"Ya kamu benar. Aku memang sangat membencimu, teramat sangat membencimu dengan segenap hati dan jiwaku! Jadi, jangan harap aku mau tinggal bersama denganmu lagi, meski itu menjadi satu-satunya permintaan Cio!" tegas Evelyn."Meski sekarang kondisi Cio seperti itu? Kamu tega menolak keinginannya?" tanya Reynard dengan suara parau. Mau tidak mau, Evelyn kembali teringat pada sketsa wajah di buku Abercio tadi. Hanya ada wajah Evelyn, Abercio dan Reynard saja di sana. Juga gambar lainnya mengenai sebuah keluarga yang harmonis. Keluarga yang sangat diidam-idamkan Abercio.Ya, selama ini Abercio sangat ingin bertemu dengan daddynya. Ingin memeliki keluarga yang utuh seperti teman-temannya. Dan sekarang setelah anak itu berhasil bertemu dengan Reynard, harapan memiliki keluarga sempurna yang terbentuk di dalam diri anak itu sepertinya semakin membesar.Namun sekali lagi Evelyn harus menegaskan, kalau tidak semudah membalik telapak tangan untuk mereka bisa bersatu. Karena sekarang ini, ada h
"Kamu hanya mencintai diri kamu sendiri!" sangkal Evelyn, ia berusaha menolehkan wajahnya saat jemari Reynard mulai membelai lembut bibirnya,"Kamu salah. Aku hanya mencintai kamu seorang ... " ralat Reynard sebelum mendaratkan bibirnya di atas kelembutan bibir Evelyn.Namun tidak berlangsung lama, karena Evelyn langsung mendaratkan tamparannya di wajah Reynard, matanya menatap nyalang mata Reynard,"Aku membencimu!" geramnya sebelum mendorong Reynard dan berlari keluar dari ruang belajar Abercio.Evelyn terus mengusap bibirnya untuk menghapus jejak Reynard di sana. Ia membenci dirinya sendiri karena masih bisa terpengaruh dengan sentuhan Reynard, dengan ciuman lembut pria itu. Tubuhnya pun masih merespon dengan baik. Itulah yang sangat Evelyn khawatirkan jika berada di dekat Reynard. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Seolah kebencian yang selama ini ia pupuk pada pria itu tidak ada artinya sama sekali.Seharusnya seperti ucapannya pada Reynard, ia membenci pria itu. Ya, seha
"Jadi, Abercio yang merencanakan semuanya?" tanya Keanu setelah Dira selesai menjawab semua pertanyaan Keanu. Baik tentang Justin, maupun rencana Abercio untuk menyatukan kembali mommy dan daddynya."Ya, Mr. Ken. Begitu besarnya keinginan Cio untuk menyatukan kembali orangtuanya," jawab Dira.Ada sebersit rasa kasihan pada Keanu jika cinta pria itu ke Evelyn harus kandas, jika Evelyn memilih menuruti keinginan Abercio nantinya. Meski sekarang ini Dira melihat wajah Keanu sama saja seperti biasanya, tak terbaca."Apa kamu akan melepaskan Vanya jika Vanya memilih Cio dan Rey, Mr. Ken?" Meski terdengar ragu-ragu, Dira berhasil mengajukan pertanyaan itu. Karena ada jeda keheningan cukup lama di antara mereka. Dan Keanu terlihat tengah menimbang-nimbang keputusannya."Tidak akan!" jawab Keanu dengan tegas."Tapi ... ""Tidak perlu kau pikirkan masalahku dengan Lily. Cukup pikirkan saja masalah antara kau, Rey dan Justin," potong Keanu tajam."Tapi hubungan aku dengan Rey hanyalah sandiwar
"Aku tidak mau ke rumah sakit, Mom, Dad. Aku mau di sini bersama dengan kalian," pinta Abercio setelah pintu kamarnya tertutup kembali dan hanya menyisakan dirinya bertiga dengan orangtuanya."Tidak, Sayang. Kalau kamu memang tidak mau ke rumah sakit, Daddy dan Mommy tidak akan memaksamu. Tapi ingat, jika sedikit saja kami merasakan ada yang tidak beres dengan kesehatanmu, kami akan langsung membawamu ke sana, ok?" sahut Reynard, yang disambut dengan anggukan pelan Evelyn. Senyuman lembut tersungging di wajah cantik wanita itu, yang selalu berhasil membuat Reynard berhenti bernapas tiap kali melihatnya."Daddy benar, Sayang. Jika menyangkut dengan kesehatanmu, Mommy setuju dengannya," timpal Evelyn, suaranya sendiri tidak kalah lembutnya dengan senyumannya. Evelyn terlihat membenarkan posisi duduknya hingga merasa nyaman, sebelum menarik Abercio bersandar pada dadanya,"Cio, Mommy sudah melihat hasil gambarmu di ruang belajar. Kamu begitu menginginkan Mommy dan Daddy bersatu lagi ya?
"Tidak perlu, Sayang. Om Ken tidak membutuhkan ucapan itu. Yang sekarang Om Ken butuhkan hanyalah restu sepenuhnya dari kamu, untuk menikahi Mommy dan menjadi Daddy sambung kamu. Dengan kamu menerima keberadaan Om Ken sepenuhnya menjadi bagian dari keluarga kita saja, Mommy yakin itu sudah menjadi balasan yang sangat setimpal untuk semua kebaikan yang telah Om Ken berikan pada Momy," jawab Evelyn. Perlahan Abercio mengangkat wajahnya. Awalnya tatapannya tertuju pada Evelyn, lalu beralih menatap sendu Reynard,"Lalu, bagaimana dengan Daddy?" tanyanya."Kamu sudah yakin dengan keputusanmu, Ly?" tanya Reynard, ia menegaskan keputusan Evelyn lebih dulu, sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan Abercio barusan."Ya, dan aku harap kamu pun mengerti, Rey. Kita sudah tidak mungkin kembali bersama lagi," jawab Evelyn dengan penuh sesal, gerakan tangannya tiada hentinya mengusap lembut bahu Abercio.Merasa sudah tidak ada harapan lagi mengenai hubungannya dengan Evelyn, perhatian Reynard pun
Pagi harinya, Evelyn terbangun karena hembusan napas seseorang di wajahnya yang terasa hangat. Perlahat Evelyn membuka matanya, dan napasnya pun tercekat saat wajahnya berhadapan dengan wajah Reynard, nyaris bersentuhan dengan pria itu.Evelyn pun dapat merasakan lengan Reynard yang setengah melingkar di pinggulnya, sementara tangan Reynard satunya lagi menjadi bantalan kepala Evelyn.Bagaimana bisa Evelyn dan Reynard berakhir seperti itu? Padahal seharusnya ada Abercio di antara mereka.Meski demikian, mau tidak mau Evelyn harus mengakui kalau jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasa nyaman dengan posisi seperti itu. Rasanya begitu tepat, ia berada di dalam dekapan Reynard dan terbangun dengan pria itu yang pertama kali ia lihat.Mata Evelyn menyusuri garis wajah Reynard, wajah yang begitu dipuja-puji kaum hawa karena nyaris mendekati kesempurnaan para Dewa Yunani. Yang membuat kaum hawa juga rela menyerahkan diri pada pria itu.Dan pria itu hanya mencintai Evelyn. Setidaknya itulah pe
Dengan ragu-ragu Evelyn menekan ibu jarinya untuk membuka pintu kamar yang biasa ia tempati dulu saat masih bersama dengan Reynard. Sebelum ia menerima tawaran Reynard untuk tidur di kamar pria itu.Tatapan Evelyn menyusuri seluruh area kamar. Semua masih tetap berada di tempatnya. Tidak ada satu pun letak perabotan yang berubah, termasuk juga barang milik Evelyn. Sama halnya dengan letak barang-barang Evelyn di kamar Reynard.Mengingat ia hanya meminta waktu sebentar pada Abercio untuk mengganti pakaiannya, Evelyn bergegas ke wardrobenya. Pakaiannya pun masih tertata rapi di dalamnya sesuai dengan warnanya.Evelyn mengeluarkan stelan yang terlihat sopan, karena area sekolah yang akan ia datangi. Setelah mengganti pakaiannya, ia menuju ke kamar mandi hanya untuk membasuh wajahnya dengan asal agar terlihat sedikit lebih segar, sebelum bergegas turun ke lantai bawah."Tuan Rey menunggu anda di ruang makan, Nona." Salah satu pelayan Reynard memberitahu Evelyn saat ia baru saja menuruni s
"Ssttt ... " Reynard menekan jari telunjuknya di bibir Abercio saat anak itu terbangun karena mendengar racauan Evelyn di dalam tidurnya. Gestur tubuh Evelyn sendiri terlihat gelisah, dengan wajahnya yang sesekali terlihat meringis, seperti orang yang tengah kesakitan.Perlahan Abercio beralih menatap Reynard,"Mommy kenapa?" Pertanyaan tanpa suara Abercio, Reynard dapat dengan mudah mebaca gerakan bibir putranya. Reynard pun menjawabnya tanpa suara juga,"Mimpi buruk. Mau bertukar tempat dengan Daddy?" Abercio mengangguk pelan. Dengan sama pelannya anak itu bergerak bangun dan melangkahi Reynard yang langsung beringsut mendekati Evelyn. Sementara Abercio memperhatikan mommynya itu dari balik punggung Reynard yang membelakanginya."Sstt tenang, Sayang. Kamu sudah aman sekarang," bisik lembut Reynard sambil membawa Evelyn ke dalam pelukannya.Di luar dugaannya, Evelyn langsung balas memeluk Reynard, dan membenamkan wajahnya di dada bidang Reynard, sebelum tangisannya pecah,"Kenapa m
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak