Membayangkan cucu-cucunya berlarian kesana - kemari dengan riang, senyum tipis terbentuk di sudut bibir kakek NIcolai. Tapi dengan adanya anak dari Zevanya yang kebetulan kakek Nicolai tahu anak dari pembunuh suaminya sendiri, senyuman itu pun langsung menghilang dari biibirnya seketika,"Ded tidak setuju kalian tinggal dengan pembunuh itu! Bisa-bisa, anak-anak kalian akan berada dalam bahaya. Nada, Rey, dan kalian semua. Tolong pikirkan baik-baik masalah ini. Jangan sampai kalian menyesal kemudian!""Ded, bukankah banyak anak buah kalian yang akan menjaga kami nantinya? Jadi, apa lagi yang Ded khawatirkan? Lagipula, Rey pastinya tidak akan membiarkan satu orang pun yang menyakiti putranya, pewaris Avraam. Ya kan, Rey?" Untuk menegaskan dukungannya, Nada bergelayut manja pada Reynard. Tanpa canggung lagi ia merebahkan kepalanya di bahu Reynard."Ya, benar sekali. Ada yang menyakiti putraku bahkan hanya seujung kukunya saja, maka akan aku pastikan orang itu beserta anak keturunannya a
Saat terlarut dalam ciuman dalam Reynard, Zevanya segera mendorong pria itu menjauh, meski rasanya ia enggan untuk menyudahi ciuman mereka."Ada apa?" tanya Reynard bingung, suaranya terdengar semakin berat karena gairahnya."Tidak seharusnya kita melakukan ini, Rey. Kamu akan segera menikah, aku tidak mau membuatmu menodai pernikahanmu itu.""Kenapa tiba-tiba kamu bicara seperti itu? Lagipula aku masih single, dan pernikahan itu belum tentu juga terjadi," sangkal Reynard. Ia kembali memeluk Zevanya, namun Zevanya bergerak menjauhinya."Sebaiknya kita tidak melakukan hubungan terlarang itu lagi, Rey. Aku ... "Zevanya tidak melanjutkan perkataannya. Ia menunduk dalam, hingga dagunya nyaris menyentuh dadanya."Kenapa? Apa salahku?""Bukan kamu yang salah, tapi aku, Rey. Seharusnya aku tidak menyerahkan diriku hanya karena meminta perlindunganmu untuk keluargaku, karena pasti kamu akan melindungi Cio dengan cara apapun. Sementara untuk Papqku ... "Zevanya menggeleng pelan sebelum melanj
Zevanya berusaha melepaskan diri dari cengkraman Ramon sambil mencari sosok bodyguard atau Marco yang biasa selalu stand by di area sana, namun tidak satu pun dari mereka yang kelihatan batang hidungnya."Ramon sakit! Tolong lepasin aku!" pinta Zevanya, namun Ramon tidak juga melonggarkan cengkramannya. "Tutup mulutmu sialan! Atau kamu akan menyesalinya nanti!" ancam Ramon. Zevanya kenal betul suara Ramon jika emosinya sedang memuncak. Kali ini, entah kesalahan apa yang telah Zevanya lakukan pada keluarganya.Ramon membawa Zevanya berbelok ke arah tangga darurat. Entah berapa lantai yang sudah mereka turuni, sampai akhirnya Ramon membuka pintu lantai yang ia tuju dan menarik kasar Zevanya memasuki lantai itu.Selama Zevanya bekerja di Star Group, tidak sekalipun ia pernah menginjakkan kakinya di lantai itu. Lantai yang bukan dipenuhi dengan sekat antar karyawan, melainkan berisi semua produk Star Group, baik yang beredar di pasaran, atau pun yang gagal."Kenapa kamu membawaku le gud
"Ke Lobby sekarang! Ikut aku jemput Cio!""Jemput Cio? Tapi ini masih pagi, Tuan. Cio masih ada jam pelajaran.""Aku sudah izin pada ketua yayasan langsung. Jangan banyak tanya lagi, cepat ke Lobby!"Zevanya masih tetap pada posisinya, duduk di lantai untuk menenangkan dirinya lebih dulu dari ketakutan luar biasa yang baru saja ia rasakan tadi.Ramon pasti akan segera menemukan pria lain untuk Zevanya, entah pria tua mana lagi yang akan pria itu sandingkan dengan Zevanya, ia sudah tidak peduli lagi.Sekarang, Zevanya hanya harus mencari cara agar ia bisa terlepas dari kontrak seumur hidupnya dengan Reynard, tanpa membayar denda sepeser pun. Ia tidak ingin berhutang lagi pada Ramon, atau pada siapa pun.Mungkin, jika ia menjadi istri yang penurut, pria pilihan Ramon itu akan memperlakukannya dengan baik. Tapi, Zevanya tidak bisa hamil lagi. Sedangkan satu-satunya tujuan Ramon menikahkannya dengan pria tua hanya demi mengalihkan harta pria itu pada ahli warisnya, anak Zevanya.Bagaiman
'Rey benar, sepertinya aku memang mulai menyukainya. Tapi aku sadar, Rey tidak akan pernah menjadi milikku. Pria itu akan segera menjadi suami Nada. Tapi ... Boleh kah aku menikmati ciuman ini untuk yang terakhir kalinya?' batin Zevanya saat Reynard memperdalam ciumannya, dan ia pun meresponnya dengan sangat baik Ciuman perpisahan. Memang Zevanya tidak langsung hidup terpisah dengan Reynard, tapi cepat atau lambat, mereka pasti akan berpisah.Namun satu hal yang pasti, hari ini adalah kontak fisik terakhir mereka. Kedepannya, Zevanya tidak akan membiarkan Reynard menyentuhnya lagi. Demi kebaikannya, juga kedamaian pria itu. Dan terlebih lagi, Zevanya butuh pengalihan dari ketakutannya akibat ancaman Ramon tadi.Sampai akhirnya bibir Reynard bergerak menjelajahi pipinya, lalu turun hingga ke leher Zevanya.Meski ciuman Reynard selembut sutra, tapi kulit lehernya yang masih terasa nyeri menyebabkan pekikan pelan meluncur keluar begitu saja dari mulut Zevanya,"Owch!"Refleks ia mengus
"Jadi, Keanu yang akan kita temui nanti sebagai CEO The One? Sejak kapan pria itu kembali dari hibernasinya?" tanya Reynard pada Marco saat ia membaca profil pria itu.Keanu menjadi salah satu pengusaha yang langsung diperhitungkan keberadaannya, setelah berhasil membangun The One dan menjadikannya perusahaan raksasa dalam waktu sekejap, tanpa bantuan nama besar keluarganya sedikit pun.Tapi, setelah kematian istrinya tiga tahun lalu, Keanu seolah menghilang dari muka bumi, tidak ada satu orang pun yang mengetahui keberadaannya, termasuk juga keluarganya.Entah alasan besar apa yang membuat Keanu kembali menampakkan dirinya, dan mulai beraktifitas lagi di The One serta langsung mengajukan proyek kerjasama dengan Star Group, setelah belakangan ini The One menjadi salah satu kompetitor Star Group."Anda benar, Tuan. Kurang dari satu jam lagi kita sudah harus tiba di lokasi pertemuan. Apa anda sudah siap?""Di mana Vanya?""Nona Vanya sudah menunggu anda di mobil.""Kenapa wanita itu tida
"Dan wanita cantik itu ... " Mata Keanu tertuju pada Zevanya sambil melepaskan tangannya dari Reynard."Ah ini Zevanya, sekretaris baruku. Vanya, kenalkan dia Keanu, CEO The One."Zevanya mengulurkan tangannya pada Keanu sambil menyebut namanya,"Zevanya.""Keanu Adiprama," balas pria paruh baya itu sambil tersenyum memikat dan membalas jabatan tangan Zevanya.Usia Keanu mungkin terpaut sepuluh tahun lebih tua dari Reynard. Tapi pria itu masih terlihat luar biasa tampan, seolah wajahnya tidak termakan usia sama sekali.Dan sama sekali tidak terlihat depresi seperti informasi yang Zevanya dapatkan mengenai mantan Cassanova Asia itu. Ya, dari artikel yang Zevanya baca, Keanu sangat depresi setelah kematian istri tercintanya. Pria itu seolah menarik diri dari dunia, bahkan putri semata wayangnya sekali pun tidak mengetahui keberadaannya."Silahkan duduk!" Keanu mempersilahkan Zevanya dan Reynard duduk. Tidak lama sebelum Marco memasuki ruangan dan berdiri sejajar dengan anak buah Keanu.
'Sudah bertemu dengan Tuan Keanu? Pria itu lah yang akan menjadi calon suamimu selanjutnya! Pastikan kamu tidak membuatnya kehilangan selera padamu!'"Ya Tuhan!" pekik Zevanya sambil menangkup mulutnya setelah membaca pesan singkat Ramon itu.Kenapa Ramon bisa kenal dengan Keanu? Padahal selama ini tidak ada yang mengetahui keberadaan Keanu. Ada hubungan apa di antara mereka?Dan bagaimana Ramon bisa meminta Keanu untuk menjadi suami Zevanya?"Kenapa diam saja? Ayo cepat!" seruan Reynard membuat ponsel di tangan Zevanya nyaris terjatuh. Zevanya terlalu takut Reynard akan membaca pesan singkat Ramon itu, jadi dengan gerakan cepat Zevanya memasukkan kembali ponselnya ke dalam tasnya.Dan untungnya kekhawatiran Reynard pada abercio menyebabkan pria itu tidak curiga dengan kecanggungan Zevanya yang tiba-tiba itu. Atau tidak memperhatikan wajah Zevanya yang sepucat mayat.Tak mau membuat perhatian Reynard terlaihkan kembali padanya, dengan tergopoh-gopoh Zevanya mengikuti langkah cepat Re
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak