"Aku mau kamu menjadi pengiring pengantin di pernikahan aku nanti, Nya. Kamu bersedia, 'kan?" tanya Dira. Ia dan Evelyn sedang berdiri bersisian di toilet, sama-sama mencuci tangan mereka. Evelyn menatap tidak percaya pantulan Dira di cermin. Sebelumnya, jelas-jelas Dira mengetahui kalau Evelyn telah jatuh hati pada Reynard. Dan sekarang, sahabat baiknya itu menginginkan Dira yang menjadi pengiring pengantinnya. Apa Dira tidak punya hati? Atau mungkin saja Dira mengira kalau sekarang ini Evelyn telah sepenuhnya mencintai Keanu? Bukankah itu bagus? Seharusnya Evelyn senang, ya kan? Tapi alih-alih senang, Evelyn malah merasakan sakit yang menusuk di dalam hatinya. Rasanya luar biasa menyesakkan dadanya. Meski demikian, Evelyn tetap menahan dirinya agar tidak menampakkan reaksi apa pun di wajahnya, selain dari wajah datar Evelyn yang kini mulai melekat di dalam dirinya itu. Setelah berhasil menenangkan dirinya, Evelyn menampakkan senyum palsu di wajah cantiknya, Dira pasti akan men
Setelah merapikan kembali rambutnya, Dira melangkah keluar toilet. Langkahnya menuju Reynard terhenti saat seseorang berdiri menjulang di depannya. Dira kenal betul perawakan orang itu, belum sempat ia teriak pria itu sudah membekap mulut Dira, dan menariknya masuk lagi ke dalam toilet Sebelum mengunci pintunya.“Kamu mau menikah dengan Rey? Yang benar saja! Apa kamu sudah gila?” cecar pria itu dengan sorot mata galak, setelah membebaskan mulut Dira dari tangannya.“Kamu yang gila! Sedang apa kamu di sini?” geram Dira."Memangnya aku harus berada di mana saat mengetahui mantan kekasihku akan menikah akhir minggu ini?"Mengabaikan pertanyaan Justin, Dira malah menyipitkan kedua matanya saat bertanya,"Bagaimana bisa kamu masuk ke private party ini? Setahu aku, perusahaanmu tidak menjalin kerjasama dengan perusahaan mereka. Apa kamu main belakang?""Aku bukan tipe pria yang senang main belakang, Ma chérie. Ada untungnya juga aku memiliki hubungan dengan keluarga Adipramana. Dari mereka
"Segera berikan data lengkap pria bernama Justin dari Paris yang hadir di pesta ini sekarang!" perintah Reynard pada Marco sesaat setelah ia memergoki Dira dan Justin keluar dari dalam toilet secara bersamaan. Posisi Reynard yang terhalang pot besar dengan tanaman plastik berdaun lebar, membuat Dira dan Justin tidak menyadari keberadaannya. Mungkin Justin kira telah aman karena tidak terdapat seorang pun di lorong itu, hingga Justin menarik Dira dan menyudutkan wanita itu ke dinding,"Dengar, aku tidak akan menyerah! Aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan Mr. Rey! Hanya aku satu-satunya pria yang selama ini kamu cintai, Ra! Kamu hasur sadar itu!" tegas Justin.Ah, jadi mereka sepasang kekasih? Apa yang membuat hubungan mereka menjadi renggang? batin Reynard bertanya-tanya sambil terus memantau sepasang kekasih itu melalui celah dedaunan plastik.Dira terlihat menepis tangan Justin yang tengah mengunci dagunya. Meski Dira memberikan tatapan tajam da gestur tubuh yang menolak kebe
"Astaga, aku tidak melakukan apa pun pada cicitku! Sebaiknya kamu segera pulang sekarang! Ded sudah memanggil dokter keluarga kita!" tegas kakek Nicolai sebelum memutuskan sambungan teleponnya.Tanpa buang waktu lagi, Reynard langsung menghubungi Marco untuk segera membawa mobil ke lobby hotel berbintang lima itu.Dalam perjalanan menuju Lobby. Reynard berpapasan dengan Evelyn dan Keanu. Tanpa mempedulikan banyak mata yang tengah tertuju pada mereka, Reynard menarik begitu saja lengan Evelyn, hingga mau tidak mau wanita itu mengikuti langkah cepat Reynard,"Rey! Lepaskan aku! Kamu mau membawa aku ke mana? Banyak mata yang melihat kita sekarang!" pekik Evelyn. Hanya dengan beberapa langkah panjang, Keanu pun berhasil mnegejar mereka, dan langsung menghadang jalan Reynard,"Mau kau bawa ke mana calon istriku?" tanya Keanu dengan nada dingin, sedingin sorot matanya yang terkunci dengan mata Reynard."Minggir! Ini masalah keluarga!""Sejak kapan Lily menjadi keluargamu? Yang pasti, dia a
"Kenapa lama sekali Cio tidak sadar juga? Apa yang sebenarnya terjadi pada Cio, Dok?" tanya Evelyn dengan lirih tanpa menoleh lagi ke arah dokter. Matanya hanya tertuju pada Abercio. Sementara tangannya nampak mengusap lembut puncak kepala putranya itu.Jangan ditanya hatinya sekhawatir apa saat itu. Tangannya yang tengah mengusap puncak kepala Abercio pun sampai gemetar hebat. Ia sangat takut terjadi hal yang buruk pada putranya."Apa selama ini Cio sering tiba-tiba pingsan?" Dokter itu malah balik bertanya."Selama Cio tinggal bersama dengan saya, tidak pernah satu kalipun Cio pingsan, Dok," jawab Evelyn, matanya kini tertuju pada sosok Reynard yang berdiri tepat di depannya,"Tapi tidak tahu selama saya tidak tinggal bersama dengan putra saya," lanjutnya.Mungkinkah Abercio tertekan tinggal di rumah Reynard? Atau Reynard dan Dira tidak merawat Abercio dengan baik? Tidak sebaik Evelyn merawat anak itu."Selama tinggal di rumah ini Cio juga tidak pernah pingsan, Ly? Kamu jangan mmebe
"Aku tidak bisa, Rey ... " isak Evelyn.Reynard kembali meletakkan buku itu di raknya, sebelum memfokuskan dirinya pada w3anita itu,"Kenapa?" tanyanya."Kamu tahu betul apa jawabannya, Rey!" Evelyn paling benci kalau Reynard bersikap seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang buruk pada Evelyn. Seolah apa yang menimpa Evelyn hanyalah musibah yang tebilang ringan, alih-alih musibah yang mengubah seluruh hidup Evelyn, dengan trauma yang terus membekas di dalam dirinya."Tidak ada yang tidak mungkin. Kita sama-sama belum menikah, Ly.""Kamu sudah bersama Dira, dan aku bersama Ken. Kita sudah tidak mungkin bisa bersatu lagi, Rey. Dan terlebih lagi, aku tidak mau menyakiti hati Ken, pria itu sudah terlalu baik padaku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku jika tidak ada pria itu!"Meskipun saat itu Evelyn tidak memiliki Keanu, ia pun akan tetap berpikir ribuan kali untuk kembali pada Reynard. Ia tidak mau jatuh dua kali pada lubang yang sama. Apalagi jatuhnya menyebabkan
"Ya kamu benar. Aku memang sangat membencimu, teramat sangat membencimu dengan segenap hati dan jiwaku! Jadi, jangan harap aku mau tinggal bersama denganmu lagi, meski itu menjadi satu-satunya permintaan Cio!" tegas Evelyn."Meski sekarang kondisi Cio seperti itu? Kamu tega menolak keinginannya?" tanya Reynard dengan suara parau. Mau tidak mau, Evelyn kembali teringat pada sketsa wajah di buku Abercio tadi. Hanya ada wajah Evelyn, Abercio dan Reynard saja di sana. Juga gambar lainnya mengenai sebuah keluarga yang harmonis. Keluarga yang sangat diidam-idamkan Abercio.Ya, selama ini Abercio sangat ingin bertemu dengan daddynya. Ingin memeliki keluarga yang utuh seperti teman-temannya. Dan sekarang setelah anak itu berhasil bertemu dengan Reynard, harapan memiliki keluarga sempurna yang terbentuk di dalam diri anak itu sepertinya semakin membesar.Namun sekali lagi Evelyn harus menegaskan, kalau tidak semudah membalik telapak tangan untuk mereka bisa bersatu. Karena sekarang ini, ada h
"Kamu hanya mencintai diri kamu sendiri!" sangkal Evelyn, ia berusaha menolehkan wajahnya saat jemari Reynard mulai membelai lembut bibirnya,"Kamu salah. Aku hanya mencintai kamu seorang ... " ralat Reynard sebelum mendaratkan bibirnya di atas kelembutan bibir Evelyn.Namun tidak berlangsung lama, karena Evelyn langsung mendaratkan tamparannya di wajah Reynard, matanya menatap nyalang mata Reynard,"Aku membencimu!" geramnya sebelum mendorong Reynard dan berlari keluar dari ruang belajar Abercio.Evelyn terus mengusap bibirnya untuk menghapus jejak Reynard di sana. Ia membenci dirinya sendiri karena masih bisa terpengaruh dengan sentuhan Reynard, dengan ciuman lembut pria itu. Tubuhnya pun masih merespon dengan baik. Itulah yang sangat Evelyn khawatirkan jika berada di dekat Reynard. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Seolah kebencian yang selama ini ia pupuk pada pria itu tidak ada artinya sama sekali.Seharusnya seperti ucapannya pada Reynard, ia membenci pria itu. Ya, seha
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak