Nanea bergerak semakin kencang hingga akhirnya dia berteriak panjang dengan tubuh bergetar hebat tanda dia sudah mencapai puncaknya.Nanea menjatuhkan tubuhnya di atas dada Leon. Liang surganya terlepas dari terong Leon.Nanea mendengar suara halus nafas Leon yang nampaknya juga sudah langsung jatuh tertidur pulas mungkin beberapa detik sebelum Nanea mencapai puncaknya.Setelah istirahat sekitar 5 menit, Nanea yang awalnya ingin tidur juga sambil memeluk Leon, kemudian dia merasa sayang karena selama beberapa hari ini, dia tidak mendapatkan jatah dari Leon.Sekarang ini, melihat Leon ada bersamanya, maka Nanea tidak mau melewatkan kesempatan ini.Karena itu, Nanea yang sudah melepaskan diri dari Leon, kini mulai memegang batang senjata Leon yang agak mengendur itu tidak setegang sebelumnya karena pemiliknya sudah tertidur pulas.Nanea tidak mau benda itu akan mengendur begitu saja, karena itu, dia mulai mengocok-ngocok benda itu, menstimulus benda itu supaya bisa tegang maksimal lagi
"Jadi bagaimana?" tanya Leon kepada Nanea."Tidak ada, Leon. yang tidak ada yang membayar bahkan temanku itu sudah mengenal gadis bernama Rossi yang tempo hari membayar dan katanya semalam gadis yang bernama Rossi itu memang datang ..." jawab Nanea."Terus?""Temanku sempat melihat Rossi bertemu dengan seorang wanita berumur 40 tahunan dan seorang pria berumur kira-kira sama. Terusnya, kita dengarkan saja temanku bicara," Nanea langsung masuk ke dalam ruangan keuangan.Leon langsung ikut dari belakang dengan rasa penasaran yang teramat sangat.Seorang wanita berumur 30 tahunan yang Leon tahu jelas sempat menerima dia dengan Rossi beberapa waktu yang lalu untuk melunasi administrasi perawatan Saras kini meminta Leon dan Nanea untuk duduk di depannya.Nanea pun bertanya, "terus bagaimana, Wati? Kamu bilang kalau kamu sempat melihat gadis itu bertemu dengan dua orang pria dan wanita yang membawa tas agak besar. Iya kan?""Iya. Itulah yang aku lihat.""Terus gimana?""Kayaknya tas yang di
Tidak ada pilihan lain bagi Leon. Setelah Leon tiba di apartemennya Alicia, Leon terpaksa harus siap untuk melayani Alicia.Dengan perginya Rossi yang membawa uangnya Leon, maka mau tidak mau Leon harus melayani Alicia kembali demi biaya perawatan Saras.Alicia mulai melepas bajunya memperlihatkan buah dada besarnya. Kemudian dia berkata, "puaskan aku dan jangan khawatir, besok atau lusa aku akan mengucurkan dana untuk pembiayaan operasi kedua istrimu."Leon cuma mengangguk."Aku juga akan memberikan alamat kedua dari orang-orang yang pernah menganiaya istrimu itu.""Oke.""Aku bahkan bisa memberikan semua nama penganiaya itu, asalkan kamu mau langsung menjadikan aku sebagai istri keduamu. Bagaimana?" tanya Alicia penuh harap."Aku belum bisa memutuskan hal itu sekarang. Kita lakukan bertahap saja kalau memang baru nama kedua yang akan kamu berikan, maka berikan itu sekarang."Alicia merenggut kecewa. Dia pikir dengan senjata yang berada di tangannya yaitu identitas orang-orang yang p
Leon tahu kalau keadaan saat ini cukup berbahaya bagi dirinya dan juga bagi Jarwo.Bagaimanapun, ini adalah masalah Leon sendiri, bukan masalah Jarwo, sehingga, Leon tidak tega kalau sampai Jarwo ikut dihakimi massa.Karena itu, Leon mulai memperhitungkan semuanya. Kalau bisa, dia akan berkorban, asalkan Jarwo bisa lolos dari bahaya.Leon semakin cemas saat teriakan-teriakan di belakang sana kian nyaring terdengar, kian banyak motor yang bergabung untuk mengejar Leon dan Jarwo.Akhirnya Leon berkata, "tinggalkan aku di sini, Jarwo.""Hah! Kenapa?""Aku akan menghadang mereka untuk memberimu kesempatan lolos. Tidak seharusnya kamu terlibat masalah ini." Leon berpikir untuk berkorban.Leon pikir kalau dia turun dari motor, maka dia akan menjadi sasaran amukan massa dan Jarwo akan bisa meloloskan diri dari kejaran massa."No! Aku punya caranya. Percayalah padaku," tegas Jarwo."Bagaimana caranya?""Berpegangan yang kuat.""Baiklah."Setelah itu, Jarwo memacu motornya kencang-kencang. Ter
Tidak ada jawaban di seberang sana. Ini membuat Leon kembali bertanya, "Rossi? Apa yang terjadi? Mengapa kamu tidak mau bicara?""Jangan menelpon aku lagi, Leon." Akhirnya ada jawaban dari Rossi di ujung telepon."Apa maksudmu? Bagaimana dengan uangku?""Lupakan uang itu!" ketus Rossi."Apa maksudmu? Aku percayakan kamu dengan uang itu. Aku ... uang itu untuk biaya pengobatan istriku, Rossi. Please ...""Aku tidak peduli!"Saat ini, Tuti memberi isyarat kepada Leon untuk masuk lift tapi Leon mengangkat tangan untuk memberi isyarat kalau dia minta waktu sebentar.Leon menjauh dua langkah dari Tuti dan berkata, "apa yang terjadi, Rossi? Mengapa kamu seperti ini?""Ini karena kamu yang tidak peduli padaku! Aku cuma minta waktu beberapa jam, karena aku merindukan kamu, Leon. Tapi ... kamu selalu menghindar!""Aku bukan menghindar. Aku bukan tidak peduli padamu, Rossi. Tapi, aku memang belum punya waktu untuk kamu.""Kamu cuma menghubu aku saat butuh untuk membayar biaya rumah sakit istrim
"Ugh ... jangan gerak dulu. Masih sakit." Venti mengerang karena merasa perih."Iya, kak. Aku akan menunggu." Leon tersenyum menenangkan Venty."Punya kamu kenapa sih jadi gede gini? Apa kamu kasih obat?""Gak, kak. Gak pernah aku kasih obat. Dari kecil udah gede.""Wah. Yang jadi istri kamu, pasti merasa beruntung.""Kadang-kadang dia mengeluh sakit, kak.""Hah? Jadi kamu memang sudah punya istri? Aku gak tahu loh soal ini. Gak diceritakan di grup.""Aku memang tidak pernah bercerita soal istriku dan selama ini gak pernah ditanya pelanggan soal itu. Tapi, ya ... aku memang punya istri," tegas Leon."Owalah. Terus, apa istrimu mengijinkan kamu kerja kek gini?"Leon terdiam.Venty menatap Leon penuh selidik. "Aku pernah mendengar tentang istri yang matre yang terus mengeksploitasi suaminya walaupun harus tidur dengan wanita lain. Itu kan yang terjadi?""Tidak, kak. Istriku tidak seperti itu. Aku yang tidak pernah bercerita kepada istriku tentang pekerjaanku ini. Sampai detik ini, dia t
Hanya dalam tempo yang tidak terlalu lama, maka, Venty mulai merasakan gairahnya melonjak-lonjak. Pinggulnya mulai bergerak memutar untuk menandingi tusukan-tusukan yang dilakukan Leon dengan terong besarnya."Aduh ... ini enak benget, Leon. Enak. Oh ...""Iya, kak. Ini enak banget. Oh ... enak banget.""Tusukan kemu berasa banget, Leon di dalam tubuhku. Auh ... eh. Enak e.""Cengkeraman kakak juga hebat, kak. Aku suka.""Nanti abis ini, kamu kasih nomor telponmu, ya? Biar kita bisa atur waktu untuk main di rumahku. Ok?"Leon terdiam mendengar permintaan Venty ini. Sudah beberapa pelanggan yang meminta nomor telponnya. Orang-orang yang ingin berhubungan lebih lanjut dengan Leon, tanpa melalui Tante Lisa.Ini adalah sesuatu yang tidak disetujui oleh Leon. Apalagi dia terikat peraturan di club malam yang mengharuskan dirinya untuk tidak memberikan nomor telponnya kepada pelanggan.Karena itu, Leon tidak menjawab kata-kata Venty itu. Leon memilih untuk terus menggerakkan tubuhnya, mende
"Namaku Justine, Leon," kata pria itu."I'm sorry. Tapi, kita kenal dimana? Kok kamu tahu namaku dan kok tahu aku akan ke rumah sakit?" Leon menatap penuh selidik ke arah pemuda di depannya ini.Pemuda ini hampir setinggi Leon, tapi tubuhnya agak kurus tidak sebesar Leon."Kita memang belum saling kenal. Tapi, aku adalah tunangannya Leticia.""Leticia? Dia punya tunangan?""Ya. Sejak setengah tahun yang lalu. Orang tua kami yang menyatukan kami dalam pertunangan. Tapi, dia tidak pernah menganggap aku ada.""Kamu mencintainya?""Amat sangat," tegas pemuda bernama Justin ini sambil menatap Leon.Leon mengangguk. "Ok. Aku bersedia kamu antar ke rumah sakit. Aku ingin mendengar apa yang ingin kamu bicarakan.""Terimakasih, Leon." Justin membalikkan tubuhnya untuk menuju ke arah pintu keluar."Mengapa kamu tahu aku ada di sini?""Aku pernah melihatmu bersama Leticia kemarin, sewaktu di rumah sakit. Kemudian, aku ikut kamu hingga ke tempat ini. Tapi, semalam, aku belum berani mendekatimu."
Tapi tentu saja Nathan tidak bisa memilih-milih pelanggan. Tugasnya hanya melayani pelanggan dan memuaskan pelanggan dan karena Nathan sudah diutus untuk ke sini, itu berarti Tante Ayu sudah membayar kepada Tante Lisa dan mau tidak mau Nathan harus melayani tante gemuk ini.Ayu menatap Nathan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dia langsung menelan salivanya. "Ini baru enak. Tongkrongannya betul-betul luar biasa, betul-betul mirip dengan yang diceritakan Lisa," batin Ayu.Setelah itu, Ayu mengerling ke arah Tasya. Dia lihat Tasya masih sedang melotot ke arah Nathan. "Woy! Tasya! Kamu ngapain di sini? Kerja sana di bawah."Tasya yang sebenarnya masih sedang menatap ke arah tubuh kekar Nathan sambil menelan ludah, langsung gelagapan. "Iya, bu. Aku segera pergi, bu. Aku segera pergi."Setelah itu, Tasya segera berjalan cepat menuju ke arah lift dan menekan tombol lift. Ternyata lift tidak rusak.Nathan membatin. "Ternyata lift tidak rusak. Nampaknya dia memang sengaja membawaku naik lew
Kita bicarakan nanti soal itu, yang penting, saat ini aku milikmu seutuhnya. Kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau padaku, oke?" bujuk Eva sambil mulai menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan untuk menandingi pergerakan Nathan.Dan bujukan Eva itu berhasil membuat Nathan untuk sementara waktu tidak menuntut jawaban dari Eva dan untuk sementara waktu, Nathan tidak meminta jawaban yang konkrit dari Eva karena goyangan Eva yang luar biasa membuat Nathan sudah melupakan hal yang lain itu.Kali ini keduanya bekerjasama dengan sangat apik untuk sama-sama mendatangkan kenikmatan bagi keduanya. Nathan dengan goyangan ke atas dan ke bawah dan langsung ditanggapi oleh Eva dengan goyangan kekiri dan ke kanan bahkan kadang-kadang memutar.Eva membuat Nathan merasa juniornya dimanjakan betul-betul, Nathan merasa terbang ke awang-awang dalam rasa yang sukar untuk dia ucapkan.Goyangan yang dilakukan Eva ini semakin mendatangkan rasa nikmat bagi Nathan sehingga Nathan semakin terlena, semaki
Sekarang ini, gantian Nathan yang mendesah. Matanya terpejam merasakan permainan lidah yang saat ini sedang dilakukan Eva di permukaan juniornya.Nathan menengadahkan wajahnya ke atas, ke arah kepala ranjang dan kali ini gantian dialah yang meremas-remas sprei ranjangnya karena dia merasakan sensasi yang begitu luar biasa yang dia rasakan karena bibir dan mulut Eva yang memanjakan juniornya.Nathan berdesah semakin liar, dia begitu terjebak dalam nikmat oleh permainan yang sedang dilakukan Eva ini.Sebenarnya kalau Nathan mau, dia bisa mendapatkan hal yang seperti ini dari wanita lain tetapi mereka semua itu, tidak special bagi Nathan sehingga rasanya tidak sehebat ini.Nathan tidak sembarangan memberikan tubuhnya untuk wanita lain, dia cuma ingin melakukan hal seperti ini dengan wanita yang istimewa di hatinya atau dibayar dengan nilai tinggi dan Eva adalah satu-satunya wanita istimewa di hatinya yang dia izinkan untuk menyentuh tubuhnya dan dia akan merasa suatu rasa nikmat yang lua
Ternyata Nathan mengambil es batu di kulkas kamarnya Eva. Setelah itu, dia kembali ke ranjang sambil tersenyum ke arah Eva. Kemudian dia mulai meneteskan es batu itu ke butir merah muda sebelah kiri milik Eva.Eva merasakan rasa dingin yang membuainya saat cairan es batu itu jatuh di butir merah muda miliknya.Setelah beberapa tetesan, tiba-tiba bibir Nathan kembali menyerang ke arah butir merah muda milik Eva yang ranum ini.Nathan mulai menjilati butir merah muda yang terkena cairan es batu itu dan ini membuat Eva tersentak ke atas, dia merasakan rasa dingin yang amat sangat, bercampur dengan rasa geli sebagai akibat dari jilatan lidah Nathan yang membuat hasrat Eva naik jauh tinggi ke atas.Eva merasakan suatu kenikmatan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Tindakan Nathan yang memasukkan es batu dalam permainannya, membuat Eva makin ketagihan dan terbuai tak berdaya dalam rasa nikmat yang tak tertahankan yang membuat dia hanya bisa pasrah, pasrah akan apapun yang Nathan ingin
Akhirnya Nanea menjerit kuat sehingga dia harus menutup mulutnya dengan tangannya karena takut penghuni apartemen sebelah akan mendengar suara teriakannya.Nanea berhasil mendapatkan kepuasan keduanya pada malam ini.Dan seperti janji dari Nathan kepada Nanea, maka setelah memberi dua kepuasan, Nathan langsung merebahkan tubuhnya di samping Nanea untuk tidur.Nanea sebenarnya masih ingin merasakan lebih daripada ini tapi ini saja sudah sangat memuaskan baginya. Karena itu, dia mulai memeluk tubuh Nathan dan mengusap-usap dada bidang perkasa milik Nathan.**Hari ini, Nathan putuskan untuk menemui Eva. Setelah di pertemuan sebelumnya, Nathan menolak berhubungan intim karena kelelahan, hari ini, dia langsung meminta saat bertemu dengan Eva.Eva pun langsung mengiyakan ide dari Nathan ini dengan penuh sukacita.Bibir keduanya mulai saling pagut, lidah mereka mulai saling taut. Pertautan lidah mereka membuat hasrat keduanya mulai naik sehingga tangan Nathan mulai menyentuh buah dada ranum
Nanea bergerak semakin cepat menjepit benda besar yang ada di dalam tubuhnya, benda yang membuat dia semakin pontang-panting dalam rasa nikmat yang luar biasa yang membuat dia kesulitan bernafas saking nikmatnya.Nanea terus menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri dan kadang memutar, menjepit benda besar yang keluar-masuk dalam tubuhnya.Tubuh Nanea dalam posisi duduk di atas Nathan dengan posisi tubuh yang tegak sambil memainkan batang penuh kenikmatan yang kini benar-benar membawa dirinya masuk dalam kenikmatan yang tiada taranya itu.Nanea memegang buah dadanya. Dia ingin memberi stimulus yang lebih kepada dirinya dengan cara meremas-remas buah dadanya agar supaya dia bisa merasakan dua kenikmatan sekaligus, yang satu di bawah dan yang satu di atas.Nanea mengangkat kepalanya untuk melenguh semakin kuat. Tangannya meremas buah dadanya dan mulai memilin tonjolannya.Sementara gerakan Nanea semakin cepat naik turun di atas tubuh Nathan, menikmati gesekan yang terjadi antara mil
Tapi tepat saat Nanea hendak masukkan batang perkasa milik Nathan, pada saat itulah Nathan langsung meronta sehingga Nanea langsung terjatuh ke belakang.Nanea berpegangan pada pinggir kasur. Untung saja dengan sigap Nathan telah duduk untuk memegang tangan Nanea sebelum Nanea jatuh ke bawah.Tanpa sengaja Nathan sudah mendekap tubuh Nanea karena dia takut Nanea jatuh dan kepala belakangnya membentur lantai.Saat Nathan memeluk tubuh Nanea ini, Nathan baru menyadari kalau Nanea sudah berada dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.Nathan langsung melepaskan diri dari Nanea dan berusaha untuk mencari pakaiannya.Nanea yang hasratnya masih naik tinggi walaupun sempat turun sedikit waktu dia hampir jatuh tadi, kini berdiri untuk mendekati Nathan. "Please, aku tidak akan mengatakan ini kepada siapapun, Nathan.""Aku tidak bisa aku takut kamu mengatakan ini kepada pacarku." Nathan tahu apa yang diinginkan Nanea."Aku tidak akan mengatakan ini, Nathan. Aku cuma seorang wanita yang kesepian.
Nanea mulai menyentuh bagian tengah dari benda itu dan ini membuat benda yang sebelumnya hanya mengintip itu, kini mulai keluar dari kurungan segitiga pengaman yang mengungkungnya.Benda itu ingin bebas, apalagi ketika Nanea mulai aktif membelai-belai benda itu. Benda itu mulai membesar dan membuat Nanea sangat kaget karena ukurannya, melampaui apa yang pernah dia bayangkan.Suatu hari, Nanea memang pernah memperhatikan bagian celana Nathan dan dia melihat tonjolan besar pertanda milik Nathan memang besar.Nanea juga pernah secara sengaja menabrakkan tubuhnya pada tubuh Nathan sambil mengambil kesempatan untuk menggesek buah dadanya di dada Nathan dan juga menyentuh batang kemaluan milik Nathan dan dia mendapatkan kesan kalau batang kemaluan itu, memang besar.Karena itu, Nanea mulai membayangkan besar dan indahnya juniornya Nathan itu tapi, semua yang pernah dibayangkan oleh Nanea itu, tidak mirip dengan aslinya. Karena ternyata, aslinya jauh lebih besar yang Nanea bayangkan.Karena
Setelah menghela nafas sekali, akhirnya Nathan mengikuti perintah lembut dari Nanea ini.Nathan segera membuka bajunya di depan tubuh Nanea dengan membelakangi Nanea.Nanea langsung menelan ludah melihat punggung kokoh Nathan karena selama ini dia beberapa kali menghayal bisa melihat tubuh polos Nathan dan sekarang, akhirnya apa yang dia impikan akan segera terjadi secara nyata.Dada Nanea berdebar-debar saat Nathan mulai membuka celana panjangnya.Sesaat kemudian, semuanya semakin sempurna saat Nathan telah tampil di depan mata Nanea dengan hanya memakai segitiga pengaman di bagian inti tubuhnya.Rasa-rasanya Nanea ingin berteriak meminta Nathan untuk segera membuka segitiga itu sekarang juga, tetapi Nanea takut Nathan akan mulai menolak lagi seperti sebelumnya.Karena itu, untuk sementara, Nanea harus puas dengan apa yang dilihatnya ini."Berbaringlah di tempat tidurku," bisik Nanea sambil merapatkan tubuhnya sehingga tubuhnya sempat saling tempel sesaat dengan tubuh Nathan.Nanea s