Apapun yang terjadi, tidak akan mengubah pendirian Aldo yang bertujuan untuk mengajak Dyta jalan-jalan hari ini. Tak ada kejadian yang terlalu mengganggu juga, malah Aldo merasa bersyukur adanya kasus seperti ini ketika dia dan Dyta pulang ke Bukittinggi.
Jika saja hal itu terjadi tanpa kehadiran mereka, entah apa yang akan terjadi sekarang ini. Mungkin Alya maupun Bagas telah celaka, atau bisa juga Atika maupun Erlan yang mengalaminya. So, big blessed yang Aldo rasakan.
Usai makan siang, Aldo dan Dyta pamit pada Atika untuk mengajak Dyta keliling Bukittinggi.
“Mami sama Papi nggak ikutan sekalian? Kalian kan juga jarang jalan-jalan, mumpung ada Aldo disini.”
“Iya, Tan … nggak apa-apa kok, makin rame kan makin seru,” sambung Dyta yang mengira mungkin saja kedua calon mertuanya itu tak nyaman sama dia.
“Lain kali saja,” sahut Erlan.
“Iya, benar, lain kali aja,” sambung Atika. “Lagia
“Maafin Aldo, Pi … Aldo janji setelah semuanya beres, Aldo akan baik-baik menata kehidupan Aldo.”“Ayo, Dyt kita jalan sekarang,” ajaknya kemudian. Dia melakukan itu tentu untuk menghindari Erlan maupun Atika.Tangan Erlan terangkat, hendak menahan kepergian putranya, tapi juga ragu hendak melakukannya atau tidak. Mendebatkan hal seperti ini pada waktu yang tidak tepat juga bukan solusi yang tepat. Hingga pada akhirnya, Erlan mengurungkan niatnya, membiarkan Aldo dan Dyta berlalu begitu saja. Pasangan paruh baya itu hanya bisa menatap kepergian anak serta calon menantu mereka dengan tatapan lirih.“Aku khawatir, Erlan … semoga tidak adalagi sesuatu yang buruk terjadi sama keluarga kita,” lontar Atika. Kalimatnya tidak terdengar oleh Aldo dan Dyta pastinya. Ia berkata pelan saja, hanya Erlan yang dapat mendengarnya. Selain itu pasangan muda tersebut bahkan telah lenyap dari pandangan mereka berdua.Erlan me
Tiba lagi di rumah, hari mulai larut. Sebelumnya tentu mereka juga wisata kuliner lebih dulu, nasi kapau fenomenal tak luput dari pilihan mereka. Sehingga sesampainya mereka di rumah, keduanya hanya perlu membersihkan diri, lalu beristirahat.Namun, Aldo yang tidak bisa terlelap memilih keluar dari kamar menuju teras. Disana ternyata juga ada Alya. Aldo lalu mendekatinya secara perlahan.“Malam-malam begini kok sendirian di luar?!” lontar Aldo sambil melangkah.Tentu kehadiran Aldo mengejutkan perempuan itu.“Eh … Kak Aldo belum tidur?”“Nggak bisa tidur, nggak ngantuk.”“Tapi, habis jalan-jalan pasti capek banget.”Aldo tak menjawab, ia lebih kepada merebahkan diri pada kursi panjang yang diduduki Alya, adiknya itu yang kecantikannya hampir menyamai Dyta bergegas menggeser posisinya. Setelahnya ia justru mengalihkan topik.“Soal mereka … kamu kenapa nggak ceri
Begitulah obrolan adik kakak itu berakhir, sayang sekali Aldo tidak berhasil mendapatkan informasi apapun mengenai pelaku ketiga, dia harus tetap bekerja keras buat mengungkap perihal ini. Namun bagaimanapun dia tetap meyakini bahwa Dirly pelakuknya.Keesokan harinya, Aldo dan Dyta belum balik ke Jakarta, hari ini masih hari libur, senin pagi baru mereka pulang. Aldo berniat mengajak Dyta jalan-jalan lagi ke beberapa tempat yang belum sempat mereka kunjungi hari ini.“Om Aldo sama Tante Dyta mau kemana? Bagas boleh ikut?”“Eh … nggak boleh gitu, Sayang. Nggak boleh ganggu Om sama Tante,” nasehat Alya.“Kamu ini ngomong apa, Al? Nggak apa-apa kali,” sahut Aldo cepat. Setelahnya segera beralih pada Bagas.“Tentu, Bagas ... kamu boleh ikut.”“Yeee!” soraknya girang.“Kita semua boleh pergi bersama. Jadi gimana, Mi … Pi? Hari ini juga bisa liburan bareng, kan?
"Hah? Oh, itu ... Kayaknya mobil itu ikutin kita terus deh.""Oya?"Dyta sontak ikut melirik ke belakang, semua orang yang ada di dalam mobil melakukan hal yang sama. Hari sudah larut saat itu, kira-kira pukul 22.00 karena mereka masih menyempatkan waktu untuk mampir makan malam tadi. Namun mereka semua yang tidak begitu memperhatikan kendaraan tersebut tidak tahu jika mobil itu mengikuti mereka sejak lama, hanya Aldo yang menyadarinya.
Hingga kendaraan mereka benar-benar berhenti di depan rumah keluarga Eduard, mobil tersebut juga ikut menepi agak berjarak dengan mobil mereka."Ayo turun!" ajak Atika,"Tunggu dulu!" cegah Aldo cepat membuat suasana jadi tegang seketika. Ia menambahkan lagi, "Mobil itu ada di belakang sekarang!"Semua orang kembali menoleh ke arah belakang, termasuk Bagas yang baru terjaga. Bocah cilik itu menggosok-gosok matanya sembari melirik ke sekeliling juga. Memastikan ada dimana dia, Bagas bersuara,“Kita udah sampe, ya? Kenapa nggak turun?” Dia bahkan sudah menyentuh knot buat membuka pengunci pintu mobil. Alya pastinya langsung menepis tangannya.“Tunggu sebentar lagi, Sayang.”“Do, apa perlu kita muter lagi? Katanya ini juga bisa jadi modus loh. Kalau ada yang ngikutin sampe di rumah, lebih baik kita nggak langsung turun, karena katanya saat itu mereka akan beraksi!” Kali ini Dyta yang sedari tadi hanya diam sa
“Maaf, Bos … kami belum berhasil membawa dia, sesuai permintaan Bos, kami lebih memilih mencari tahu hal lain dulu Bos,” lapor salah satu dari mereka.“Maksudmu?”“Begini, Bos … mengenai kecurigaan Bos ... kami bermain aman. Kami mengirim orang buat mencari tahu identitas orang ini berdasarkan foto yang bos kirimkan, dan cukup mencengangkan, Bos ….”Aldo semakin dibuat kebingungan dengan penjelasan anak buahnya yang berputar-putar, membuatnya kesal saja.“Kau sedang permainkan aku, huh? Katakan dengan jelas!” pekik Aldo dengan nada agak meninggi.“Ehm maksud saya begini. Kami awalnya memeriksa identitasnya pada orang dalam dengan segala data yang ada, tapi ternyata nihil. Orang ini tidak terdaftar dimanapun.”Aldo semakin keheranan saja, tapi kali ini dia tetap sabar menunggu penjelasan dari anak buahnya.“Lalu saya mengirim Dom …,” ter
Aldo benar-benar dibuat semakin pusing oleh kasus ini, berbelit-belit bagai benang kusut yang tak kunjung terurai. Dia berharap dapat segera menyelesaikannya. Utamanya sekarang dia merasa perlu menemui Dimas. Usai kepergian anak buahnya, Aldo menghubungi Dave untuk mengabari soal apa yang dia temukan.“Apa?” Bahkan Dave juga terkejut mendengarnya. Dan mereka berdua memutuskan akan menemui Dimas di penjara besok setelah Aldo dan Dyta kembali ke Jakarta.Malam itu Aldo tidak dapat tidur dengan nyenyak memikirkan hal ini, sebelum kembali ke Jakarta sudah pasti dia meminta beberapa pengawal menjaga keluarganya. Setidaknya bisa membuat dia lebih tenang, semua titik telah diamankan. Baik itu keluarga Dyta, maupun keluarga Eduard sendiri.Aldo dan Dyta mendarat di Jakarta sekitar pukul 10 siang, Dave sendiri yang menjemput mereka. Usai mengantar Dyta pulang ke mansion, mereka langsung menemui Dimas di penjara. Mereka harus meminta keterangan dari orang ini
Sepertinya rencana Aldo dan Dave cukup membuahkan hasil, dengan berdiam dan tatapan tajam serta mengintimidasi, mereka berhasil membuat Dimas berbicara lebih banyak.“Aku memang mengenal Frix, dan benar … dia juga salah satu anggota geng Ponix, dia teman kami. Dia juga dikenal sebagai anggota terbaik di sepanjang masa atas kerapiannya dalam menangani berbagai kasus ….”“Tapi asal kalian tau ….”Dimas memasukkan lagi semua berkas yang ada kedalam amplop, baru setelahnya melanjutkan lagi pembicaraannya.“Kami tidak pernah terikat satu sama lain dalam menerima tugas, jadi kalian salah besar jika mengira aku mengetahui segala hal yang Frix lakukan.”“Mungkin selama ini tidak banyak yang tau tentang geng Ponix, kami menerima job bukan dirembuk bersama, tapi lebih kepada bersifat privasi. Masing-masing anggota memiliki kerjaannya sendiri tanpa campur tangan yang lainnya.”“