'Aku akan menikahimu! Dengar ini baik-baik, aku janji aku akan menikahimu, dan aku akan selalu menjadi pelindungmu dan juga putra kita, Cio. Kalau kamu sudah menjadi bagian dari keluarga Avraam, maka tidak akan ada satu orang pun yang berani mengusikmu. Aku akan membatalkan pertunangan sialan itu! Karena ada Ded Nic dan Nada di rumah ini, aku akan mengatakannya sekarang juga!'Janji Reynard padanya semalam kembali terngiang di telinga Zevanya. Janji yang terdengar sungguh-sungguh dalam setiap ucapannya. Tapi kenapa Reynard dan Nada masih bertunangan? Kenapa Reynard tidak jadi membatalkan pertunangan mereka?Zevanya mendesah pelan. Apa ia sungguh berharap pertunangan mereka batal? Entahlah, ia belum mengetahui jawabannya. Yang pasti sekarang ini, dadanya terasa sesak membayangkan Nada akan menikah dengan Daddynya Abercio.Terus mengaduk makanan yang tersaji di depannya, Zevanya tidak memiliki keinginan sedikit pun untuk memakannya, ia sama sekali tidak berselera untuk itu. Sampai akh
"Kalian berdua pergilah! Bantu Marco memindahkan barang-barang Tuan Besar!" perintah Nada pada dua bodyguard yang bertugas di depan pintu ruang kerja Reynard. Nada tidak terima Reynard mengusirnya begitu saja tidak lama setelah Reynard meminta Zevanya keluar dari ruangannya hanya karena Nada ingin mengecup pipinya.Banyak hal yang harus mereka bicarakan mengenai pernikahan mereka. Jadi saat di depan lift barusan, ia baru terpikirkan apa yang harus ia tekankan pada pria itu. Itu lah kenapa ia kembali lagi ke ruangan Reynard.Pertama-tama, ia harus menyingkirkan kedua bodyguard yang merupakan kaki tangan dan juga mata-mata Marco untuk Reynard."Tapi, Pak Marco tidak meminta kami membantunya, Nona," sangkal salah satu dari mereka."Memang Marco tidak meminta kalian membantunya, saya yang minta secara langsung pada kalian atas perintah Tuan Besar Nic langsung. Apa saya harus menghubungi Tuan Besar sekarang agar kalian percaya?"Tidak mau membuat masalah dengan kakek Nicolas, kedua bodygua
"Anda tidak perlu menikahi Nona Nada, Tuan. Anda tinggal mengatakan yang sejujurnya pada Tuan Besar mengenai percobaan pembunuhan yang dilakukan Ramon pada anda enam tahun lalu," saran Marco."Hanya sekedar ucapan saya saja, tidak ada bukti yang mendukung kesaksian saya itu nanti. Maski aku tahu Ded sangat menyayangi saya, tetap saja Ded tidak akan langsung percaya begitu saja. Saya sangat mengenalnya, Marco.""Kalau begitu, tidak ada cara lain selain mengakui yang dilakukan Nona Vanya pada anda hingga menghadirkan Tuan Muda. Bukankah Tuan Besar sangat ingin melihat cicitnya?""Terlalu riskan. Ded pastinya akan melakukan tes DNA untuk memastikan garis keturunan Cio. Dan saat hasilnya menunjukkan Cio memang anak biologis saya, Ded pastinya akan langsung memisahkan Cio dari Vanya, sementara saya sudah berjanji pada wanita itu untuk tidak memisahkan mereka.""Tapi jika Tuan Muda tidak bersedia pisah dengan Nona Vanya, saya yakin Tuan Besar tidak akan memaksanya.""Kamu tahu betul saya pa
"Selamat datang, Tuan Rey. Mari silahkan masuk! Tuan Besar Nic sudah menunggu anda." Sambutan hangat mama Lila saat Reynard baru saja keluar dari mobilnya. Nada berdiri di samping mamanya itu dengan senyuman sumringahnya."Ded Nic ikut juga?" tanya Reynard, tidak biasanya kakeknya itu mau menghadiri acara makan malam di rumah seseorang. "Justru ini murni ide dari Ded Nic, Rey," jawab Nada sambil merangkul lengan Reynard. Tentu saja Reynard ingin menepis tangan Nada, tapi wanita itu semakin mengeratkan rangkulannya seraya berbisik,"Jangan lupa dengan apa yang aku ucapkan di kantormu tadi, Rey!"Rahang Reynard mengeras sebelum memaksakan senyumannya pada mama Lila, juga Ramon yang bergegas menghampirinya dan mengulurkan tangan padanya,"Apa kabarmu, Rey? Lama tidak bertemu," sapanya. Dan dengan enggan tangan Reynard yang bebas pun menyambut uluran tangan Ramon,"Baik, seperti yang kau lihat.""Ramon, kenapa bersikap tidak sopan seperti itu dengan Tuan Rey?" tegur mama Lila."Apanya y
Sudah susah payah menjerat Reynard ke dalam pernikahan dalam dua minggu lagi, tentu saja Nada tidak mau mengundurkan tanggal pernikahan mereka lagi. Ia takut Reynard akan berubah pikiran. "Kamu benar, Rey. Baiklah aku setuju kita menikah sederhana dulu, pestanya bisa menyusul kemudian." "Ded tidak setuju!" Sebelum kakek Nicolai bicara lebih jauh lagi, dan kemungkinan besar akan memancing amarah Reynard yang pastinya akan berujung pada pembatalan rencana pernikahan mereka. Nada kembali membujuk kakek Nicolai, dengan cepat ia beringsut mendekati pria tua itu," "Tidak masalah, Ded. Yang terpenting sekarang aku dan Rey resmi menjadi suami istri dulu. Ada ikatan yang kuat dulu di antara kami. Kalau kami sudah sah, siapa yang bisa memisahkan kami selain maut?" "Bagaimana kalau ternyata Rey tidak kunjung mengadakan pesta pernikahan kalian?" tanya kakek Nicolai sambil terus menatap dongkol Reynard. "Sejak kapan Ded tidak percaya padaku?" Reynard balik bertanya tanpa sedikit pun rasa taku
Membayangkan cucu-cucunya berlarian kesana - kemari dengan riang, senyum tipis terbentuk di sudut bibir kakek NIcolai. Tapi dengan adanya anak dari Zevanya yang kebetulan kakek Nicolai tahu anak dari pembunuh suaminya sendiri, senyuman itu pun langsung menghilang dari biibirnya seketika,"Ded tidak setuju kalian tinggal dengan pembunuh itu! Bisa-bisa, anak-anak kalian akan berada dalam bahaya. Nada, Rey, dan kalian semua. Tolong pikirkan baik-baik masalah ini. Jangan sampai kalian menyesal kemudian!""Ded, bukankah banyak anak buah kalian yang akan menjaga kami nantinya? Jadi, apa lagi yang Ded khawatirkan? Lagipula, Rey pastinya tidak akan membiarkan satu orang pun yang menyakiti putranya, pewaris Avraam. Ya kan, Rey?" Untuk menegaskan dukungannya, Nada bergelayut manja pada Reynard. Tanpa canggung lagi ia merebahkan kepalanya di bahu Reynard."Ya, benar sekali. Ada yang menyakiti putraku bahkan hanya seujung kukunya saja, maka akan aku pastikan orang itu beserta anak keturunannya a
Saat terlarut dalam ciuman dalam Reynard, Zevanya segera mendorong pria itu menjauh, meski rasanya ia enggan untuk menyudahi ciuman mereka."Ada apa?" tanya Reynard bingung, suaranya terdengar semakin berat karena gairahnya."Tidak seharusnya kita melakukan ini, Rey. Kamu akan segera menikah, aku tidak mau membuatmu menodai pernikahanmu itu.""Kenapa tiba-tiba kamu bicara seperti itu? Lagipula aku masih single, dan pernikahan itu belum tentu juga terjadi," sangkal Reynard. Ia kembali memeluk Zevanya, namun Zevanya bergerak menjauhinya."Sebaiknya kita tidak melakukan hubungan terlarang itu lagi, Rey. Aku ... "Zevanya tidak melanjutkan perkataannya. Ia menunduk dalam, hingga dagunya nyaris menyentuh dadanya."Kenapa? Apa salahku?""Bukan kamu yang salah, tapi aku, Rey. Seharusnya aku tidak menyerahkan diriku hanya karena meminta perlindunganmu untuk keluargaku, karena pasti kamu akan melindungi Cio dengan cara apapun. Sementara untuk Papqku ... "Zevanya menggeleng pelan sebelum melanj
Zevanya berusaha melepaskan diri dari cengkraman Ramon sambil mencari sosok bodyguard atau Marco yang biasa selalu stand by di area sana, namun tidak satu pun dari mereka yang kelihatan batang hidungnya."Ramon sakit! Tolong lepasin aku!" pinta Zevanya, namun Ramon tidak juga melonggarkan cengkramannya. "Tutup mulutmu sialan! Atau kamu akan menyesalinya nanti!" ancam Ramon. Zevanya kenal betul suara Ramon jika emosinya sedang memuncak. Kali ini, entah kesalahan apa yang telah Zevanya lakukan pada keluarganya.Ramon membawa Zevanya berbelok ke arah tangga darurat. Entah berapa lantai yang sudah mereka turuni, sampai akhirnya Ramon membuka pintu lantai yang ia tuju dan menarik kasar Zevanya memasuki lantai itu.Selama Zevanya bekerja di Star Group, tidak sekalipun ia pernah menginjakkan kakinya di lantai itu. Lantai yang bukan dipenuhi dengan sekat antar karyawan, melainkan berisi semua produk Star Group, baik yang beredar di pasaran, atau pun yang gagal."Kenapa kamu membawaku le gud
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak