Aldo mencoba menenangkan Dyta, lalu memberinya aba-aba bagaimana ia harus menanggapi Cecep. Dia pun dengan segera mempraktekkannya sebelum Cecep bersuara sekali lagi.
“A-aku baik-baik aja kok,” ujar Dyta agak gugup.
“Bener, kamu nggak apa-apa?” tanggap Cecep tampak lega, tapi juga mengandung curiga.
“I-iya, aku nggak apa-apa.” Dyta masih saja gugup, entahlah … dia benar-benar lupa caranya bersikap tenang disaat-saat seperti ini.
“Kalau begitu cepat buka pintunya,” cecar Cecep kemudian.
“Aku nggak bisa buka, pintunya terkunci,” jawan Dyta sesuai arahan Aldo. Kekasihnya itu mengacunginya jempol.
Namun kelegaan mereka ini hanya sebentar saja, sampai Cecep melontarkan kalimat berikut,
“Baiklah, aku akan membuka pintu dengan kunci cadangan.”
Cecep bahkan terdengar meminta kunci pada seseorang di luar sana, dan untungnya orang itu tidak membawanya serta ke
Kegiatan menurunkan Dyta berlangsung dengan sangat berhati-hati, tapi juga cepat. Mereka memang harus bergerak gesit. Bahkan saat ini kunci telah berada di tangan Cecep sebab dia memberitahukan pada Dyta akan segera membuka pintu. Namun, mereka semua bisa bernapas lega karena Dyta telah mendarat dengan selamat di bawah sana.“Buruan, kalian juga turun sekarang!” cecar Yeni.Dia begitu panik, suasana memang benar-benar mencekam. Seharusnya memang tidak akan ada waktu lagi.“Apa kau tidak ikut saja sekalian?” Aldo justru menawarkan hal demikian. Padahal Dave telah memanjat lebih dulu dipinta olehnya.Bagaimanapun orang ini telah menolong mereka, Aldo bukan orang yang suka berhutang budi, apalagi pada orang yang sama sekali tidak dia kenal.“Tidak perlu, Tuan … kalian saja!”“Tapi ….”Aldo masih saja mencecar, padahal keadaan benar-benar mendesak saat ini.“Buruan
Belum lagi tantangan ketika kendaraan mereka akan melewati gerbang, seorang satpam hendak menghadang mobil mereka atas perintah Cecep agar memeriksa setiap mobil yang akan keluar. Cecep mengirimkan foto mereka bertiga pada petugas tersebut dengan pesan jika melihat ketiga orang itu ia harus menahannya.“Dave, kurangi kecepatan! Kau tidak lihat ada orang di depan sana?!” teriak Aldo panik saat Dave tetap melaju dengan kecepatan tinggi seperti tak memedulikan pria di depan yang tak lain adalah satpan itu.“Tenang saja, Tuan … dia pasti akan menyingkir dengan sendirinya.”Ketika posisi mereka hampir mendekat, si satpam ini belum bergerak sama sekali, bahkan merentangkan kedua tangan seakan meminta mereka berhenti.“Dave, dia tidak menyingkir, kayaknya dia minta kita berhenti!” Aldo semakin panik saja. “Kau bisa menabraknya, Dave!”Dyta juga tak kalah paniknya, tapi dia lebih kepada berteriak kecil
Berhasil melarikan diri dari kejaran para musuh, sekarang ini mereka bertiga baru saja keluar dari rumah sewanya Dyta mengambil lagi barang-barangnya, sebab Aldo mengharuskan perempuan itu tinggal di mansionnya lagi.Awalnya Dyta sempat menolak dengan alasan dia masih kesal ditinggal Aldo tanpa kabar apapun waktu itu, sekaligus trauma hal yang sama akan terulang kembali nantinya, tapi setelah dibujuk oleh Aldo dengan sangat, akhirnya dia menyerah juga.“Jadi selama ini kamu balik kesini, Dyt?”“Hem em,” sahut Dyta sambil mengangguk, sedangkan tangannya sibuk memasang sabuk pengaman. “Memangnya tinggal dimana lagi?”“Aku kira kamu tinggal satu apartemen sama bajingan itu.”“Ish, kau kira aku semurahan ini? Dasar menyebalkan!” Dyta tampak kecewa.“Iya deh, maaf. Habisnya waktu itu aku liat kamu masuk ke dalam apartemen bersama bajingan itu.“Kapan?” Dyta bahka
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung