Aku memutuskan untuk berhenti dan menghadapi pemilik suara itu yang ternyata ada 6 orang berpakaian preman. Shopia terpaksa mengikuti dan mencari perlindungan di belakangku.
“Maaf, siapa kalian semua? Dan kenapa berteriak tak jelas ke kami?”
“Kalian yang siapa? Dan kenapa kalian ke sini?”
“Kami hanya menjalankan tugas dan tidak ada urusannya dengan kalian.”
“Persetan dengan tugas kalian. Yang jelas kehadiran kalian mengancam kenyamanan dan ketentraman lokasi kekuasaan kami. Dan siapapun yang mengusik tempat ini maka mereka akan berhadapan dengan kami semua dan saya khususnya.”
“Kami tidak ada niat untuk mengusik abang-abang semua. Kami hanya menjalankan prosedur dan tempat ini sudah dilegalkan secara hukum untuk digarap.”
“Dan itu masalahnya. Pemerintah selalu tidak kooperatif untuk hal dasar begini. Sikapnya terkesan egois dan lebih mementingkan golongan sebelah. Ini tidak
Mau tidak mau suka tidak suka aku hadapi mereka. Secepat yang kubisa lakukan aku amankan Shopia dengan membawanya agak menjauh meski dengan berlari di tengah jalanan becek sehingga sepatu dan celana kami penuh dengan bercak tanah basah. Dan tahap selanjutnya adalah memulai pertarungan itu.Dengan kemampuan bela diri yang pernah kupelajari dan kecepatan gerakan yang pernah kufokus dalami membuat pukulan mereka kalah cepat dengan pukulanku yang mendarat di beberapa bagian fatal tubuh mereka satu satu. Serta merta mereka sempoyongan dan dari mereka ada yang langsung ambruk.Segera kuhajar satu persatu di bagian fatal yang lain sehingga mereka sulit bergerak dengan masing-masing tinju mengepal mengenai wajah mereka. Dengan durasi yang singkat aku berhasil melumpuhkan mereka. Tepat saat semua ambruk tak berdaya kawan-kawan tim yang terdiri dari beberapa grup berbondong-bondong menghampiri kami.“Are you okay Pak? Are you okay Bu?&ldquo
Ibu menceritakan soal Renata yang meskipun aku sangat malas membahas itu lagi. Ibu memintaku untuk mendengarkannya dengan begitu aku bisa semakin bulat mengambil sikapku. Hubungan baik dan kedekatan ibu dengan Renata tempo lalu membuat ibu merasa tidak enak jika tidak mengatakan itu padaku.Intinya Renata sangat menyesali perbuatannya. Dengan isak tangis yang menderu ia menyampaikan permintaan maafnya dan memohon agar menyampaikannya padaku karena sejak kejadian itu aku memblokir nomornya. Sepanjang di telepon Renata, ibu tidak banyak berkomentar selain meminta Renata untuk sabar dan ikhlas sekaligus menasihati untuk mencari lelaki yang lebih baik. Ibu tahu sikap dan karakterku bagaimana dan rasanya sangat sulit jika harus balik dengan Renata apalagi dipaksa.Aku berterimakasih pada ibu yang sangat kooperatif. Lalu ibu sedikit membahas soal ayah. Ibu mengaku kalau ayah sudah tahu soal pembicaraan aku dan ibu semalam. Karena momennya pas ibu sekaligus membujuk ayah untu
Pak Anthoni mengabarkan kalau hari ini Shopia berhalangan hadir karena ditugaskan untuk menyelesaikan berkas-berkas yang harus disiapkan sebelum dimulainya proyek. Itu artinya dia bersibuk di ruangan kerjanya di tempat berbeda dari gedung ini.Di dalam ruangan komisaris kami membahas tentang persiapan matang menuju dimulainya proyek yang sebentar lagi diselenggarakan. Pak Komisaris menetapkan akhir minggu ini semua persiapan harus sudah siap karena setelah weekend proyek akan dimulai. Pak Anthoni dan Pak Komisaris menegaskan beberapa hal kepadaku selaku Ketua agar proyek berjalan sesuai yang direncakan dan menghasilkan sesuai yang diharapkan. Aku meyakinkan mereka berdua sekaligus menjabarkan strategi yang akan kulakukan.Saat istirahat kerja ayah berkirim pesan agar sepulang kerja nanti aku mampir ke suatu tempat tak jauh dari tempat kerjaku. Ada seseorang yang mau memberikan barang ke ayah tapi tak sempat main ke rumah. Karena barangnya mendesak dibutuhkan j
