"Mungkin Tuhan sedang mengarahkanmu pada Reynard, pada pria yang bisa membantumu mengambil alih kembali semua asetmu dari keluarga tirimu itu. Kalau kamu harus merebut kembali semuanya, nama besar Reynard lah yang paling tepat untuk kamu gunakan."Yang tidak Stefan ketahui adalah, kejahatan yang pernah Zevanya lakukan pada Reynard lima tahun yang lalu."Aku mungkin akan Menyelesaikan masalahku dengan keluargaku, tapi akan menimbulkan masalah baru yang jauh lebih besar padaku," gumam Zevanya lirih.Keluarganya tirinya itu pasti tidak akan tinggal diam begitu saja. Bisa jadi mereka akan membocorkan masalah kematian Vale pada Reynard, atau parahnya lagi pada media.Zevanya tidak dapat menatap mata Stefan yang penuh selidik. Ia takut kalau pada akhirnya, ia akan menceritakan juga semuanya pada Stefan. Sementara nasibnya sangat bergantung pada rahasia yang ia tutupi dengan sangat rapat itu."Baiklah kalau memang kamu belum siap cerita sekarang, aku akan tetap menunggu saat-saat kamu mulai
Tatapan Reynard beralih dari monitor komputernya ke Zevanya yang baru saja memasuki ruangannya dengan secangkir kopi di tangannya. Namun bukan kopi itu yang menarik perhatian Reynard, melainkan pakaian kerja yang Zevanya kenakan saat itu.Penampilan Zevanya yang Reynard lihat sekarang ini jauh berbeda dari sebelumnya. Biasanya, Zevanya selalu mengenakan seragam khusus untuk cleaning service, dengan celana panjangnya yang terlihat membosankan.Tapi sekarang ...Zevanya terlihat jauh lebih muda, feminin dan cantik dengan blouse berwarna lavender yang wanita itu padukan dengan rok span berwarna abu, memperlihatkan kulit mulus tanpa cela di kedua kaki jenjangnya yang terlihat indah setiap kali kaki itu melangkah.Tatapan Reynard kembali naik ke wajah Zevanya saat wanita itu meletakkan cangkir kopi Reynard di meja kerjanya. Bahkan tubuh Zevanya memancarkan wangi yang juga jauh lebih memikat dari sebelumnya.Wanita itu tidak sedang ingin menggodanya lagi kan?"Kopi anda, Tuan. Maaf karena i
Tapi semesta seolah menginginkan yang sebaliknya. Karena sejurus kemudian pintu itu terbuka, dan Nada menghambur masuk ke dalamnya. Wanita itu langsung menarik Zevanya yang masih berada di dalam dekapan Reynard sebelum mendaratkan tamparan kerasnya di pipi Zevanya,"Beraninya kau menggoda calon tunangan saya!" teriaknya."Maaf, Tuan Reynard! Saya sudah berusaha mencegah Nona Nada masuk, tapi Nona Nada terus memaksa dan memanfaatkan kelengahan anak buah kita untuk menerobos masuk!" jelas Marco yang sudah berada di belakang Nada.Dengan satu gerakan tangannya yang berkuasa, Reynard meminta Marco keluar dari ruangannya. Ia dapat menangkap gerakan tangan Nada yang hendak melayangkan tamparanannya lagi ke pipi Zevanya sesaat setelah Marco keluar. Namun dengan cepat Reynard menarik Zevanya ke belakangnya untuk melindungi wanita itu,"Beraninya kau menampar karyawan saya di depan mata saya sendiri!" raungnya.Alih-alih takut mendapatkan amarah Reynard, Nada yang tengah terbakar cemburu malah
Sesuai dengan permintaan Reynard, pagi-pagi buta Zevanya sudah datang ke Mansion keluarga Avraam, dengan stelan jas di salah satu tangannya, juga sepasang sepatu baru di tangan lainnya, Reynard sendiri yang minta Zevanya memilih jas dan sepatu itu untuknya. Meski Zevanya sedikit kerepotan dengan barang bawaannya itu, para bodyguard yang menemaninya belanja tidak ada satu pun yang membantunya. Mungkin karena Reynard yang melarang mereka, apalagi tujuannya selain membuat Zevanya kesusahan. Semakin Zevanya menderita semakin senang pria itu dibuatnya. Seorang penjaga yang awalnya menghentikan Zevanya di gerbang masuk mansion, dengan cepat memberi jalan Zevanya untuk masuk setelah bodyguard Reynard yang berdiri di belakangnya menjelaskan posisi zevanya sebagai sekretaris baru Reynard. Perlahan Zevanya memasuki halaman luas Mansion yang telah ditempati leluhur Reynard secara turun-temurun, sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh halaman Mansion itu. Ia tidak hanya mengagumi desain man
Ramon menyusuri tubuh Zevanya dan berhenti pada kedua bukitnya yang menggoda saat menambahkan, "Kamu tumbuh dengan sangat sempurna. Aku menyesal tidak ikut mencicipimu tujuh tahun yang lalu, karena aku takut alih-alih kamu mengandung anak tua bangka itu, kamu malah mengandung anakku. Tapi sekarang, aku tidak akan menahannya lagi." Zevanya memekik histeris saat dengan kasar Ramon meremas kedua bukitnya, sebelum mendaratkan bibirnya di atas bibir Zevanya, refleks Zevanya mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong pria itu hingga terjungkal ke sampingnya. Mengabaikan pekikan marah Ramon, Zevanya melompat turun dari tempat tidur menuju pintu, namun lagi-lagi Ramon bisa menahannya, "Kamu pikir bisa lepas dariku begitu saja, hah? Aku harus menghukummu karena sudah berani memeluk kekasih Nada! Kalau kamu begitu menginginkan pria, ada aku sekarang!" geramnya. "Ramon, lepas! Aku adikmu, kamu tidak boleh melakukan itu padaku," pinta Zevanya sambil menghentak lepas tangannya. Ramon men
Zevanya tidak dapat menjawabnya, wajahnya kembali tertunduk karena jelas ia telah ketahuan berbohong, hingga tidak dapat melihat raut membunuh di wajah tampan Reynard. "Panggil bodyguard yang bertugas menjaga Zevanya, dan periksa semua CCTV yang wanita itu lewati!" perintah tegas Zevanya pada Marco. 'Hanya aku yang boleh menyiksanya! Sampai aku menemukan pelakunya, akan aku potong tangannya, karena telah berani menyentuh mainanku!' tambahnya dalam hati. "Baik, Tuan." Setelah Marco keluar, Reynard mengeluarkan kotak medis dari salah satu lemari di kamar itu, "Duduklah!" perintahnya sambil menunjuk sofa panjang berbahan kulit nan lembut. "Tuan, saya bisa mengobati luka saya sendiri." Zevanya berusaha menolak, namun pada akhirnya mematuhi perintah Reynard setelah melihat ketegasan di mata dingin pria itu. "Apa yang membuatmu ketakutan seperti ini? Saya bahkan dapat mendengar suara gigimu yang saling beradu itu." Zevanya memang berusaha menguatkan dirinya untuk tidak menampakkan ke
Sepanjang pesta pertunangannya dengan Nada, pikiran Reynard terbagi ke seorang wanita yang saat ini tengah tidur pulas di kamarnya. Sesekali tatapan Reynard tertuju pada Marco, berharap pria itu segera menemukan pelaku yang telah menyakiti Zevanya.Tapi ternyata Marco belum juga menemukannya. Atau setidaknya, mendapatkan bukti kalau Ramon lah pelakunya. REynardd tidak bisa begitu saja menuduh Ramon di depan kakek Nicolas, tanpa memiliki bukti yang kuat. Atau bisa-bisa kakek Nicolas malah menduga itu hanyalah alibi Reynard saja, agar pertunangannya dengan Nada batal."Rey ... " Tepukan lembut di pundaknya mengalihkan perhatian Reynard dari Marco ke wanita yang berdiri di sampingnya. Wanita yang kini telah resmi menjadi tunangannya. Cincin bertahtahkan berlian pemberian kakek Nicolas terlihat berkilauan di jari manis wanita itu.Reynard menepis tangan Nada dari pundaknya sambil beringsut menjauh, "Ada apa?" tanyanya dengan malas."Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu," jawab Nada
"Reynard tunggu!" suara Nada menghentikan langkah Reynard. Bukan karena ia menuruti wanita itu, tapi karena ia tidak ingin menjadi pusat perhatian tamu undangan, karena suara Nada lumayan nyaring terdengar. "Tidak adakah yang mengajarimu untuk tidak berteriak di tempat umum?" tanya Reynard dongkol. Ia ingin segera melihat Zevanya, tapi Nada malah menyita waktunya. Tanpa banyak basa - basi Nada beertanya, "Apa kamu menyembunyikan Vanya di kamarmu?" "Vanya?" Sebenarnya Reynard tahu betul siapa Vanya yang Nada maksud. Ia hanya ingin memancing Nada agar mengatakan kalau Zevanya adalah saudara tirinya. Tapi sepertinya wanita itu langsung menyadari kesalahannya, karena tidak menunggu lama untuknya meralat, "Maksudku Zevanya. Apa wanita itu ada di kamarmu sekarang?" Dengan tetap memberikan sorot dinginnya pada Nada, Reynard melipat kedua tangannya di depan dadanya,"Atas dasar apa kamu mengira Zevanya ada di kamarku?" "Aku ... " Nada menggeleng palan sebelum melanjutkan, "Salah sat
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak