Juan bukanlah anak yang pemarah atau pun pendendam, namun untuk pertama kalinya dalam hidup. Dewi Ayu melihat dan merasakan kemarahan dalam diri putranya.
Sejak saat itu putranya sering mengabaikannya dan lebih memilih menghabiskan waktunya bersama ayahnya yaitu Gusti Prabu Maheswara dan juga sekaligus suami dari dirinya.
Entah sudah berapa banyak Dewi Ayu berjalan bolak balik di dalam kamarnya? dirinya merasa tak tenang dan juga gelisah, Ia bahkan mengutuk dirinya karena tak menjelaskan pada putranya sejak awal, jika saja dirinya mengatakannya sejak awal, mungkin hal ini tak akan pernah terjadi.
Kepalanya tiba-tiba menjadi sakit, bahkan beberapa hari ini nafsu makannya selalu hilang entah kemana? Ia pun terduduk dengan salah satu tangan yang memijat pelipisnya.
Tiba-tiba pintu ruangan itu di ketuk, '" Bibi, ini aku Sekar. Bolehkah aku masuk? " ucapnya dengan sedikit ber
Meski Sekar mengatakan bahwa semua itu bukan salahnya, kendati begitu perasaan Juan tetap merasa tak tenang, hatinya begitu gusar. Apalagi mengetahui bahwa ibunya sedang dalam kondisi tak sehat membuatnya semakin bersalah.Bersama dengan Widura, dirinya terus berjalan bulak balik memutari ruangannya, sedangkan rubah itu memilih menonton sejenak, menguap, meringkuk lalu memilih tertidur membiarkan tuannya sibuk dengan dunianya sendiri." Guru, Apa yang harus aku lakukan? " gusarnya. Gigi-giginya tak berhenti menggigiti kuku ibu jarinya. " Apa sakitnya semakin parah? " Pikirannya menjadi semakin runyam saat ibunya tak menghadiri makan pagi. Membuat nafsu makannya menghilang, ia pun hanya memainkan makanannya.Hal tersebut membuat Gusti Prabu Maheswara menyadari dengan sikap anehnya, " Ada apa Juan? Apa kamu tak menyukai makananmu? "Tangan Juan terhenti, menyadari bahwa dirinya sedang menja
Alasan Dewi Ayu tak pernah menceritakan masa lalunya dan juga asal muasal racun yang terdapat di dalam tubuh Juan, itu semua karena dirinya belum menemukan orang yang meracuni dirinya, tapi dirinya sudah mencurigai seseorang, orang yang kemungkinan memiliki dendam mendalam padanya, yaitu Sri Niang, Sang Ratu di negeri ini.Sejak dirinya masuk ke kedalam istana dan menjadi selir kesayangan Gusti Prabu Maheswara, membuat semua selir Raja termasuk Sri Niang diam-diam menaruh dendam terhadapnya, tapi kebencian terbesar hanya terpancar dari Sri Niang, karena sejak kedatangaannya, wanita itu tak pernah lagi menjadi wanita kesayangan Sang Raja.Namun karena tak memiliki bukti yang kuat ia pun hanya bisa diam.Awalnya ia tak tahu bahwa ada racun di dalam tubuh putranya, karena sejak itu ia mengira bahwa putranya memang terlahir sebagai manusia biasa, hingga dirinya bermimpi bertemu dengan seorang pria t
" Apa kamu sudah gila?! Bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa putra ku akan melakukan hal buruk pada kerajaan ini. " Dewi Ayu pun merebut paksa putranya dari tangan suaminya. Memeluknya dengan erat. Sorot matanya menajam.Meski begitu tak ada rasa belas kasihan yang terpancar di dalam mata Sang peramal itu, dia malah mengeluarkan sebilah pedang dan menghunuskannya ke arah Dewi Ayu. " Karena aku bisa melihat masa depan anak ini. "" Persetan! Dengan apa yang kamu ucapkan, meski nyawa yang akan menjadi taruhan. Tak akan kubiarkan siapa pun menyentuh putraku meski pun itu hanya sehelai rambutnya. " ucap tegas Dewi Ayu yang semakin mengeratkan pelukannya. Tubuhnya menyentuh dinding ruangan itu membuatnya semakin terpojok.Jdarrr!!! gemuruh petir pun melengkapi suasana mencekam di dalam ruangan itu, dengan hujan yang semakin deras." Kekeke. " tiba-tiba sang peramal terkekeh geli, ia pun
Karena sejak dulu dirinya suka berpetualangan, Dewi Ayu pun langsung terbiasa, namun kali ini terasa berbeda, karena kali ini ia tak sendiri, bersama dengan putra kecilnya. Petualangan itu terasa lebih menantang dari sebelumnya.Akan tetapi, karena putranya hanyalah manusia biasa membuatnya sedikit cemas, karena menurutnya tak selamanya dia bisa melindungi putranya dari bahaya Ia pun memutuskan mencari desa yang aman dari monster serta menghindari dari kejaran prajurit yang masih mengincar dirinya beserta putranya.Suatu hari ibu dengan anak satu itu bertemu dengan seorang wanita yang sama-sama membawa seorang anak seperti dirinya, tengah kesulitan membawa sekeranjang kayu bakar berukuran besar di punggung kecilnya, karena tak tega, Dewi Ayu pun membantunya dengan membawa setengah dari mereka." Terima kasih sudah menolong kami, " ucapnya. " Ngomong-ngomong, mbakyu ini oran
Setelah lepas dari cengkraman keluarga Gurnito, Dewi Ayu pun akhirnya bisa bernafas dengan lega. Tapi ia masih penasaran dengan orang yang telah menjebak dirinya, Ia pun diam-diam mencari orang tersebut.Namun, setelah mengetahui siapa orang yang menjebaknya membuatnya terkejut, dan tak pernah menduga bahwa orang yang membuatnya terjebak di altar pernikahan itu adalah Siti, sahabat sekaligus orang yang sudah di anggapnya sebagai keluarga. Dirinya tak pernah bahwa wanita itu akan mengkhianatinya seperti ini, bukankah mereka adalah keluarga? Lantas apa yang membuatnya berbuat seperti itu?Karena rasa kekecewaan yang mendalam,Dewi Ayu pun memilih pindah dari rumah Siti dan membuat rumahnya sendiri dengan uang yang ia simpan selama ini. Sejak saat itu hubungan mereka sedikit merenggang,Meski keduanya saling mengabaikan satu sama lain, tapi keduanya sepakat untuk tidak menyeret anak-anak k
Di depan Dewi Ayu, Bratawati bersama putranya tersenyum penuh kemenangan, jika saja Ranu ada di sini, wanita itu pasti tak akan berani berbuat seperti ini terhadapnya. Sungguh satu keluarga yang menyebalkan.Mereka pikir dengan ketiadaan Ranu di sampingnya bisa berbuat dengan sesuka hatinya, sudah cukup bagi dirinya yang sudah bersabar selama ini meladeni sikap mereka yang selalu berbuat sesuka hati, kini saatnya dirinya memberikannya pelajaran. Akan tetapi," Ibunda! "Tubuh Dewi Ayu sedikit tersentak, ia berbalik, keningnya mengerut, mendapati putranya tengah berjalan setengah berlari menghampirinya dengan raut wajah terkejutnya." Juan? "Oh tidak! Kenapa putranya datang di waktu yang tidak tepat? Dewi Ayu pun berusaha sebisa mungkin agar putranya tak semakin jatuh ke dalam masalahnya bersama Bratawati.Akan tetapi, tiba-tiba saja dirin
" Kenapa? Apa kamu masih belum menyerah untuk menginginkan nyawaku? " Dewi Ayu pun melepaskan diri dari rengkuhan Gusti Prabu Maheswara, kedua matanya mendelik tajam. " Dan jauh kan tangan kotor mu dari tubuh ku. " tambahnya. Meski mendapat perlakuan ketus dari Sang istri, Gusti Prabu tak keberatan sama sekali, dirinya malah semakin bersemangat, kedua sudut bibirnya terangakat ke atas, tangannya terulur kedepan, berniat mengelus puncak kepala wanita di depannya, tapi tangan itu tak pernah mendarat di sana, sebab tangan Dewi Ayu langsung menepis kasar tangan itu, sorot matanya semakin menajam. " Apa telinga mu tuli?! Ku bilang jauhkan tangan kotor mu itu dari ku! " " Kakang tahu, kamu pasti marah, tapi Dinda, tolong dengarkan penjelasan Kakang mu ini, " Ucapnya seraya berusaha mendekat, namun langkahnya terhenti ketika Dewi Ayu menghunuskan sebuah pisau kecil yang tersembunyi di balik bajunya yang mengarah tepat ke
" Jadi, dia bukan Ayah yang baik? " tanya Juan dengan sorot mata yang telah di penuhi rasa kecewa.Melihat raut kecewa dari sang putra membuat hati Dewi Ayu terasa sangat sakit, jika saja Ayahnya adalah orang yang baik, mungkin dirinya tak akan menutupi semuanya.Alasan selama ini dirinya yang tak pernah mengatakan tentang Ayahnya adalah karena ia tak ingin melihat raut kecewa dari anaknya seperti sekarang. Jika bisa, dirinya berharap tak pernah lagi bertemu dengan suaminya itu. Namun takdir berkata lain.Sejak dulu, Juan yang selalu penasaran akan sosok Ayahnya, merasa sangat bahagia. Saat dirinya pertama kali bertemu dengan Gusti Prabu Maheswara yang merupakan Ayah kandungnya. Sosoknya yang sangat berwibawa membuatnya semakin mengaguminya.Namun setelah mendengar cerita dari ibunya membuat rasa kagum itu luntur dalam sekejap dan bergantikan dengan rasa kecewa yang mend