"Benar kata Ansley," kata Luke, "Kalau benar Clare tidak memberitahukan hal ini karena memang dia tidak tahu, itu berarti ayahnya sedang merencanakan sesuatu untuk kalian berdua. Mungkin sang ayah ingin memperkenalkan calon menantunya kepada sang anak."Reagan tertawa. "Itu tidak mungkin, Agatha sudah dijodohkan dengan orang lain. Aku rasa beliau mengundangku makan malam karena aku ini adalah anak sahabatnya. Apalagi beliau tahu kalau aku dan anaknya sekarang cukup dekat."Drtt... Drtt...Getaran ponsel Reagan kembali terdengar membuat mereka terdiam sesaat lalu menatap sosok pelayan yang tepat di saat itu datang sambil membawa menu pesanan mereka.Luke dan Ansley kegirangan karena perut mereka sudah lapar.Sementara Reagan dengan penasaran segera menyambungkan panggilan dari kontak yang tidak dikenalinya itu. "Halo?""Reagan, maaf mengganggumu. Ini aku, Soraya."Alis Reagan berkerut menatap Luke dan Ansley. Ekspresinya bingung. "Soraya? Oh, maaf, apa Anda Nyonya Soraya?"Mendengar na
"Malam ini dia akan menghadiri makan malam bersama pemilik universitas. Bukankah itu hal yang memang sangat-sangat kebetulan? Dengan begitu aku tidak perlu khawatir lagi dia akan curiga ketika aku menanyakan soal siapa pemilik universitas saat makan malam besok. Ini akan menjadi topik terpanas aku dan dia, Ma."Rebecca tersenyum. "Semoga berhasil, Sayang. Dan semoga kau bisa mendekati pemilik universitas itu sesuai keinginanmu.""Mama benar, John sudah tua dan sudah saatnya untuk dia dipensiunkan.""Tapi, apa yang akan kau katakan kepada John jika kau berhasil mendapatkan penggantinya?""Aku tidak akan mengatakan apa-apa. Lagi pula menjalin hubungan sembunyi-sembunyi dengan dua lelaki yang menguntungkan itu sangat mengasikan, Mama."***Karena hari ini kelasnya sudah selesai Clare berniat akan langsung pulang untuk perawatan. Tahu malam ini sang pujaan hati akan datang untuk makan malam, Clare harus menyiapkan diri ke salon untuk melakukan beberapa perawatan.Baru saja kakinya melangk
Dengan langkah gontai Kensky dan Clare menuruni tangga.Dean yang sedang duduk bersama Reagan di ruang tamu segera menoleh dengan senyum begitu lebar."Lihat, Reagan. Bukankah om sangat beruntung memiliki dua wanita yang sangat cantik?"Reagan cukup terpana melihat Clare yang begitu cantik dengan balutan gaun bertali satu. Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri karena telah menyutujui perjodohan yang dilakukan oleh orangtuanya. Seandainya perjodohan itu tidak pernah terjadi sebelum dirinya melihat Clare, malam ini ia akan memohon dan meminta ayahnya agar menjodohkan dirinya dengan wanita itu.Dean tersenyum menatap Reagan yang masih terpana saat menatap putrinya. "Sepertinya om sekarang punya saingan."Perkataan Dean mengejutkan Reagan. Ia berkedip, menoleh dan tersenyum. "Tante Kensky dan Agatha sangat cantik. Om, benar, mereka terlihat seperti malaikat berbentuk manusia."Dean mengerutkan alis ketika mendengar nama yang disebutkan Reagan. "Apakah Clare yang menyebutkan nama itu kepa
Perkataan Kensky mengejutkan Reagan. Dalam hati Reagan merasa bahagia karena Kensky telah menganggap dirinya seperti anak sendiri. Mungkin karena ia anak sahabat mereka sampai Kensky bersikap seperti itu kepadanya, pikir Reagan.Hal yang sama juga dirasakan Clare. Meski tahu Reagan adalah anak sahabat ayahnya, tapi penyebutan Kensky tadi cukup membuat jantungnya berdetak tak beraturan. "Ya, ampun, seandainya mami tahu aku menyukai Reagan, apakah mami dan papi akan setuju dan mau memperlakukannya seperti sekarang ini?" katanya dalam hati."Oh, iya. Kau kan adalah mahasiswa senior di kampus, bisakah om memberikan satu tugas untukmu, Reagan?""Tentu saja, Om. Katakan, apa tugas. Aku berjanji akan melakukannya dengan baik."Kensky dan Clare sibuk mengunyah. Sementara Reagan dengan ekspresi tak sabaran menatap Dean yang kini balas menatapnya."Om ingin kau menjaga Clare dari orang-orang jahat di kampus. Om tidak suka jika teman wanitamu itu mengganggu Clare dan menyakitinya."Clare terkeju
Setelah mengunci pintu Clare mengajak Reagan ke taman belakang. Taman di mana banyak sekali tumbuhan-tumbuhan hijau dan bunga yang ditanam mengelilingi pagar serta kolam renang yang ukurannya sangat besar dan pondok kecil yang terbuat dari kayu yang dikelilingi lampu hias berwarna kuning."Benar kata ibumu, tempat ini bagus," kata Reagan, "Udara malam di sini sangat sejuk."Clare tersenyum. "Aku sering menghabiskan waktu di sini kalau besoknya menghadapi ujian."Reagan tersenyum. "Suasana di sini sangat nyaman."Clare mengajak Reagan duduk di lantai pondok. Dengan pandangan ke arah kolam dan kaki menjuntai ia mulai berkata, "Maaf jika kedua orangtuaku terlalu banyak bicara padamu."Reagan duduk di sampingnya. Sambil tersenyum ia menoleh lalu menjawab, "Aku sangat suka pada mereka, orangtuamu sangat baik dan perhatian."Clare menunduk sesaat. "Karena selama ini kau sudah tahu aku anak dari pemilik universitas, aku berharap kau tidak akan membocorkan hal ini kepada siapapun selain Luke.
Reagan menelan ludah. Dengan keberanian yang sudah terkumpul ia meraih kedua tangan Clare lalu menggenggamnya. "Sama, aku juga sudah dijodohkan. Tapi aku ingin kau wanita pertama yang memilikiku, Agatha. Aku ingin kau wanita pertama dalam hidupku sebelum calon istriku. Aku ingin kau menjadi kekasihku sebelum kita menikah dengan pasangan masing-masing. Lagi pula kita berdua saling mencintai. Tidak ada salahnya bukan jika kita menjalin hubungan sebelum menikah? Siapa tahu Tuhan sayang dan mendengarkan doa kita lalu menjodohkan kita berdua."Clare tertawa. "Kau ini ... itu tidak mungkin, Reagan.""Aku serius, Agatha. Sekarang jawab aku. Apa kau mau menjadi pacarku?"Clare menatapnya lekat-lekat. Meskipun perkataan Reagan sering membuatnya tertawa, tapi saat ini ia tidak menemukan keisengan dari ekspresinya. Ia melihat keseriusan dan ketulusan dari wajah Reagan. "Aku mau, tapi dengan satu syarat."Spontan Reagan membawa kedua tangan Clare ke bibir dan mengecupnya. "Katakan apa syarat itu?
Ekspresi bahagia di wajah Clare langsung lenyap begitu mendengar kata-kata Reagan. "Nyonya Soraya mengajakmu makan malam?"Reagan tersenyum sayang. Tangan sebelahnya yang masih menggenggam tangan Clare kini terangkat untuk meraup pipinya. "Dia mengajakku makan malam katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan dan hal itu tidak boleh ada yang tahu selain aku dan dirinya. Tapi aku janji padamu, Agatha. Setelah bertemu dengannya aku akan menghubungimu dan mengatakan semua apa yang dia katakan padaku.""Tapi kenapa harus kamu? Kenapa bukan orang lain?"Reagan senang melihat ekspresi kesal di wajah Clare. "Aku tidak tahu, Sayang. Tapi kalau kau tidak ingin aku bertemu dengannya aku akan membatalkan pertemuan itu besok."Clare menggeleng. "Tidak. Bukan itu maksudku. Aku herang, memangnya hal penting apa yang ingin dia sampaikan kepadamu dan kenapa dia tidak membicarakannya dengan keluarga atau sahabatnya. Kenapa harus kamu?""Aku tidak tahu, Sayangku. Tapi aku rasa mungkin dia ingin be
"Agatha di mana? Ans, telepon dia dan suruh ke sini, aku sangat merindukannya."Saat ini kelas mereka baru saja selesai dan karena sudah waktunya makan siang mereka bertiga kini sudah berada di kantin sambil menunggu pesanan mereka."Tunggu sebentar, aku akan menghubunginya," balas Ansley.Luke tertawa. "Kenapa bukan kau saja yang menghubungi dan mengajaknya ke sini? Bukankah kau sudah punya kontaknya Clare?"Reagan tersenyum lebar. "Entah kenapa aku sangat malu melakukan hal itu, Luke?""Malu?" Luke terbahak, "Seorang Reagan Harvest punya rasa malu? Kau harus berani, Reagan. Ingat, dia itu cantik dan pintar. Apa kau tidak menyesal jika dia diambil orang lain?""Bukankah dia sudah milik orang lain? Jadi daripada aku akan ditolak mentah-mentah olehnya, ada baiknya aku diam dan memendam perasaan ini selamanya."Ansley tertawa dan berkomentar. "Dia tidak mengangkatnya, mungkin dia masih ada kelas."Luke yang duduk sendirian di depan Ansley pun bertanya kepada Reagan. "Oh, iya, nanti mala
Begitu sapu tangan yang sama ditemukannya ia segera mendekati kembali dan mendekati ranjang.Sejenak ia terdiam sambil menatap Clare yang tersaji di atas ranjang. Ia sangat bahagia karena wanita yang sangat ia dampakan itu sebentar lagi akan menjadi istrinya."Apa yang kau lakukan, Reagan?" tanya Clare saat tangan pria itu menyentuh kaki kanannya."Aku akan mengikatnya. Kenapa?""Kau tidak perlu melakukannya.""Selama tidak ada dalam aturan game aku rasa tidak masalah."Clare tak menjawab. Dalam hati ia mengutuk dirinya karena tak sempat membuat aturan sebelum game dimulai.Reagan kembali tersenyum. Sambil mengikat kaki Clare ia menatap bagian kewanitaan yang mulus dan berwarna pink itu.'Brengsek,' katanya dalam hati, 'Kalau bukan karena game ini aku sudah menidurimu sejak tadi, Clare. Kau membuatku bergairah.'"Selesai?" tanya Clare setelah Reagan selesai mengikat ke dua kakinya. Ia bisa membayangkan dengan posisi terkangkang dan terikat seperti itu pasti Reagan akan leluasa membala
Clare tak menjawab. Perlahan ia merayap di tubuh Reagan hingga kepalanya sejajar dengan bagian keras dan besar milik Reagan.Reagan mulai gelisah. Dilihatnya pandangan Clare begitu licik saat menatap bagian itu. "Apa yang kau lakukan?"Lagi-lagi Clare tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil menyentuh pucuk bagian itu dengan lidahnya."Oh," desah Reagan. Matanya terpejam saat rasa dingin mulai merambat ke batangnya yang keras, "Clare, kau curang. Kau melanggar aturan, Sayang."Clare menghentikan permainan lidahnya. Sambil menatap Reagan ia berkata, "Curang bagaimana, hah? Kan aku sedang memijat.""Memijat?" Reagan terkekeh, "Itu bukan memijat, Sayang. Tindakanmu seperti itu seakan-akan sengaja membuatku kalah.""Itu salahmu. Kau kan tinggal menahannya saja biar tidak kalah."Baru hendak menjawab Reagan langsung terdiam saat Clare memasukan semua bagian itu ke mulutnya.Clare tak peduli. Sambil menggerakan mulut dan kepalanya ia terus menatap Reagan dengan pandangan penuh kemenangan."H
Dengan senyum menggoda Claren mengambil botol minyak tubuh yang ada di atas nakas.Reagan yang merasa permainan akan segera dimulai segera memadamkan lampu utama kemudian menyalahkan lampu tidur berwarna kuning.Aroma pewangi ruangan dan cahaya lampu membuat suasana kamar begitu intim.Setelah Reagan mengatur posisi tubuhnya dengan tengkurap, Clare melepaskan jubah mandi hingga tubuh tanpa sehelai benangnya pun terlihat di bawah redum cahaya lampu.Clare mendekati Reagan. Ia menaiki ranjang lalu menuangkan minyak ke telapak tangan. "Aku mulai dari kaki saja, ya?"Reagan memejamkan mata. "Terserah kamu."Claren pun mulai mengoles minyak itu di bagian betis dan pergelangan Reagan dengan tangannya yang lembut."Kau mendapatkan ide ini dari mana?" tanya Reagan sambil menikmati setiap elusan tangan Clare.Clare tersenyum. "Aku terobsesi saat kita pacaran dulu. Kita berdua harus menahan gairah karena kau takut aku masih kuliah. Aku rasa saling menyentuh dan menahan gairah akan sangat menyen
Clare menoleh.Zet!Wajahnya membeku dan tubuhnya terpaku saat melihat Reagan masuk dengan senyum yang sangat lebar."Ini dia calon prianya. Ayo, duduklah," kata Dean.Kensky dan lainnya tersenyum sambil menatap Clare yang masih berdiri seperti patung.Clare masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. 'Reagan? Reagan adalah calon suamiku?' batinnya, 'Pria yang dijodohkan denganku adalah pacarku?'"Clare? Apakah kau akan terus berdiri?" Suara Dean mengejutkannya, "Calon suamimu sudah datang. Kenapa kau tidak duduk?"Air mata bahagia lolos di matanya. "Kalian ... apa kalian semua mengerjaiku?"Suara tawa memenuhi ruangan."Maafkan kami, Sayang."Reagan yang merasa bersalah langsung berdiri mendekati Clare. "Kita sama-sama dikerjai, Sayang. Wanita yang selama ini telah dijodohkan mommy dan daddy denganku adalah kamu."Clare menangis. "Benarkah?"Reagan mengangguk. "Iya. Aku ingin minta maaf, kata-kataku kemarin pasti sudah membuatmu sakit."Clare menangis lagi. "Aku pikir kau
Kensky tak menjawab. Ia melepaskan pelukan lalu menghapus air kata Clare. "Jangan sedih lagi, ya. Siapa tahu pria pilihan mami dan papi mengobati luka di hatimu saat ini. Mungkin Reagan telah mengecewakanmu, tapi sebagai orang tua mami berharap pria ini tidak akan pernah mengecewakanmu."Clare tak menjawab."Bersiaplah, sebentar lagi mereka akan datang. Mami sudah menghubungi Ansley, dia akan membantumu berdandan malam ini."Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu yang terbuka membuat mereka berdua menoleh."Halo, apa aku mengganggu?"Suara Ansley membuat Kensky tersenyum. "Masuklah, Sayang," Kensky menatap Clare, "Mami tinggal dulu. Ans, tolong buat Clare membuang semua kesedihan di wajahnya dan gantikan dengan senyuman terbaik, ya.""Siap, Tante."Jika Ansley begitu bersemangat, Clare justru sebaliknya. Ia tak menjawab bahkan tak menyapa Ansley meski wanita itu sudah tersenyum lebar kepadaya.Seandainya pria yang akan datang melamar itu adalah Reagan Harvest pasti saat ini ia sudah kegirangan
Perkataan ibunya membuat Reagan terkejut.Tuan Harvest berkomentar. "Sebenarnya ini belum waktunya kami membicarakan masalah pernikahan kalian, tapi calon mertuamu ingin mempercepat pernikahan putrinya. Mereka takut kau atau putrinya akan terlibat cinta dengan orang lain. Jadi besok malam kita akan menemui mereka dan langsung melakukan lamaran."Lagi-lagi Reagan terpaku. Setelah syoknya kembali ia berkata, "Boleh aku mengungkapkan sesuatu?"Tuan dan nyonya Harvest menyimak. Mereka menatap Reagan dengan pandangan penasaran.Reagan menarik napas panjang. "Aku mencintai anak pemilik universitas. Namanya Clare Agatha Stewart. Daddy pasti tahu dia dan Daddy sangat menenalnya. Aku sangat mencintainya Daddy dan aku tidak akan mau menikah jika wanita itu bukan dia."Ekspresi tuan dan nyonya Harvest berubah.Reagan berkata lagi, "Aku tahu ini salah, tapi aku sangat mencintanya. Aku sangat mencintai Agatha dan kami saling mencintai."***Di dalam kamar yang besar dan sejuk sambil berbaring Clar
"Sayang, bisa kau jelaskan untuk siapa mobil yang kau minta dari papi?""Untuk bibi Soraya, Pi. Katanya hari ini dia berulang tahun. Jadi dia memintaku hadiah mobil."Zet!Soraya dan Rebecca terpaku.Dean menatap tajam ke arah mereka. "Aku tak menyangka mereka begitu berani membohongimu, Nak. Hari ini bukan ulang tahun Soraya, Clare, dia telah membohongimu.""Benarkah?""Untuk apa papi bohong? Papi tidak seperti mereka, Nak. Mereka itu tukang bohong."Aku minta maaf, Papi. Aku hanya menuruti apa yang bibi Soraya minta.""Apalagi yang dia minta padamu selain mobil?""Berapa hari lalu kata nenek Rebecca bibi Soraya diculik. Untuk membebaskannya mereka harus meminta uang jutaan dolar. Karena kasihan, aku memberikan uang itu kepada mereka. Aku sendiri yang mengantar uang itu ke rumah mereka."Zet!Keringat membasahi tubuh Rebecca dan Soraya."Maafkan aku, Pi, aku salah.""Tidak, Sayang. Papi tidak marah padamu, kau hanya korban. Mereka yang salah dan mereka harus dihukum."Tut! Tut!Dean
Ting! Tong!"Kalau begitu biar aku yang buka, itu pasti Clare."Soraya mengekor di belakang Rebecca sambil membawa gelasnya.Ting! Tong!"Sabar, Sayang. Bibi dan nenekmu akan tiba," kata Rebecca lalu memegang handle pintu untuk membukanya.Clek!"Selamat malam."Senyum di wajah Rebecca dan Soraya lenyap melihat dua sosok tinggi berpakaian polisi berdiri di depan pintu."Malam," balas Rebecca, "Ada yang bisa dibantu?""Apa benar di sini sedang merayakan pesta ulang tahun?" tanya salah satu polisi sambil menatap Rebecca dan Soraya secara bergantian.Soraya melirik ibunya dan lalu berkata dalam hati, 'Untuk apa kedua polisi ini datang ke sini? Lagi pula siapa yang memberitahu kepada mereka soal acara ulang tahun?'"Eh, mungkin Anda salah tempat, Pak. Di sini tidak ada pesta ulang tahun," jawab Rebecca cepat.Salah satu polisi mengambil catatan dari saku celana kemudian membacanya. "Tapi catatan ini menunjukan bahwa alamatnya di sini. Apa benar di sini rumah Soraya Oxley?"Drtt... Drtt...
Dean mendekati Reagan. "Benar, bahkan Rebecca dan Soraya tidak pernah tahu soal ini. Yang tahu hal ini sekarang hanya kalian berdua dan pak rektor."Menyebutkan rektor membuat Clare terkejut. Jika sebelumnya ia tidak akan berani membuka suara soal hubungan Soraya dan lelaki itu, saat ini tanpa berpikir panjang Clare mengutarakan apa yang ia rasakan saking kesalnya kepada Soraya.Dean tersenyum. "Aku dan ibumu sudah tahu soal itu, Sayang, kau tidak perlu khawatir.""Benarkah? Papi tahu dari siapa?" tanya Clare penasaran.Dean tak ingin melibatkan Reagan. Meski ia tahu kabar itu sejak awal dari Reagan, ia telah menyiapkan jawaban yang pas atas pertanyaan yang dilontarkan Clare."John sendiri yang menceritakan semuanya kepada kami. Tapi kami tidak akan menyalahkannya, dia juga hanya korban Soraya dan Rebecca.""Jahat sekali mereka," kata Clare marah, "Seandainya aku tahu siapa mereka sejak awal aku tidak akan pernah mau membantu mereka."Kensky menatap Clare. "Jauh sebelum ini sebenarnya