Pasir keramat merupakan sebuah padang pasir tak berujung. Sejauh mata memandang hanya terdapat pasir yang membentang luas, akan tetapi tempat ini merupakan salah satu gerbang menuju gudang senjata. Banyak korban berjatuhan terutama manusia biasa yang mati kelaparan dan kehausan. Terkadang mereka mati karena dimangsa oleh laba-laba yang menghuni tempat itu sekaligus penjaga gerbang menuju tempat gudang senjata.
Juan yang sudah sepenuhnya sembuh melanjutkan perjalanan dengan ditemani oleh Widura yang selalu melingkar dilehernya serta Rengganis dan Andara yang menemani perjalanan nya , tentunya Gentala ikut namun bukan dalam bentuk manusianya melainkan sebuah kalung yang sebelumnya melingkar di leher Juan. Sebelumnya ia beralasan pada Rengganis dan Andara untuk pergi kesuatu tempat, dia bahkan berpura-pura menitipkan Juan pada Andara.
" Tolong jaga murid kesayanganku." pintanya pada Andara.
Andara tertegun. ia menatap tak percaya kepada Gentala yanng tengah menyesap teh pagi." Tapi tuan, aku hanyalah gadis lemah, kenapa tidak minta kepada Rengganis saja? Dia sangat kuat, saya yakin dia bisa menjaga Juan lebih baik dari pada saya. "
Gentala menggeleng. " Aku tak mempercayainya sama sekali, lebih baik aku menitipkannya padamu dari pada kepadanya, lagi pula aku sangat yakin kamu bisa menjaganya untukku. Menitipkan Juan padanya sama saja menitipkan anak kambing kepada harimau. " timpalnya, melirik kearah Rengganis yang tengah berbibaca dengan Juan
" Tapi. . .
" Ssssttt " Gentala menaruh jari telunjuknya pada bibir Andara. " Kamu tak perlu cemas jika kalian berada dalam bahaya aku pasti segera menyelamatkan kalian." katanya seraya kembali menyesap tehnya kembali.
Juan dan Rengganis menghampiri mereka berdua. Wajah Andara terlihat tegang.
" Andara! ada apa dengan wajahmu? "
Andara terlonjak kaget. " Bukan apa-apa? "
" Benarkah? "
Andara mengangguk.
" Baiklah." kata Juan. Melirik Gentala," guru kami pergi dulu. " pamit Juan. Seraya membungkuk memberi hormat. Di ikuti oleh Andara dan Rengganis.
*
Andara hanya bisa meneguk salivanya setiap kali Rengganis menatapnya tajam.Selama perjalanan Andara lebih banyak diam, tengkuknya terasa dingin menusuk setiap dirinya mengajak Juan untuk sekedar berbicara atau pun berjalan disebelahnya.
Bleduummm. terdengar ledakan yang tak jauh dari arah mereka, langkah mereka terhenti lalu saling bertukar pandang, bergegas pergi menuju sumber suara tersebut.
Juan merasa deja vu , didepannya seorang pria yang sedikit lebih tua darinya tengah bertarung sengit dengan seekor monster laba-laba , namun tampaknya pria itu terlihat kelelahan, wajahnya pucat pasi, tangan kirinya menekan kuat tangan kanan yang sudah berubah warna menjadi hijau pekat, terdapat darah dari sudut bibirnya. Laba-laba itu menembakkan sebuah jaring dari mulutnya, namun dengan sigap. Juan meraih pinggang pria itu membawanya menghindari jaring. Pria itu pingsan dalam dekapan Juan.
Marah karena mangsanya telah dicuri, monsterlaba- laba itu mengeluarkan suara lengkingan yang memekakkan telinga.
" Hati- hati. " Rengganis berkata.
Tak lama setelah Rengganis berkata tiba-tiba tanah bergetar hebat, tak jauh dari sana terlihat segerombolan monster laba-laba yang berjalan menuju ke arah mereka, mata Juan terbeliak melihat sekelompok monster laba-laba dalam jumlah yang sangat banyak. Sigap, Juan meletakkan pria itu di punggungnya.
" LARIIIII! " teriak Juan.
Namun sepertinya mereka terlambat karena mereka sudah di kelilingi oleh sekelompok monster laba-laba , mereka bertiga saling mendekatkan punggung.
" Apa yang kita lakukan? " tanya cemas Andara. Tangannya bergetar hebat.
Ekspresi Rengganis tenang seakan-akan apa yang didepannya bukanlah apa-apa, " Tentu saja kita harus membantai mereka, "
" Tapi bagaimana caranya? jumlah mereka sangat banyak sedangkan kita hanya berempat." ucap Andara, melirik kepada orang di punggung Juan, " tapi yang satunya pingsan," cicitnya.
" Pilihan kita hanya dua, menyerah atau berjuang. " ungkap Juan. Matanya menatap dingin pada sekelompok monster laba-laba itu. " Widura! lindungi aku dan bantai mereka semua. "
Seketika Widura mengubah bentuknya menjadi raksasa, ia menggeram seraya melindungi tuannya.
Rengganis tersenyum puas mendengar perkataannya.Di balik penampilannya yang cantik nan elegan, Rengganis mampu membunuh dua ekor monster laba-laba sekaligus hanya dengan satu serangan. Tak mau kalah dan tak ingin menjadi beban, Andara pun mengeluarkan kemampuan yang selama ini disembunyikan nya, tangan kanannya mengeluarkan sebuah busur merah menyala. Hanya sekali tembakan ia mampu membakar monster laba-laba itu menjadi abu, berbeda dengan Juan yang hanya bisa menghidar tanpa menyerang balik. Widura yang setia terus melindungi tuannya. dia menggunakan ekornya untuk membunuh monster laba-laba itu.Tak selamanya dilindungi, Juan berusaha keras menghindari serangan demi serangan seraya menjaga orang yang berada di punggungnya.
" Bocah, kenapa kamu belum membunuh satupun? apa kamu tidak malu dengan para wanita itu. " kata Gentala dari dalam kalung, mereka berbicara melalui telepati.
" Mau bagaimana lagi, aku baru berada ditahap lima sedangkan monster di depan ku berada di tahap enam, aku tak memiliki senjata seperti Rengganis dan Andara untuk membantuku melawannya. Apalagi aku kesulitan bergerak. " timpalnya seraya berusaha menghindari racun yang di lontarkan dari mulut monster laba-laba itu.
" Jangan banyak alasan, aku saja mampu membunuhnya tanpa menggunakan senjata apapun. Bahkan sambil membawa orang sekampung sekaligus. "
" Itu karena kita berbeda ."
" Apa nya yang berbeda? kau dan aku sama-sama berjenis laki-laki. "
Meskipun mereka berhasil membunuh banyak monster laba-laba itu, namun jumlah mereka terus bertambah seakan tak ada habisnya. Juan melirik kearah Rengganis yang mulai kelelahan begitu juga dengan Andara.
" Bukan seperti itu -- sudahlah, apa guru tak ada cara untuk membunuh mereka?"
Hening.
" Guru!" teriaknya.
" Kamu tak perlu berteriak seperti itu, sebentar lagi bantuan akan datang. "
Juan mengerutkan dahinya, tak mengerti. Hingga tiba-tiba sebuah angin kencang menerbangkan sebagian besar jumlah monster laba-laba itu.
" Ayo pergi. "
Juan menoleh kesumber suara. " Paman Ranu?" tanyanya heran.
Ranu tersenyum. " Nanti paman jelaskan, lebih baik kita pergi terlebih dahulu dari sini. " katanya seraya membawa Juan pergi dari sekelompok laba-laba itu, Rengganis, Andara beserta Widura mengikuti jejak Juan.
Di suatu tempat.
Setelah berhasil meloloskan diri dari sekelompok monster laba-laba akhirnya mereka menemukan sebuah gua. Juan membaringkan pria itu secara perlahan, tubuhnya mengeluarkan banyak keringat, serta racunnnya yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, Juan berniat membuka baju pria itu namun ia urungkan karena menyadari ada dua gadis dibelakangnya. Juan menoleh kebelakang.
" Bisakah kalian. . .
" Aku akan menyalakan api unggun. " kata Andara seraya pergi, Rengganis mengekorinya tanpa berkata sedikitpun.
Juan pun melepaskan satu persatu pakaian pria itu, matanya terbeliak melihat racun yang mulai menjalar keseluruh tubuh pria itu, warna hijau pekat hampir menutupi seluruh tubuhnya. Ranu pun memperhatikan setiap jengkal tubuh pria di hadapannya.
" Kita harus segera mengeluarkan racun dalam tubuhnya, jika tidak? orang ini akan mati,"
Juan mengangguk.
" Apa kamu bisa melakukannya? "
Juan terdiam, meskipun mengetahui caranya, namun Juan tak yakin bisa melakukannya sebab ia tak pernah mempraktekkannya. pada siapapun.
Sebuah tangan terulur mengusap kepalanya lembut. Juan menoleh.
" Paman yakin kamu pasti bisa."
" Tapi-- aku tak pernah melakukannya. "
" Apa kamu akan membiarkannya mati?"
Juan menggeleng.
" Kalau begitu tolonglah, paman yakin kamu pasti bisa melakukannya, karena kamu adalah seorang anak jenius."
Juan kembali terdiam.
" Apa kamu akan membiarkannya mati? "Juan menggeleng." Kalau begitu tolonglah, paman yakin kamu pasti bisa melakukannya, karena kamu adalah seorang anak jenius."Juan kembali terdiam." Juan!!"Juan tersentak kaget, ia memandang wajah paman Ranu lalu memandang pria yang tengah berbaring lemah, tubuhnya terus menegluarkan keringat yang banyak, bahkan wajahnya terlihat gelisah. Tangan Juan mengepal kuat." Tapi kita tak memiliki bahan obat untuk mengeluarkan racun yang berada dalam tubuhnya. "Ranu terdiam ia meletakkan tangannya di dagu seraya berpikir, mendongkak. " Jenis bahan apa yang kamu perlukan? "" Tanaman Kumis Kucing, Rumput Wangi serta Bunga Kaliandra. "" Jika rumput wangi dan bunga kaliandra, disini kita memilikinya, kebetulan aku selalu membawanya kemana-ma
Meski Juan berhasil mengeluarkan seluruh racun dari tubuh pria itu, namun pria itu tak ada tanda-tanda akan sadar. Juan pun menjadi cemas, setiap pagi selalu memeriksa denyut nadi pria itu, tapi tak menemukan sesuatu yang janggal, tapi kenapa pria itu tak kunjung sadar?." Paman? apa menurutmu aku melakukan kesalahan? " tanya JuanRanu menggeleng. " Sepertinya tidak. "" Lantas mengapa dia tak kunjung bangun? "Ranu pun meletakkan tangan nya di dagu. " Paman pun tak tahu, kita tunggu tiga hari lagi. "" Bagaimana jika dia sudah melewati tiga hari, dan dia masih tidak sadarkan kan diri? " Tanya Andara penasaran." Mungkin kita harus. ." Tunggu, lihat dia! " Rengganis berkata.Tubuh pria itu tiba-tiba bergerak secara gelisah, tubuhnya mulai mengeluarkan banyak keringat.
" Apa yang ingin paman katakan padaku? " tanya Juan.Ranu memandanginya lekat." Kenapa paman memandangiku seperti itu? "" Sejak kapan? "Juan memiringkan kepalanya. " Sejak kapan apa? "Ranu menghela nafas. " Sejak kapan kamu memiliki kekuatan? "Juan tertegun. " So-so-soal itu . . . " kepalanya tertunduk seraya meremas ujung bajunya.Ranu berjalan mendekatinya, Juan semakin gugup.Tanpa diduga Ranu menarik Juan kedalam pelukannya. Mata Juan terbeliak. Tangan Ranu mengelus puncak kepalanya lembut seraya berkata, " tidak apa-apa jika kamu tak ingin memberitahu paman. " Juan mendongkak, Ranu tersenyum. " Paman ikut senang, akhirnya kamu sudah punya kekuatan sendiri, berhati-hatilah. Kita tak tahu, takdir apa yang akan menunggumu dimasa depan? "Juan terdiam sesaat lalu mengangguk
" JUAN AWAS!!!" teriak Andara.Juan menoleh, namun terlambat, salah satu tentakel monster itu mengenai tubuhnya hingga terpental jauh. ' Brak ' tubuh Juan menabrak gunung, hingga menciptakan retakan yang besar. ' Uhuk. ' Juan memuntahkan banyak darah dari dalam mulutnya." JUAN! " pekik Andara.Tangan Andara mengepal kuat, matanya melotot marah kearah monster Gurita di depannya. " BERANINYA KAU!! " berangnya, dengan sisa kekuatan spiritualnya. Andara memasukan semua kekuatannya pada anak panah terakhirnya.' Syut ' ' Bledum ' anak panah itu melesat seperti petir mengenai mata monster gurita itu. seluruh dataran bergetar hebat akibat gerak tubuh dan raungan kesakitan yang dikeluarkan dari monster gurita itu. Marah, monster gurita itu menangkap dan mencengkram tubuh Andara dengan sangat kuat, rona pada wajahnya mulai memucat, Andara bahkan mulai mengalami kesulitan untuk b
Sudah beberapa hari, Gentala harus terjebak di dalam di dalam dimensi yang di ciptakan oleh dirinya sendiri, jika saja ia tak menghabiskan kekuatannya untuk melawan orang berjubah hitam itu mungkin saja ia tak akan berakhir semenyedihkan ini, apalagi keberadaan Ranu yang muncul secara tiba-tiba dan membuatnya tak bisa berbuat apa-apa, untung saja ia pandai mendeteksi spiritual seseorang, jika tidak, mungkin saja rahasia kecil dengan muridnya akan terbongkar begitu saja. Namun jika harus memilih ia lebih baik mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulut Rengganis dari pada harus terjebak di dalam dimensinya, setiap hari ia hanya bisa memperhatikan mereka yang bercanda ria seraya menyantap ayam panggang.Hari ini Ranu bahkan mengajarinya berupa gerakan tarian angin. Siang dan malam, Juan terus mengulangi gerakan yang di ajarkan oleh Ranu padanya tanpa mengenal rasa lelah." Juan gerakan mu semakin bagus, paman tidak
Juan memegang perutnya yang sakit, terdapat darah dari sudut bibirnya, " Guru, uhuk uhuk uhuk. " Panggilnya, kembali memuntahkan darah.Gentala melirik muridnya, " diamlah murid bodoh, akan aku selesaikan dalam satu serangan. "Gentala memotong salah satu tentakel monster gurita yang mencengkram tubuh Andara menggunakan kipasnya hingga menjadi beberapa bagian, tubuh Andara lepas dari cengkramannya, tubuhnya melayang di udara, Gentala menangkap tubuhnya yang ramping, matanya perlahan terbuka, ia tercengang dengan kehadirannya, " Tuan Gentala? bagaimana bisa? " katanya lalu tak sadarkan diri. Gentala pun membawa tubuh Andara kesisi Juan tak lupa ia pun kembali dan membawa tubuh Kerta putra." Jagalah mereka. " katanya seraya pergi, namun tangan Juan menahan kepergiaannya, menatapnya dengan tatapan, takut serta khawatir, " Jangan pergi, "Gentala tersenyum, meraih tangannya seraya berk
Mata itu menatapnya penuh kecewa, kedua matanya mengeluarkan air mata yang mengalir begitu saja membasahi kedua pipinya, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. " T-t-tuan? " tangan yang bergetar serta berlumuran darah mencoba menyentuh wajahnya. Namun, ' Jleb ' ia menusukkan pisau itu seraya berkata " Maafkan aku. " membuatnya memuntahkan banyak darah dari dalam mulutnya ." Guru! " teriak Juan. ia terbangun dari mimpi buruknya, menatap tangannya tak percaya, air matanya mengalir begitu saja membasahi kedua pipinya.Andara yang ikut terbangun, kaget mendengar teriakan Juan yang tiba-tiba membuatnya penasaran ." Ada apa Juan? " tanyanya, bangun lalu menghampiri Juan.Berbeda dengan Kerta Putra yang tak terusik sama sekali bagaikan putri tidur.Tubuh Juan bergetar, mimpi itu terulang lagi, dimana gurunya meninggal di tangannya sendiri. Setiap mimpi itu datangm Juan beru
" Kenapa? "" Kenapa apanya? "" Kenapa kamu menyelamatkan ku? "Hening sesaat, " apa aku perlu alasan untuk menolong temanku sendiri? "Andara berdiri di belakang Juan dan menatap tak suka pada Kerta Putra. kepala Kerta Putra menunduk seraya memeluk bola itu seakan -akan bola itu adalah nyawanya yang harus dilindunginya dengan sepenuh jiwa." Sampai kapan kalian akan terus diam seperti itu, waktu kita sudah tak banyak lagi, lebih baik kita bergegas menuju ketempat selanjutnya. " Andara berkata, berjalan keluar dari dalam gua. Mereka berdua pun mengikutinya dari belakang tanpa kata.Mereka kini pergi menuju ketempat terakhir, yaitu gunung merapi yang terletak di pulau terpencil, Kerta Putra bergidik ngeri melihat lava yang bergejolak dari dalam gunung itu, " apa kalian yakin, akan memasuki tempat itu? " Kerta bertanya.
Tidak terasa, akhirnya aku bisa namatin ini buku, padahal sebelumnya aku bingung mau menamatkan buku ini bagaimana? Terlebih lagi karena kesehatan aku yang kemarin-kemarin sempat drop yang mengharuskan istirahat full. Buat kalian yang sudah setia baca cerita ini dari awal hingga akhir, terima kasih karena sudah mau mampir ke cerita aku yang notabenya masih acak-acakan baik itu dari segi penulisan, alur cerita dan masih banyak lagi kekurangannya, sungguh aku sangat, sangat berterima kasih pada kalian. Di lain cerita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat di buku ini. Semoga kalian bisa sabar menunggu cerita baru ku. see you next time ^3^ <3 <3 Love you.
Perburuan malam itu membuat setidaknya beban yang berada di pundak Juan terangkat sedikit. Ia menatap sebuah batu giok yang merupakan milik dari Gentala, tangannya menggenggam batu itu lalu membawanya ke dadanya, berharap gurunya yang sudah di alam sana bisa merasakan kerinduannya.Juan tak pernah menyangka bahwa dirinya yang dulunya selalu di hina dan di kucilkan kini berbalik menjadi sosok yang disegani dan di hormati bahkan di takuti oleh banyak kalangan karena kekuatannya yang sudah melegenda.Dirinya tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Gentala akan merubah nasib sepenuhnya, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya akan menjadi seorang Raja.Keesokkan paginya, Juan pun meminta kepada semua mahapatih untuk berkumpul di aula rapat. Sebab ada hal yang ingin dia katakan.Tentunya setelah mendengar titah tersebut para Mahapatih pun berbondong-bondong menuju aula untuk menghadiri rapat.Setibanya di sana, semua mahapatih ya
Di temani oleh Dewi Ayu dan juga Sekar, kini adalah kali pertama Juan mengunjungi pemakaman gurunya, meski masih terasa berat, namun kini dia sudah baik-baik saja, ia pun meletakkan beberapa dupa serta satu kendi berisi air keras. Menangkupkan kedua tangannya lalu mulai berdo'aSetelah selesai mengirim do'a dan mengutarakan perasaannya, Juan berserta ibunya, memilih untuk kembali ke istana, namun di tengah perjalanan dirinya bertemu dengan Rengganis yang baru pulang dari ekspedisinya.Wanita itu memberi salam, lalu berjalan bersama-sama serta berbagi cerita tentang ekspedisinya membantu Sang ayah memusnahkan para bandit yang selalu meresahkan para warga.Meski tak selalu bisa berada di sisi Juan terus menerus, namun Rengganis sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menemui Juan tentunya ia selalu pulang tanpa tangan kosong.Kendati begitu, Rengganis tak pernah tahu tentang perasaan Juan terhadapnya, apakah dia menganggapnya sebagai teman saja? Atau pria i
Perkataan Rengganis membuat Juan tersadar, apa yang dilakukannya selama ini tak akan membuat gurunya kembali ke sisi nya.Ia pun menarik Rengganis ke dalam dekapannya, membuat wanita itu terlonjak kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Juan." Maaf. " Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Juan, tangannya semakin erat mendekap tubuh wanita itu.Tangan Rengganis yang berniat membalas pelukan itu tiba-tiba berhenti ketika ibu Juan, Dewi Ayu datang bersama Sekar." Ekhem! Maaf ibunda mengganggu kalian. "Rengganis yang terkejut pun langsung bangkit dari posisi ambigunya, ia berdiri seraya merapihkan diri. " Sama sekali tidak bibi. " ujarnya.Seketika suasana di dalam sana berubah menjadi canggung. Semua orang yang berada di dalam sana terdiam, menambah suasana semakin canggung." A-ah kebetulan, Ibunda baru saja memasak wajik kesukaan mu. Apa kamu ingin memakannya putraku? " kata Dewi Ayu memecah kecanggungan di antara mereka.
Beberapa bulan setelah peperangan itu, kerajaan Nemu pun mulai menemukan kembali cahayanya.Namun selama itu kursi tahta itu masih kosong, Sebab Juan menolak untuk mengisinya. Karena mereka tak mungkin memaksa Jaraka yang mentalnya masih hancur. Tapi hanya tinggal Juan saja yang memiliki darah dari Raden Brama Wijaya.Meski sudah di bujuk oleh teman-temannya. Bahkan oleh ibunya sendiri, Juan tetap berkata tidak.Hingga suatu ketika, Gentala memintanya sembari berkata bahwa dirinya ingin melihatnya menjadi seorang raja di sisa akhir hidupnya.Karena gurunya sudah berkata seperti itu, Juan pun mau tak mau harus mengisi kursi itu, dengan syarat bahwa gurunya tak boleh jauh dari dirinya.Gentala pun memutar bola matanya malas.Sungguh merepotkan!" Terserah pada mu saja. Sekalian saja kamu pasangkan tali kekang di leher ku, dan jadikan aku binatang piaraan mu! Kau pikir aku ini Widura! Yang selalu mengikuti mu kemana pun
Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, Juan maupun Gentala dan Juga Nura sama sama kehabisan tenaga. Ketiganya langsung tak sadarkan diri. Beruntung posisi mereka tak jauh dari Rengganis dan lainnya.Mereka pun berbondong-bondong menghampiri ketiganya.Meski Rengganis dan Ling ling sempat berebut siapa yang akan membawa tubuh Juan? Tapi pada akhirnya Yodha Wisesa lah yang membawanya selaku kakeknya.Sesampainya di camp militer, Ayu Dewi pun langsung memburu tubuh putranya dan langsung memberinya pertolongan pertama.Walau terbilang sangat terlambat, namun ayah Rengganis sebisa mungkin membantu, karena sebelumnya ia terkurung di rumahnya sendiri dan tak bisa melepaskan diri.Alhasil, ia tak membantu sama sekali saat perang berlangsung. Demi menebus dosanya, ia bekerja dua kali lipat di banding yang lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.Saat tahu Ranu adalah Nura yang merupakan seorang
Setelah berkali-kali bertukar kekuatan dengan Agri Brata, lambat laun Juan pun mulai merasa bahwa seluruh tubuhnya sudah tak bisa menahan rasa sakit lagi. bahkan ia merasa bahwa seluruh tulang di badannya seperti sedang diremukkan secara perlahan, sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit yang amat luar biasa.Akan tetapi, dia tak bisa menyerah begitu saja dan melewatkan kesempatan langka, sebab ia menyadari bahwa Agri Brata yang merupakan makhluk setengah abadi itu mulai kehilangan kekuatannya. Membuat Juan tak bisa mundur.Tapi sayangnya kedua kakinya sudah tak bisa di gerakkan lagi, bahkan untuk menopang tubuhnya saja sudah sangat sulit, apalagi mengeluarkan kekuatan untuk menyerang." Ayo gerakkan tubuhmu, hanya perlu satu serangan lagi untuk menunju kemenangan. " gumam Juan pada diri sendiri yang tengah berusaha bangkit seraya mengumpulkan tenga.Akan tetapi, seberapa keras ia memaksa tubuhnya untuk berge
Entah siapa yang harus ia salahkan? Apakah ramalan itu? Ataukah karena hasutan istrinya? Maheswara termangu. Hingga sebuah hantaman besar menyadarkannya dari lamunannya.Bledum!! Tubuhnya menghantam sebuah tembok hingga hancur menjadi kepingan yang kecil, dari mulutnya ia memuntahkan banyak kental.Ia terkekeh menerima hantaman tersebut, berkat hantaman itu ia pun menyadari bahwa semua itu karena ambisinya yang terlalu tinggi yang kemudian membutakannya, dirinya bahkan rela mengirimkan ke tujuh saudaranya ke nirwana.Bahkan, ibunya pun ikut menyusul, tak lama setelah ia mengatakan bahwa dia akan menjadi raja.Mungkin ibunya sengaja pergi, agar dirinya tak melihat kehancuran kerajaan di tangan putra sulungnya.Setelah berhasil menduduki tahta, ia mengusir semua selir ayahnya, mengembalikan mereka ke tempat asal mereka. Dan menyisakan mayat ibunya yang sengaja ia awetkan. Supaya dia bisa mendengar dan merasakan bagaimana ia memakmurkan ke
Sejak kepergian Wuyang dan juga Burdana, membuat suasana istana menjadi tak terkendali, banyak pertumpahan terjadi di mana-mana, di mana ketiga putra mendiang raja saling membunuh antar sama lain. Karena mereka percaya bahwa salah satu diantara mereka merupakan penyebab semua ini.Selang beberapa hari , kekuatan Jayara dan Mandana menghilang secara bersamaan. Kecuali Jaraka.Mengetahui hal tersebut, kedua saudara itu bekerja sama untuk membunuh Jaraka, sehingga melupakan bahwa diantara mereka masih ada Maheswara.Di sisi lain Maheswara terduduk manis di dalam kediamannya, menyesap teh panas yang telah di sajikan oleh sang istri seraya menatap permukaan danau yang begitu damai nan tenang.Sejak pembantaian keluarga Burdana yang ia lakukan secara diam-diam, serta mengusir keluarga Wuyang, yang kemudian ia bantai di tengah-tengah perjalanan, meski awalnya sulit.Namun karena ia menyuntikkan racun bunga hitam pada adiknya itu, membuat