BERSAMBUNG
Puluhan polisi mengamankan sebuah rumah mewah. Rumah ini milik si Ratu Skincare...!Dan…Rey yang kini sudah sadar kaget tak kepalang, tanganya sudah di borgol dan tubuhnya di papah masuk ke mobil patroli polisi.Rey yang awalnya tak tahu apa-apa bingung juga apa yang terjadi. Namun dia kini baru nyadar, dirinya di tuding sebagai pembunuh…Reni.Tubuhnya ditemukan tak jauh dari tubuh wanita cantik itu, Reni tewas dengan tembakan di dada dan pistolnya ada di tangan…Rey.Ya...Rey di tuduh sebagai pembunuh tunggal Reni, tuduhan yang bikin Rey hampir pingsan saking bingungnya.Tranggg…kunci sel di gembok, Rey yang masih kebingungan tak bisa berkat-kata, ia benar-benar tak paham apa yang terjadi saat ini.Kenapa tahu-tahu dirinya di tuduh sebagai pembunuh dan yang terbunuh Reni pula orangnya!Yang ia ingat, dirinya pingsan di hajar anak buah Om Frans. Lalu tahu-tahu dia di tangkap polisi dan ketika melihat sekelilingnya, hampir semaput pemuda apes ini, saat melihat jasad Reni yang berlumuran
“Secara sah dan menyakinkan, maka terdakwa di vonis 15 tahun penjara, Tok..tok...tok!”Hakim sudah menjatuhkan vonis buat Rey, setelah jalani sidang hanya 3X.Mata Rey nanar…tak ada ekspresi, dia juga tak mendengar ucapan pengacaranya yang bilang akan pikir-pikir untuk banding.Vonis kini sudah di jatuhkan buatnya, tuntutan 20 tahun penjara berbuah vonis 15 tahun penjara buatnya.Tak pernah dalam mimpi sekalipun Rey harus menerima hukuman yang sangat lama di usianya yang baru 23 tahunan.Rey dijebloskan di lembaga pemasyarakatan, pemuda ini hampir gila dengan nasibnya sendiri yang benar-benar apes tak ketulungan ini.Tak pernah dia duga, dirinya akan di fitnah sebagai pelaku pembunuhan yang sama sekali tidak dia lakukan.Semua pembelaannya mental, dia bahkan dikatakan halu oleh jaksa penuntut umum.Dendam membara melanda di dalam dadanya, terutama pada orang yang sudah begitu sadis memfitnahnya, juga pada jaksa dan hakim yang enteng saja memvonis dirinya.Belum lagi ulah pengacaranya y
Rey pun ikuti gerakan-gerakan Amang, awalnya kaku, namun Amang ajari pelan-pelan dan lama-kelamaan Rey mulai mulai bisa mengimbangi.Saat membuka baju karena mulai berkeringat, Rey kaget, tubuhnya kurus, sampai-sampai tulang bahunya terlihat.“Mulai sekarang, makanlah yang banyak, agar tubuh kamu berisi,” saran Amang tertawa sekaligus iba dan Rey pun mengangguk, baru nyadar kalau dia selama ini terlalu larut dalam pikiran kosong, yang justru merugikan dirinya sendiri.Rey beruntung bertemu Amang, dia ternyata seorang napi yang di takuti juga di segani di lembaga pemasyarakatan ini.Amang ternyata napi pembunuh yang tak tanggung-tanggung pernah menghabisi 10 orang sekaligus.Dia awalnya di hukum mati, lalu dapat remisi menjadi seumur hidup, dan sudah menjalani hukumannya selama 15 tahun, remisi yang ia terima selama ini mencapai 5 tahunan.“Kabarnya hukumanku akan berubah lagi jadi 20 tahunan, karena dianggap berkelakuan baik. Entahlah…mau seumur hidup atau 20 tahunan, aku tak masalah,
Sejak saat itulah, Gonto kapok dan tak berani lagi dengan Amang.Dan orang inilah dulu yang menolong Rey dari ‘siksaan’ Gonto Cs. Apalagi kini Rey makin akrab dengan Amang, sehingga Rey aman di sini.Rey pun berlatih mulai dasar, ibarat sekolah, dia mulai taman kanak-kanak, tak bisa instan langsung ke sekolah menengah. Amang sangat disiplin dan tegas!“Segala sesuatu tak bisa grasa-grusu, semua tergantung ke uletan kamu,” cetus Amang dan Rey pun mengangguk.Rey ternyata memiliki kesabaran yang mengagumkan hati Amang, pemuda ini tak pernah mengeluh dengan latihan keras yang Amang ajarkan.Rey seolah mengejar ketinggalannya selama bertahun-tahun.Awal-awalnya dia merasa sangat berat dan tersiksa, Amang ternyata tak kenal kompromi dalam melatihnya.“Kalau kamu tak sanggup bilang saja, aku tak memaksa,” cetus Amang.“Tidak, tetap lanjut,” sahut Rey dan Amang pun tersenyum senang.Fisiknya terkuras habis, tapi di satu sisi, Rey pun kini makin lahap makan, tak peduli menunya seadanya, karena
Kalau dulu Rey akan cuek saja dan tidak peduli siapapun yang ribut. Tapi kini beda, rasa pedenya membuat Rey mendekati keributan ini.Seorang pria bertato terlihat terkapar di hajar Gonto Cs.“Hei cukup, bisa mati orang itu!” tegur Rey.“Hehh…kamu tak usah ikut campur, walaupun kamu anak buah Amang, blok di sini wilayahku,” bentak Gonto, seakan penegasan agar Rey tak perlu ikut campur.Rey yang diam-diam masih kesal karena makanannya pernah di sepak Gonto dan kepalanya pernah di geplak preman ini juga dulu awal-awalnya di sini sering di palak anak buahnya, kini sama sekali tak takut.Dia melihat orang yang di hajar ini agaknya seorang tahanan baru, pria setengah baya ini setengah pingsan.“Aku tak ingin ikut campur urusan kalian, tapi…ku rasa tak usahlah menghajar orang sampai mau mampus begitu!” celetuk Rey.“He-he-he…mulai ngelunjak kamu yaa, mentang-mentang jadi anak buah di tua Amang itu.”Gonto mendekati Rey dan ketika bermaksud akan tarik krah baju anak muda ini, secara tiba-tiba
Pria yang di hajar kelompok Gonto, kelompok preman di Lapas ini, kini sedang jalani perawatan, usai di hajar Rey. Dan setelah sembuh akan di kirim ke Nusakambangan, kini di giring ke sel yang di tempati Rey dan Amang, juga 5 orang tahanan lainnya.Kondisinya sudah baikan, begitu melihat Rey, pria ini langsung tersenyum dan mendekatinya. Tentu saja dia tahu berkat Rey lah, nyawanya tertolong.“Terima kasih anak muda,” katanya, lalu salami Rey, juga Amang dan tahanan lainnya, sekaligus kenalkan diri.“Jadi kamu selama ini penguasa wilayah Jakarta Selatan ya Bung Jantra?” Amang buka obrolan.“Begitulah Bang Amang…tapi aku kena apes, yang ku lawan dan hadapi kali ini orang berduit dan miliki kedekatan dengan aparat. Akhirnya aku di vonis 1 tahun dengan tuduhan penyerobotan lahan, padahal kelompok merekalah yang serobot lahan tersebut!” sahut Jantra, sang tokoh preman Jaksel ini.“Hmm…jangan-jangan si Gonto Cs yang di sikat Rey itu sengaja di order buat hajar kamu di lapas ini Jantra,” teb
“Jadi…Bang Jantra sudah tahu rencanaku,” Rey memelankan suaranya, Jantra tersenyum dan mengangguk.Jantra lalu uraikan rencananya buat Rey kabur, kaget juga Rey, tak pernah terpikirkan rencana ini. Amang pun sama, kini niat untuk kabur pun makin di membara di hati Rey.“Aku akan bebas 1,5 bulanan lagi, makanya aku bisa ke sana kemari tanpa ada yang curiga,” kata Jantra lagi, Jantra juga blak-blakan bilang, tidak murah dia sogok seseorang, agar hukumannya di pangkas!“Hampir 250 juta uangku ludes,” cetus Jantra blak-blakan.Akhirnya ketiganya berunding atau lebih tepatnya Jantra beri petunjuk untuk Rey, bagaimana caranya kabur dari LP ini.Dua hari kemudian…Rey kini terlihat pura-pura bertanya bertanya pada seorang sipir tentang pemindahan 70 orang tahanan ke Nusakambangan, yang bakal di lakukan besok hari.Tak lama kemudian si sipir ini kebelet buang air, dia pun meninggalkan Rey yang kembali pura-pura melihat kesibukan rencana pemindahan puluhan napi ini ke Nusakambangan.Para petuga
Setelah bayar ongkos taksi hampir 300 ribuan, Rey pun kini cari orang yang jual pakaian yang masih buka di tengah malam ini. Harapan Rey terkabul, dia melihat ada yang masih jualan pakaian eks impor dan agaknya bersiap akan tutup, waktu sudah lewat tengah malam.Tanpa basa-basi Rey pilih masing dua kaos, satu jaket denim dan dua celana, plus topi, juga sepatu kets.“Berapa Bang?”“Dua kaos 40 ribu, dua celana jeans 130, 1 jaket 75 dan 1 topi 20 ribu, satu sepatu 75 ribu, satu ransel 40 ribu jadi semuanya 380 ribu Om!”Tanpa ragu Rey cabut uangnya 400 ribu. “Kembaliannya buat Abang, tapi boleh saya ganti pakaian di situ Bang?”“Boleh Om, silahkan, pakaiannya juga aman, sudah saya cuci bersih sebelum di jual, saya jamin tak bakalan gatal, rendamna juga lama!” seloroh si penjual baju eks impor ini dengan wajah sumringah, di saat mau tutup dia dapat rejeki besar.Rey kini duduk di sebuah warung, dia tak lagi pakai baju sipir yang sudah dia buang ke laut, juga sepatunya. Rey kini pakai jak
Dorrr…dorrr…dorrr!Sang instruktur menembak sampai melongo melihat bidiknya tembakan sang calon perwira ini.Inilah pelajaran yang paling Rey sukai…latihan menembak!Dari ratusan siswa calon perwira, Rey jawaranya dan selalu unggul di bandingkan siswa lainnya. Kalau sudah berlatih, Rey benar-benar tunjukan skill hebatnya.Sebulan jelang pelantikan sebagai perwira angkatan darat dengan pangkat Letnan Dua. Rey tiba-tiba di panggil pelatih menembak-nya, untuk di bawa menghadap wakil kepala sekolah di Akmil ini.Si kapten ini undur diri dan membiarkan Rey berduaan dengan sang Wakasek Akmil berpangkat bintang satu.Di dadanya tertulis nama Arnold.“Hmm…nama lengkap kamu Reynaldhy Haruna, apa hubunganmu dengan Inspekstur Jenderal Polisi purnawirawan Fandi Haruna?” tanya Brigjen Arnold sambil menatap tajam Rey yang berdiri tegap.“Siap jenderal…itu nama mendiang kakek saya!”“Ohh…berarti kamu cucunya…?”“Siap jenderal!”“Tahukah kamu siapa kakekmu itu Rey?”“Siap jenderal…maaf, saya tidak tah
Acung menatap wajah murung Rey, sahabat dekatnya ini bilang Roro pindah kuliah ke luar negeri, seminggu setelah mereka jalan-jalan di mal dan nongki di kafe itu…!“Sabar ya brother,” hanya itu kalimat hiburan dari Acung, pemuda ini sama sekali tak tahu apa sebabnya hubungan Roro dan Rey agaknya tak bisa mulus.Rey pun hanya hela nafas. “Pasti Tante Nora sudah melaporkan kedekatanku dengan Tante Rifka…!” batin Rey sambil hembuskan asap rokoknya.Sejak hari itu, Rey hanya fokus ke kuliahnya dan ingin segera wisuda, yang kini tinggal hitungan bulan. Rey bahkan menolak melayani Rifka Cs lagi, berapapun di bayar!“Aku harus berubah…tak mungkin selamanya aku jadi manusia tercela!” batin Rey lagi, sambil searching di ponselnya dan…matanya menatap pendaftaran jadi…perwira Angkatan Darat. 5 bulan kemudian….Acung memeluk erat sahabatnya, hari ini Rey pamit dengan sahabatnya ini, untuk ke Magelang. Rey juga sudah ajukan pengunduran dirinya sebagai staf HRD di perusahaan tambang Raheem Sulaimin
Tak pernah seujung kuku-pun Rey mengira, kalau Roro adalah anak Rifka, sang klien-nya yang masih rutin pakai jasanya hingga saat ini.“Roro kamu masuk, mami mau bicara dengan temanmu ini!” cetus Rifka dingin.Roro yang tak curiga dan tak pernah menduga kalau Rey adalah ‘ani-ani’ ibunya, dia mengangguk dan masuk ke dalam rumah setelah mendadah ke Rey.Rifka mendengus kecil melihat keakraban anak gadisnya ini dengan Rey. Sesuatu yang tak pernah di sangka-sangkanya sama sekali.Dia pun menatap tajam wajah pemuda tampan yang sudah bikin dia puas di ranjang ini dan rela keluarkan uang tak sedikit, untuk dapatkan kehangatan Rey.“Rey…ku minta ini yang pertama dan terakhir bagi kamu antar Roro, selanjutnya jangan coba-coba lagi dekati dia, ingat siapa kamu ini…paham!”Rey hanya mengangguk dan Rifka dengan langkah anggun sambil lenggang lenggukkan pantatnya yang jadi ‘langganan’ di hajar Rey, berjalan balik ke dalam rumah.Rey yang mulai suka dengan Roro kini tahu diri, umpatan Rifka seakan me
"Rifka…ini bagaimana?” Rey tentu saja bingung, di telpon sang klien-nya ini tidak pernah cerita kalau dia harus melayani…3 klien sekaligus.“Rey, ini Nora dan Lin Lin, mereka sahabat dekatku. Jangan khawatir, kami semua wanita terhormat dan siap bayar mahal kamu. Tapi saat ini kamu harus bisa puaskan kami bertiga, bagaimana, apakah kamu sanggup?” cetus Rifka enteng.“Iya gantengggg…aku sudah gatel pingin rasakan sodokan singkong kamu, yang bikin si Rifka jalan ngangkang sampai seminggu hiks-hiks-hiks!” wanita bernama Nora terkekeh, termasuk Lin Lin,wanita keturunan yang putihnya bak kapas.Ketiga wanita parobaya ini seolah sedang bersiap telan bulat-bulat pemuda tampan ini.Tak punya pilihan lain, Rey pun tanpa ragu malam ini sikat ketiganya bergantian, Nora dan Lin Lin bak kesetanan saja dengan suara-suara ributnya.Rifka terkekeh saja melihat dua sahabatnya di hajar Rey di depan hidungnya. Dia sengaja beri kesempatan keduanya menikmati kehebatan si gigolo tampan ini.“Pantatnya janga
Dosen Rifka tersenyum manis menatap Rey, dia melepas kacamata minusnya dan menyambut pemuda tampan ini di apartemennya.“Akhirnya kamu datang juga Rey, aku lagi bete saat ini!” Rifka ternyata tidak langsung ke topik, agaknya si dosen ini mau curhat.Rey mendengarkan saja, bak seorang guru pembimbing, dia juga menerima wine yang di sodorkan Rifka.“Bete kenapa bu dosen?”“Hmm…jangan panggil aku bu dosen donk, serasa lagi jadi pembimbing skripsi ajahh tauuu!” sungut Rifka dibikin agak kenes, hingga Rey tersenyum kecil.“Maaf…Rifka…apa yang bikin kamu bete?” Rey ulang lagi pertanyaannya.“Suamiku…dia ternyata diam-diam punya selingkuhan, padahal aku ini kurang apa, belum terlalu tua, badan…masih kencang, apem…lihat masih segar kan?”Tanpa ragu Rifka buka gaun tipisnya dan terlihatlah gundukan montok di sela pahanya, Rey kaget dan tersenyum di kulum. “Mungkin…dia butuh selingan Rifka!” sahut Rey asal saja, kaget juga melihat Rifka yang selama ini terkenal sebagai wanita anggun dan berkela
Rey ternyata sudah di tunggu staf HRD di perusahaan tambang ini, katabelece dari Bungki membuat dia langsung di terima kerja dan dii tempatkan sebagai staf HRD, apalagi Rey pintar Bahasa Inggris juga lulus D-3 jurusan Komunikasi Multimedia.Teringat saran Paman Mukhlis, dua minggu kemudian, saat baca penerimaan mahasiswa baru, Rey pun lanjutkan kuliah di sebuah kampus swasta, untuk kejar S-1 nya, yang segaris dengan jurusan D-3 nya.Selama kerja di sini, Rey belum pernah bertemu sang bos Raheem Sulaimin.Tapi Rey tak memusingkan itu, toh dia ingin kerja sebaik-baiknya dan pastinya kuliah dengan baik, yang cukup hanya 3 semester dan bisa lulus S-1.3 bulan kemudian, Rey dapat kabar baik, dia di minta Bungki ke Jakarta, untuk ambil surat pembebasannya, sekaligus keterangan sebagai korban salah tangkap dan pembersihan namanya yang bukan narapidana!Andai bukan Bungki yang menasehatinya, hampir saja Rey akan menuntut balik polisi dan kejaksaan, sekaligus ingin minta kompensasi atas fitnah
Rey tak mau buru-buru mendatangi kantor Raheem Sulaimin, sepupunya Bungki ini. Dia sengaja cari kost yang tentunya terjangkau isi kantongnya.Rey memutuskan akan tinggal di kota ini untuk menenangkan diri.Kost di sini pastinya tak semahal di Jakarta, juga mudah mencarinya, sopir taksi bandara langsung antar dia di kost di maksud, yang sewanya 1 juta perbulan dan isinya sudah komplet, pakai AC pula, kamarnya juga lumayan luas.“Tempatnya aman bang bos, boleh bawa 'istri', yang penting jangan bikin keributan dan jangan mabuk juga narkoba, pemiliknya mantan tentara soalnya,” kata si sopir taksi terkekeh. Rey hanya senyum saja tak menanggapi berlebihan.Ia paham apa makna bawa istri..?Rey kini duduk termangu di kamar kostnya, hatinya yang paling dalam kini justru ingin mencari ayah kandungnya.Ibunya anehnya tetap bersikukuh tak mau beri tahu siapa ayah kandungnya itu.Malah sumpah serapah yang di keluarkan ibunya, sehingga Rey makin bingung sendiri, sampai segitunya ibunya ini dendam de
Kedua orang muda ini duduk berhadapan di sebuah kafe. Satu hari setelah Pahru dan Ijas mereka interogasi dan keluar pengakuan mengejutkan dari mulut kedua preman itu, dan kini keduanya sudah di tahan anak buah Bungki.Tak pernah se-ujung kuku pun Rey meyangka, kalau wanita yang pernah menyiksanya saat berkencan dahulu dan bayar mahal dirinya tega melakukan itu padanya.Rey juga sudah buka-bukaan ke Bungki di mana kenal Tante Neci, anehnya Bungki senyum saja, seolah tak aneh dengan kerjaan sampingan Rey yang jadi gigolo ini.Pertanyaan Rey sekarang…why, kenapa Tante Neci tega berbuat itu padanya dan kenapa Reni harus di bunuh?“Tim yang aku pimpin kini sedang buru Tante Neci. Tapi kamu tetap masih di anggap buronan, sampai Tante Neci berhasil di tangkap dan kelak pengadilan harus rehabilitasi namamu. Barulah kamu akan lepas dari cap buronan!” kali ini Bungki menatap wajah Rey.Bungki juga sebutkan, sudah 5 tempat yang di geledah anak buahnya sampai saat ini, tapi Tante Neci seakan tengg
“Ayo kita bergerak,” ajak Bungki, Rey pun ikutan turun dari mobil dan mengikuti langkah Bungki.Saat itu terlihat ada 3 preman yang sedang aseek merokok dan minum. Sambil memantau para jukir liar yang atur parkir mobil dan motor yang makan – minum di warteg pinggir jalan.Kawasan Tanah Abang kalau malam memang menjamur pedagang warteg dan banyak orang makan di sini, bukan hanya kalangan orang biasa, juga kalangan artis pun kadang suka makan di kawasan ini.Bungki tanpa ba-bi bu tiba-tiba jambak salah satu kepala preman yang agaknya jadi pimpinan di sini, dua rekannya yang kaget langsung bangkit dan ingin menyerang.Tapi keduanya kaget setengah mati, saat Bungki cabut pstolnya dan menodong ke arah mereka. “Kalian berdua diam di sana, kalau macam-macam aku tak segan dor kepala kalian,” bentak Bungki dengan wajah bengis, sehingga kedua preman itu keder.Hagu yang melihat gaya brangasan Bungki mendiamkan saja ulah polisi ini. Biarpun dalam hati kaget juga, baru kali ini dia melihat asl