Untung saat terdengar ketukan ringan di pintu kamarnya, Zevanya sudah mulai sedikit lebih tenang. Perlahan Reynard menjauhkan dirinya untuk menatap wajah wanita itu,"Tunggu sebentar, aku akan segera kembali."Zevanya hanya mengangguk pelan sambil menghapus airmatanya. Tidak membutuhkan waktu lama untuk ia duduk sendirian di sofa itu, Reynard sudah kembali menghampirinya dengan secangkir susu hangat di tangannya. "Minumlah." Reynard meletakkan susu hangat itu di tangan Zevanya, sebelum kembali duduk di tempatnya semula."Susu? Aku tidak biasa minum susu, rey.""Susu hangat itu mengandung asam amino triptofan untuk memproduksi serotin, Vanya. Kamu tahu kan fungsi Serotin untuk apa?""Untuk menenangkan dan dapat membantu memperbaiki suasana hati juga," gumam Zevanya."Ya benar. Aku meminta pelayan untuk menambahkan bubuk kunyit juga untuk memaksimalkan hasilnya. Jadi tunggu apa lagi? Ayo diminum. Kamu tidak mau Cio melihatmu seperti ini, kan?" "Cio? Aku boleh menemuinya?""Kenapa tida
"Maaf, Tuan. Tapi ada Tuan Besar Nicolai di ruang keluarga. Tuan Besar menunggu anda di sana." "Ded Nic? Apa yang membawanya ke sini?" "Ya, Tuan. Bersama dengan Nona Nada." "Nada?" Mendengar nama itu Zevanya langsung memeluk erat Abercio, wajahnya seketika memucat, wanita itu kembali terlihat ketakutan, "Apa Nada melihat Cio?" tanya Zevanya dengan panik dan penuh kekhawatiran. Entah apa yang akan Nada dan Ramon lakukan kalau mereka melihat keberadaan Abercio dan Zevanya di rumah Reynard. Merasakan kekhawatiran Zevanya sementara ia telah bersusah payah menenangkan wanita itu, Reynard pun menjadi murka karenanya, "Sial! Untuk apa mereka ke sini?" umpatnya. "Saya belum menanyakan keperluan mereka dengan anda, Tuan. Tapi Tuan Besar menegaskan pada saya untuk segera memanggil anda. Saat ini mereka sedang menunggu anda di ruang keluarga." "Rey, jangan sampai Nada tahu aku dan Cio ada di sini. Aku takut mereka akan kembali memisahkan aku dengan Cio," pinta Zevanya, ia semakin menge
"Aku ingin mengakui sesuatu, Ded Nic. Tapi aku mohon, Ded jangan marah padaku dan juga keluargaku," tutur Nada. Sesuai dengan anjuran Ramon dan juga mama Lila untuk lebih baik membicarakan kejahatan Zevanya tujuh tahun lalu, agar kakek Nicolai dapat mendesak Reynard untuk segera menjauhi Zevanya. Keberadaan Zevanya di dekat Reynard sangat mengancam kedudukan Nada sebagai calon istri Reynard. Mereka khawatir kalau Zevanya dapat menarik hati Reynard, dan bukan hanya sekedar khawatir saja, melainkan mereka sudah curiga kalau Zevanya dan Reynard sudah lebih dekat, melebihi hubungan bos dengan sekretarisnya. Jadi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan yang pastinya akan merugikan mereka. Mengakui Zevanya sebagai keluarga tiri mereka dan menceritakan keburukan Zevanya adalah jalan tercepat untuk menyingkirkan wanita itu dari Star Group. "Apa yang mau kamu akui, Nada? Katakan saja." Kakek Nicolai meletakkan kacamata bacanya agar bisa lebih fokus menatap wajah serius Nada. "Umm, Begini.
"Ded, aku ingin membatalkan pertunanganku dengan Nada!" tembak Reynard langsung setelah menutup pintu ruang kerjanya. "Lakukan itu, dan kamu akan melihat wanita murahan itu mendekam di penjara, atas pembunuhan yang dia lakukan tujuh tahun lalu!" balas kakek Nicolai dengan santainya sambil duduk di kursi kebesaran Reynard. "Apa maksudmu, Ded?" "Wanita yang menjadi penyebab dirimu membatalkan pertunanganmu dengan Nada. Wanita pembunuh itu kah yang lebih kamu pilih dibandingkan Nada yang jauh melebihi segalanya?" "Deduška!" Melihat kedua tangan Reynard yang sudah mulai mengepal, ditambah lagi wajah pria itu yang terlihat garang, kakek Nicolai hanya tersenyum sinis padanya, "Lihatlah dirimu yang menyedihkan itu, Rey! Sejak wanita itu menjadi sekretarismu, kamu menjadi selembek remaja yang sedang puber saja! Kamu bersikap seperti bukan dirimu yang biasanya! Kamu bahkan mulai berani membentak Deduškamu yang sudah tua ini! Deduška Yang membesarkanmu dengan penuh kasih!" Menahan amarah
"Maaf kalau saya lancang, tapi bolehkah saya bertanya tentang Tuan Rey, Pak Marco?" tanya Zevanya setelah pelayan yang membawa masuk sarapan paginya dan Abercio meninggalkan kamar itu."Silahkan, Nona. Dan tolong panggil saya Marco saja. Bagaimanapun juga, anda akan menjadi Nyonya saya," jawab Marco dengan sedikit sungkan, jauh berbeda dengan nada suara pria itu dulu, sebelum mengetahui identitas Zevanya sebagai mommy dari putra tuannya."Itu belum pasti terjadi, Pak Marco. Lagipula, sekarang ini Tuan Rey sudah bertunangan dengan kakak tiri saya. Dan Tuan besar Nicolai mendukung penuh pertunangan mereka.""Saya kenal betul Tuan Rey, Nona Vanya. Kalau Tua sudah memutuskan sesuatu, maka akan sangat sulit untuk menggoyahkannya, kecuali kematian. Dan saya yakin sekali, sekarang ini Tuan Rey pasti sedang meminta pembatalan pertunangannya dengan Nona Nada pada Tuan Besar Nic. Mereka masih terlibat perbincangan serius di ruang kerja Tuan Rey," tegas Marco.Entah kenapa Zevanya masih merasa r
"Sebaiknya aku dan Cio kembali ke rumah kami," ucap Zevanya sesaat setelah Reynard kembali ke kamar. Abercio sudah terlelap, dan Reynard sama sekali tidak berniat memindahkan putranya itu ke kamar anak. "Sekarang ini lah yang akan menjadi rumah kalian, Nya. Di sini seharusnya kalian berada," sanggah Reynard. Ia melonggarkan simpul dasinya sebelum membuka dua kancing teratas kemejanya."Nada bilang, kalian akan menikah akhir bulan ini. Jadi, tidak seharusnya aku dan Cio ada di sini. Nada sebagai Nyonya Avraam yang lebih berhak dari kami, Rey.""Kamu bertemu dengan Nada?""Tidak, tapi Nada membuat keributan di depan kamar dan aku mendengarnya."Perlahan Reynard mendekati Zevanya, ia mengarahkan wanita itu ke balkon kamar, agar mereka lebih leluasa untuk bicara."Jangan dengarkan Nada. Aku tidak akan pernah menikahi wanita itu. Kalau pun aku harus menikah, kenapa aku tidak menikah dengan wanita yang telah menjadi Mommy dari putraku?""Tapi ... "Reynard menutup mulut Zevanya dengan jar
"Biasanya, siapa yang menjemput Cio ketika kamu bekerja?" tanya Reynard sambil menatap punggung kecil Abercio yang memasuki ruang kelasnya. Ia sedikit dongkol karena tidak diperkenankan mengantar sampai ke dalam kelas putranya itu."Dira," jawab Zevanya singkat."Ah Dira. Apa temanmu itu tidak memiliki pekerjaan?""Ada. Untung saja Dira bekerja di bidang literasi, jadi bisa dilakukan dimanapun ia berada, tak terikat waktu dan juga tempat.""Wanita tukang pijat itu kenalan Dira, benar kan?""Ya benar."Sambil menyipitkan kedua matanya, Zevanya bertanya,"Kamu tidak melakukan apapun padanya kan?""Tidak. Wanita itu tidak terlihat berbahaya, jadi untuk apa aku memusnahkannya? Sama halnya dengan temanmu Dira, aku langsung membebaskannya setelah kamu dan Cio berada di dalam genggamanku.""Tolong bersikap baiklah pada Dira. Dia satu-satunya sahabat yang telah sangat membantuku selama ini. Tanpanya, entahlah apa aku dan Cio dapat bertahan. Dira selalu ada untuk menguatkanku, untuk memenuhi k
"Cih, kamu tidak tahu apapun. Kamu pikir keputusan ada di tangan Rey? Kamu salah, tetap Ded Nic yang memegang kuasa penuh di keluarga Avraam! Suka tidak suka, pada akhirnya Rey akan menikah denganku juga. Dan saat itu terjadi, bersiaplah menerima takdir burukmu yang jauh lebih menyakitkan lagi dari sebelumnya!"Untuk sesaat mata mereka saling terkunci dalam amarah, sebelum akhirnya usapan ringan tangan Nada di lehernya mengalihkan perhatian Zevanya pada seuntai kalung yang melingkar di leher wanita itu,"Beraninya kamu memakai kalung Mamaku!" geram Zevanya berusaha menarik lepas kalung itu dari leher Nada, namun Nada berhasil menahan lengan Zevanya,"Tahu diri sedikit! Hanya dengan kalung ini saja tidak akan bisa melunasi semua hutang-hutangmu pada keluargaku! Ingat, kamu berhutang banyak pada kami!""Yang terbaring koma itu bukan hanya Papaku, tapi juga Papamu! Papa Marco! Suami Tante Lila! Kenapa untuk pengobatan orang yang juga kalian sayangi, kalian begitu perhitungan?"Wajah Nada
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak