terakhir kali dia berbelanja barang seperti itu. Pukul 14.00 "Nyonya, di luar ada Nona Sarah dan Nona Mia." pekik seorang pelayan wanita, Karena tak lagi harus membayar biaya pengobatan, mereka kembali mempekerjakan wanita paruh baya serta putrinya yang sedari dulu bekerja di rumah ini. "Suruh masuk, beritahu Rima untuk menyiapkan tempat di taman belakang. Setelah itu pergilah ke atas dan panggil Ana," ujar Citra men

    Last Updated : 2021-11-06
  • Pria milik 'ARANA'   Pria tua!

    Pukul 19.00 Hamparan lantai yang begitu luas, cahaya terang serta hentak kaki yang saling bersahutan. Di depan rak kaca, terlihat bayangan seorang gadis yang tengah berjalan bersama Leo. Kedua tangan mereka sibuk menenteng beberapa kantong plastik, "Mau beli apa lagi?" gumam Leo melirik ujung kepala gadis yang sedang sibuk menunduk. "Hm, kayaknya udah deh!" gadis itu mendongak setelah mengabsen barang yang memenuhi kantong. "Ya udah. Ayo pulang," "Hm," angguk Ana, mengikuti langkah pria di sampingnya. Sesampai di luar toko, tak sengaja sorot mata gadis itu menoleh ke arah lain. Bangunan dengan pernak pernik lentera serta dekorasi serba pink, berhasil memikat Ana. Langkahnya terhenti, membuat Leo menyadari kemana pandangan adiknya mengarah. "Mau beli es krim?" sontaknya mengangkat alis, Seketika Ana menoleh sambil mengangguk, dengan raut polos yang terpampang nyata. "Ya udah ayo.." lugas Leo, meng

    Last Updated : 2021-11-06
  • Pria milik 'ARANA'   Sekolah baru

    Bangunan besar yang begitu asing, gerbang serta pekarangan luas yang terlihat dari kaca mobil. Tiang bendera menjulang juga lorong yang terlihat, Seketika membuat gadis itu sadar, bahwa ia harus bisa beradaptasi dengan suasana tersebut. Terlebih lagi ini juga pertama kali bagi tubuh Ana, setelah sekian lama terkurung dalam rumah. Akhirnya gadis itu bisa menjalani kehidupan normal meski dengan jiwa orang lain. "Aku harus bisa punya banyak teman! Tapi harus yang tulus. Ga palsu kek si Syla," tegas Ana dalam hati, dengan tangan mengepal kuat. "Mau kakak anterin sampe ke dalam?" tawar Leo, menatap lembut. "E-eh. Enggak-enggak, aku bisa sendiri." menggeleng pasti, "Kakak pulang aja," tolak Ana, melepas seat belt yang melilit tubuhnya. "Ya udah. Pihak sekolah udah kakak kasih tau--jadi kamu tinggal datang ke kantor kepala sekolah, buat laporan." "Oke siap!" sontak Ana tersenyum lebar. Kakinya melangkah keluar, b

    Last Updated : 2021-11-10
  • Pria milik 'ARANA'   Masalah keuangan.

    "Tidak. Aku akan tetap disini," ujar Ana datar, begitu enggan meladeni pria tadi. Namun tak bermaksud untuk menjadi pusat perhatian, semua murid terkejut mendengar sahutan gadis itu. Seluruh mata termenung melihat orang yang masuk ke dalam jajaran pria tertampan di sekolah harus mendapat penolakan. Bahkan pertama kali dalam hidup Van, terlebih lagi itu didapat dari seorang murid baru. "Tenanglah. Kau tidak usah takut, siswi lain tidak akan mengganggumu." sanggah Van bersikukuh, merasa yakin jika Ana tak bersungguh-sungguh melontarkan penolakan tadi. "Tidak." sahutnya singkat, "Kenapa?" "Tidak ada. Aku hanya ingin duduk disini," "......." pria itu terdiam seribu bahasa, rasa malu yang begitu menusuk hingga membuatnya merasa geram. Rasa sesak membakar dada, bagaimana bisa dia ditolak mentah mentah. Brak. Dengan keras Van mendepak bangkunya sendiri sebelum melangkah keluar kelas dengan raut kesal,&nbs

    Last Updated : 2021-11-11
  • Pria milik 'ARANA'   Bekerja di sebuah Bar

    Hiruk pikuk dunia malam begitu menakjubkan bagi kalangan remaja. Sebuah tempat mewah dengan banyak pelayan yang menyajikan minuman serta pelayanan lain,Tempat yang biasanya ia datangi untuk menenangkan pikiran, kini Ana berkunjung sebagai seorang pekerja."Huft. Capek juga mondar mandir nganterin minuman," benaknya, sedikit menekan kuat punggung belakang yang terasa nyeri."Untung aja, dulu aku pernah lihat temen sekelas nyari kerja di Bar ini.""Walau capek. Yang penting dapet duit!"1 jam yang lalu"Yes, udah dapet kerja!" sorak Ana, berhasil menghubungi salah satu tempat yang membuka lowongan."Tapi! Gimana cara ijinnya?""Pasti mama, nggak bakal ngebolehin aku keluar."10 menit sebelum berangkat.Gadis itu berdandan rapi dengan pakaian casual, membawa sebuah ransel sebaga

    Last Updated : 2021-11-11

Latest chapter

  • Pria milik 'ARANA'   Pelari handal

    WARNING 21+HARAP BIJAK DALAM MEMBACA DAN MEMILIH BACAAN._________________________________________Penolakan yang berulang kali terlontar, tak sedikitpun dihiraukan oleh Max. Membuka paksa pengait yang terlilit di belakang punggung gadis itu,Mendorong tubuh Ana ke sudut ruangan. Membuatnya bersandar, mulai mendengar jantung yang berdetak kencang dengan rasa panik memenuhi benak.Entah apalagi yang harus ia lakukan. Tubuh itu terlalu lemah untuk melawan tindakan Max,Menatap lekat manik coklat yang baru saja mengarah dan memandangnya dengan sorot lembut."Sebe

  • Pria milik 'ARANA'   Tak berhak melarang

    "Halo?" ucap suara pria dibalik layar."Jangan buang waktuku. Cepat katakan, kenapa kau tidak mengirim hal yang kusuruh?" sontak Max mengerutkan alis.Pagi ini laki laki itu dengan antusias menunggu laporan yang seharusnya Fero berikan. Namun sampai hari menjelang siang tak kunjung tiba,"Hubungkan layar laptop pada Fero! Aku ingin lihat, apa yang sebenarnya dia lakukan." pekik Max pada pengawal yangs sedang bertugas disisinya."Katakan. Apa yang sedang gadis itu lakukan?""Mm. Nona Ana, semalam pindah dan tinggal dalam asrama sekolah.""Dia sekarang sedang bekerja, sebagai pelayan di cafe li

  • Pria milik 'ARANA'   Tak butuh anestesi

    "Apa kau yakin?" gumam Mosco berusaha memastikan,"Aku tidak suka mengulang." seru Max, dengan raut sinis.Dor!Entah apa yang membuat pria itu berani mengacungkan senjata ke arah Max. Namun dengan sigap telapak kekar itu menangkis peluru yang keluar,Merebut paksa dan membalikkan mulut pistol ke hadapan Mosco,"Kau sudah kuberi kesempatan. Tapi tidak kau gunakan dengan baik,"Dor! Dor! Dor!Dengan cepat menghabiskan sisa peluru untuk menembus habis kepala pria berambut gelombang tadi.

  • Pria milik 'ARANA'   10 peluru

    "Bapak Ryan Bimantara.."Dep.Kedua manik hitam itu membulat sempurna, seketika ingatan masa lalu membuka luka lama. Ana terdiam tak menghiraukan tepuk tangan meriah yang murid lain lontarkan,Api amarah yang terlihat jelas dari sorot matanya, beralih pada sosok pria yang tengah berjalan menaiki tangga.Mata serta senyuman yang tak asing. Pria yang pernah menjadi alasannya tertawa, namun sosok yang sama kini mengobarkan api luka dalam hati Ana."Bisa bisanya. Dia begitu bangga membawa nama perusahaanku!" gerutu Ana dalam hati, menggertakkan gigi dengan kedua tangan mengepal kuat.15 menit kemudian.

  • Pria milik 'ARANA'   Mengikuti seminar

    "Ups! maaf, maaf." celetuk siswi, dengan sigap menyentuh bahu gadis yang telah ia tabrak."Maaf ya, ini salah mereka. Aku sibuk bercerita dan ga sengaja nabrak kamu,""Hey! Padahal kau selalu mengoceh meski kita tidak memintanya!" hardik Gea mengerutkan alis."Hust! Udah diem.""Sekali lagi, maaf ya!""Iya, gapapa." angguk Ana, dengan senyum ramah.Perlahan mendongak, menatap lekat para gadis yang ada di depannya. Mereka terdiam seakan saling mengenal,"Loh. Kamu yang kemarin nanya ruang kepsek kan?"

  • Pria milik 'ARANA'   Memburu teman

    Tap.Tap.Tap.Langkah kaki itu begitu santai melewati lorong sekolah. Dengan seragam serta tas yang tersemat di punggungnya, gadis itu menatap jalan dengan raut datar."Padahal semalam. Aku udah niat, ga pakai uangnya!""Ternyata aku pake juga, buat beli buku.""Dan untung saja, bekas ciumannya cukup dibawah. Aku pikir ini tidak akan terlihat," benak Ana sedikit mengusap kerah bajunya.Sorot mata sedikit terganggu, mendapati beberapa siswa dan siswi yang tengah berkumpul di depan pintu kelas."Hey. Tunggu!"

  • Pria milik 'ARANA'   Jalang kecil, milik Tuan Maxime.

    WARNING 18+.HARAP BIJAK DALAM MEMBACA.____________________________________Tanpa melepas aksinya, dia beralih posisi. Dengan kedua lutut yang berpijak di atas sofa, tangan yang lain mulai membuka kancing pengait kemeja gadis itu.Kulit putih Ana mulai terlihat jelas, dengan sigap meraih pengait di bagian punggung. Mendepak sangkar dari kedua gundukan itu,Terlihat jelas dua puncak dada yang mulai membulat sempurna karena aksinya. Meraup gundukan yang terasa cukup pas dalam genggaman,Memberikan pijatan kasar, membuat gadis tadi menahan nyeri sambil menggigit bibir bawahnya. Memutar dan memilin kuat puncak gundukan yang semakin mengeras,Ana menggeliat tak menentu, merasakan sentuhan yang membuat hawa panas menjalar ke setiap bagian tubuhnya."Ah..""Hentikan! Keluarkan jarimu!" sontak Ana, merasakan sesuatu yang hampir keluar.Namun laki laki itu tak menghiraukan, semakin mempercepat gerakan tangannya.

  • Pria milik 'ARANA'   Menyentuh tubuh Arana.

    WARNING 18+.HARAP BIJAK DALAM MEMBACA DAN MEMILIH BACAAN._________________________________________Prang!Dengan sengaja, telapak tangan gadis itu mendepak gelas berisi minuman yang ada di atas meja.Seketika membuat laki laki itu mendongak, menghentikan gerakan jarinya."Maaf! Saya akan segera bereskan." sontak Ana, beranjak pergi.Namun lengan kekar itu, masih sigap melilit pinggul langsing Ana. Membuat gadis itu tak dapat bergerak,"Kau senang sekali meninggalkan sesuatu yang belum selesai," bisik Max.Telunjuknya menerobos masuk ke sela kain, membelai lembut kutikula perut datar gadis tadi. Rasa risih yang membebani benaknya, membuat tekad Ana semakin bulat.Dia menekan kuat, tangan kekar itu dan menoleh dengan raut dingin."Permisi, saya harus pergi.""Jika Tuan ingin ditemani, saya akan panggilkan pelayan lain." lugas Ana,"Tapi, yang ku inginkan hanya kau." ucap Max,

  • Pria milik 'ARANA'   Bekerja di sebuah Bar

    Hiruk pikuk dunia malam begitu menakjubkan bagi kalangan remaja. Sebuah tempat mewah dengan banyak pelayan yang menyajikan minuman serta pelayanan lain,Tempat yang biasanya ia datangi untuk menenangkan pikiran, kini Ana berkunjung sebagai seorang pekerja."Huft. Capek juga mondar mandir nganterin minuman," benaknya, sedikit menekan kuat punggung belakang yang terasa nyeri."Untung aja, dulu aku pernah lihat temen sekelas nyari kerja di Bar ini.""Walau capek. Yang penting dapet duit!"1 jam yang lalu"Yes, udah dapet kerja!" sorak Ana, berhasil menghubungi salah satu tempat yang membuka lowongan."Tapi! Gimana cara ijinnya?""Pasti mama, nggak bakal ngebolehin aku keluar."10 menit sebelum berangkat.Gadis itu berdandan rapi dengan pakaian casual, membawa sebuah ransel sebaga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status