“Kenapa kau di sini Maria? Gerangan apa yang membawamu ke sini?”“Lho. Kakak yang kenapa di sini? Aku disuruh ayahku ke sini menemui seseorang.”Apakah ini benar-benar jebakan? Bagian dari strategi Ayah dan Pak Herman agar kami bertemu? Terus jika sudah ketemu mau apa? Kami harus apa? Dan apa mau mereka?“Berarti kita dijebak Mar. Ayahku bilang hal yang sama.”“Tidak salah lagi Kak.”“Orang tua kita benar-benar bersikeras agar kita berjodoh serta menyetujui pernikahan yang mereka harapkan.”“Kalau aku sih tidak menolak Kak. Justru senang-senang saja dan berterimakasih malah.” Maria mengatakannya dengan semangat dan senang. Berharap aku merespons senada tapi maaf aku tidak seperti itu.“Tapi tidak denganku Mar.” Ekspresi wajahnya yang tadinya ceria mendadak lesu dan murung. Aku tidak begitu mempedulikannya.“Sebagaimana kita sepakati bersam
Setelah tertegun cukup lama untuk merasakan kesedihan akibat pertanyaanku Maria menjawabnya.“Banyak kak. Banyak sekali yang akan terjadi.”“Contohnya?” tanyaku memastikan.“Kesehatan, kepercayaan, hubungan, penyesalan, perasaan, dan banyak lainnya.”“Bisa kau breakdown detailnya?”“Dalam kesehatan, kedua ayah kita sama-sama memiliki riwayat jantung. Apalagi ayah Kakak yang dengar-dengar punya penyakit asma juga. Ayahku sendiri selain memiliki riwayat jantung juga memiliki gejala struk. Maka jika perjodohan yang batal itu sampai menyerang jantung mereka maka, apa artinya hal itu jika tidak membunuh mereka perlahan?“Selain itu, selama ini kedua belah pihak di keluarga kita sudah saling percaya dan saling menaruh harap diantara keduanya dalam perjodohan ini. Jika salah satu ada yang menolak itu artinya telah kepercayaan itu akan ternodai yang mana secara tidak langusng
Namun sayang seribu sayang. Belum sempat aku mengangkat telponnya Maria mendekatiku dan mengatakan sesuatu untuk kemudian pergi. Membuat langkah tanganku terhenti seketika. “Kak, dengarkan aku. Meski saat ini aku tidak memperoleh cinta Kakak tapi aku berjanji akan berjuang sekuat tenaga untuk membuat Kakak mencintaiku. Meski pada akhirnya kita tidak jadi menikah alias perjodohan itu sesuai apa yang Kakak inginkan. Batal!”Aku tak merespons sama sekali. Maria berjalan membelakangiku lalu menjauh dan pergi entah kemana. Mungkin pulang dan menceritakan kejadian ini pada ayahnya. Atau bergegas ke kamar begitu sampai rumah lalu menangisi apa yang terjadi dengan terus meratapi. Aku tidak peduli. Itu urusannya dan bukan urusanku. Lagian di awal aku sudah bilang dan berkali-kali aku tegaskan kalau aku tidak mencintanya.Telepon terus berdering hingga akhirnya mati. Sengaja tak kuangkat. Rasanya kurang nendang jika a
Pilihan ini cukup menyulitkanku untuk kupilih. Antara melanjutkan pekerjaanku di hari pertama mulai proyek atau pulang ke rumah sebagaimana disarankan orang yang ada di telepon. Suara pemilik telpon itu tak lain dan tak bukan adalah Maria. Hati dan pikiranku diliputi kebingungan dengan sekenario kejadian yang disampaikan dengan terburu-buru oleh Maria.Ia bilang kalau ayah sedang kumat jantungnya dan membutuhkan perawatan segera. Tapi kenapa ia ada di rumahku? Lalu ibu kemana? Kenapa bukan ibu yang memberi tahuku langsung. Aku berpikir kalau mungkin itu adalah akal-akalan ayah saja agar aku bisa menemui Maria. Seperti yang dilakukan sebelumnya. Karena keraguanku itu ditambah aku harus segera melaksanakan tugasku sebagai ketua akhirnya drama itu tak begitu kugubris. Aku bilang padanya lakukan saja apa yang bisa dilakukan jika ayah benar benar kambuh. Tak lama kemudian aku menutup teleponnya dan menyampaikan kalau aku sangat sibuk hari ini.Ya! Aku lebih me
Aku pun segera menuju rumah sakit. Rumah sakit yang sama dengan tempat aku dirawat. Mobilku melesat cepat. Jalanan tak seramai saat berangkat. Karena sudah semakin larut tak banyak kendaraan yang memadati seisi jalan kota sehingga aku sampai di rumah sakit lebih cepat.Setiba disana aku langsung ke resepsionis, menunjukkan identitas dan memberitahu keperluanku. Sesaat kemudian petugas memberitahu tempat ayah dirawat. Bergegas aku menuju ke ruangan yang dimaksud.Begitu tiba di ruangan, pintu kuketuk lalu kubuka. Semua perhatian mengarah padaku. Ayah yang terbaring lemas dengan oksigen membantu pernafasannya dan tentu saja infus yang terhubung ke salah satu punggung tangannya. Wajahnya berubah senang begitu tahu aku datang hanya saja ia tak bicara. Ibu yang tahu aku datang juga lega dan sedikit mengeluhkan kenapa baru datang sekarang. Aku jelaskan soal pembukaan proyek dan hari pertama eksekusi. Lalu di samping ibu ada Pak Herman dan putri kesayangannya Maria juga sedan