Setelah sarapan, Leroy bergegas pergi ke kantor bersama Jay. Walaupun Leroy sudah berjanji tidak akan menyuruh Jay untuk menemani Alexa pulang ke rumahnya, tetapi bukan berarti Leroy tidak mengirimkan orang lain, kan? Sekarang, Leroy hanya perlu menunggu laporan orang yang mengikuti Alexa. Leroy sudah duduk di kantornya bersama Jay dan Ezra. Keduanya duduk berhadapan dengan Leroy.Melihat kening Leroy berkerut, Jay menjadi sangat khawatir. Dia lantas bertanya, "Tuan, apa Andaー"Sebelum Jay berhasil merampungkan kalimat, Leroy memotongnya. "Iya. Aku semalem kurang tidur. Aku masang chip di handphone Alexa."Kata-kata Leroy mengejutkan dua orang yang bersamanya.Ezra meletakkan bolpen. "Dari mana kamu tau masalah chip?" tanyanya, penasaran. "Aku nggak tau kamu punya skill menanam chip begitu."Leroy tersenyum lebar. Memorinya sedang mengingat sesuatu. Leroy menatap Jay dan Ezra sejenak. Detik berikutnya, dia merasa tidak senang. "Aku udah ngelakuin hal kayak gini sejak 6 tahun lalu
Ezra menurunkan egonya. Dia menyimpan handphone, lalu berdiri. Tatapan tajam Ezra tidak membuat nyali Jay hilang sedikit pun. Justru sebaliknya, Jay berdiri tegak sambil membalas tatapan tajam itu. "Begini, Jay ...." Ezra duduk di tepi meja. "Aku dan Roy udah berteman selama bertahun-tahun sejak kami sama-sama di Universitas Herlingtton Dome. Kamiー"Mulut Ezra tetap menganga. Dia belum selesai bicara, tetapi Jay memotongnya."Nggak usah khawatir, Tuan Ezra! Saya paham betul cerita itu." Nada datar yang ditunjukkan Jay berhasil membuat Ezra semakin tersinggung.Ezra tersenyum. Namun bukan senyum tulus, melainkan senyuman yang sulit diartikan.Ezra berkata dengan lugas, "Kalo gitu, saya nggak punya apa-apa lagi buat dijelasin." Ezra sudah sangat jelas tidak ingin menjawab pertanyaan Jay. Bahkan, Ezra sengaja memancing rasa penasaran Jay. Ezra lupa, kekuatan yang dimiliki Jay dan timnya. Terlebih lagi, masih ada Adipati di sisi Jay yang mampu melindungi Leroy lebih baik dari siapapun.
Leroy bangun saat Jay sedang membaca dokumen di laptop. Dia duduk bersandar. Mendengar suara dari dalam kamar, Jay lantas bergegas mendorong pintu kamar rahasia Leroy yang memang tidak tertutup rapat. "Tuan Muda!" Jay berseru memanggil Leroy. Dia menghampiri tuannya. "Gimana perasaan Anda? Anda sakit kepala, nggak?" Wajah Leroy masih memucat. Tatapannya pun meredup. "Ezra mana?" tanyanya dengan nada yang sedikit lemah. "Tuan Ezra pergi meeting gantiin Anda," jawab Jay. Dia menuangkan air dan memberikannya kepada Leroy. "Minum dulu, Tuan!" Setelah minum, Leroy memberikan gelas kosong kepada Jay. Dia merasa kondisi tubuhnya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Leroy menatap layar handphone. "Sekarang jam 11:00 siang. Sebentar lagi jam makan siang. Kenapa aku masih nggak denger kabar tentang Alexa?" Jay nekat mengabaikan pertanyaan Leroy. Dia jauh lebih mengkhawatirkan Leroy daripada siapapun. "Tuan, Anda kenal Dokter Ben?" Tadinya Leroy ingin marah. Namun saat Jay me
"Brengsek! Rupanya mereka cari mati!"Kata-kata makian itu keluar dari mulut Jay. Dia sedang melihat-lihat beberapa foto di handphone Leroy dengan penuh amarah. Jay menghela napas berat. Dia masih kesal. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya di depan Leroy. Jay melirik Leroy yang masih duduk di tepi ranjang. "Jadi Tuan Muda, dari mana Anda dapet semua foto ini?" Leroy menatap Jay dengan penuh makna. Kemudian, menundukkan kepala. "Kamu udah dapet kabar Alexa?" tanya Leroy kembali mengungkit istrinya. "Kamu harus pastiin dia selamat."Jay mengerti bahwa Leroy ingin menyudahi pembahasan tentang masa lalunya. Maka, Jay hanya bisa menuruti. Jay menjawab dengan hati-hati, "Orang kita bilang, Nyonya cuma kembali ke rumah keluarganya dan mengambil sedikit barang."Jay membuka fitur pesan di handphone, lalu memberikannya kepada Leroy. Leroy menatap foto-foto Alexa yang dikirim oleh anak buahnya. Leroy memandangi ekspresi Alexa saat berada di dalam bus kota Celestial. Alexa duduk deng
"Apa ini pertama kalinya kamu dateng ke acara donasi?" Leroy sudah berada di dalam aula kantor Gubernur kota Celestial. Dia menyadari perubahan wajah pada istrinya. Ya, Alexa gugup. Dia mendongakkan kepala, menatap wajah Leroy yang tampan. Kening Alexa berkerut. "Aku sering menghadiri acara kayak gini. Tapi, ini bukan pesta donasi biasa." Leroy tersenyum. Akhirnya dia tahu apa yang dipikirkan istrinya. Dia menyodorkan lengannya. Karena Alexa tidak bergerak juga, Leroy menarik tangan kanannya sambil memerintah, "Jangan dilihatin aja! Cepet gandeng lenganku supaya kelihatan mesra!" Alexa tersipu malu. Mereka berjalan perlahan menuju sekumpulan orang. "Kamu bener," kata Leroy pelan. "Orang-orang yang dateng ke acara ini bukan orang biasa. Mereka punya pengaruh kuat di pemerintahan dan penggerak ekonomi negara." Alexa tidak bereaksi. Leroy menepuk punggung tangannya. "Santai aja! Nggak usah tegang!" Leroy mengusap lembut kepala Alexa. "Jangan pergi jauh-jauh dariku. Ok!" Ale
"Alexa, kamu bosen nggak?"Usai berbicara dengan Luna, suasana hati Leroy sedikit memburuk. Dia telah menunjukkan ekspresi masam di wajahnya. Melihat hal tersebut, Alexa tampak mengerti. Dia tersenyum. Alexa menggenggam tangan Leroy kuat-kuat. "Kamu mau pergi sekarang?" tanya Alexa. Tatapan mata lembut Alexa membuat kekesalan di hati Leroy berkurang. Bagaimana pun juga, dia harus bertahan di tempat membosankan ini hingga akhir acara."Karena kamu diem aja, aku anggap kamu nggak mau pergi." Alexa kembali tersenyum. Pesta donasi Seni dan Budaya bertajuk Membangun Negeri baru saja dimulai. Namun, Leroy sudah dihinggapi rasa bosan. "Nggak banyak yang tau kalo Pak Kamal Lais adalah orang yang berdiri di belakang Tuan Leroy."Jay tertegun saat mendengar suara Luna di earphone barusan. Dia tidak mengira Leroy memiliki banyak dukungan di negara Venom. Kamal Lais adalah Gubernur kota Celestial selama dua periode. Sebagai tokoh utama malam ini, Kamal Lais sedang memberikan pidato tentang
Tidak ada yang memedulikan Leroy. Saat sekumpulan orang berdasi sedang bersenang-senang, Leroy telah menawar karya seni instalasi yang dipamerkan tadi. Tanpa sepengetahuan istrinya, hasil lelang karya seni tersebut akan Leroy sumbangkan untuk program seni dan budaya atas nama Alexa Rompis.Leroy tersenyum penuh gairah. Lalu, dia memandangi Alexa yang sedang mengunyah makan malam. "Kamu laper, ya? Tadi siang kamu nggak makan?" tanya Leroy."Aーaku ... aku makan kok," jawab Alexa, gugup. Dia tidak menatap kedua mata Leroy saat menjawab. Kenyataannya, Alexa seharian tidak makan apa-apa. Saat kembali ke rumah keluarga Rompis, dia membuka kulkas yang kosong. Begitu Alexa kembali ke apartemen, dia juga tidak menemukan sesuatu yang bisa dimakan. Tidak ada baham makanan apapun di kulkas, selain beberapa minuman kaleng. Leroy menghela napas. Dia tahu, Alexa sedang berbohong. Namun, dia tidak berniat memperpanjang masalah. Sekarang adalah sesi terakhir acara pesta donasi Seni dan Budaya. Y
Leroy mengamati ekspresi masam Yoga. Dalam hati, dia tertawa. Jay yang berdiri di belakang kursi Leroy. Dia menunduk. "Tuan, Anda kenal sama Pak Yoga? Apa dia pernah menyinggung Anda?"Leroy menggoyangkan gelas anggur dengan tenang. Lalu, meminumnya perlahan. Leroy tidak menghabiskan anggurnya. "Heemm, not bad," kata Leroy, memandangi gelas anggur sambil mengomentari rasanya. Jay menunggu jawaban Leroy. Namun, tidak dengan Alexa. Istrinya itu memfokuskan perhatian ke panggung. Dia mencoba menghapal nama-nama orang terkaya di kota Celestial. Leroy mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Iya, dia pernah menyinggung aku 6 tahun yang lalu." Jay cukup mengerti maksud jawaban Leroy. Dia tidak bertanya lebih dalam lagi. Dia berdiri tegak kembali. Pada saat itu, pembawa acara memanggil nama Yoga. "Selanjutnya, kami persilakan Pak Yoga Bahrain untuk naik ke panggung!" seru pembawa acara wanita.Semua orang menoleh ke arah Yoga. Mereka menebak-nebak berapa banyak donasi yang diberikan ole
Sebulan kemudian, di dalam kapal pesiar Opulent Majesty."Tuan Muda, tenanglah!"Itu adalah kata-kata menenangkan dari Adipati. Dia dan Jay berdiri di belakang Leroy yang memunggungi mereka."Paman, mana permen jerukku?" Leroy menjulurkan tangan meminta permennya.Adipati langsung memberikan satu buah permen padanya. Tanpa membalikkan badan, Leroy membuka bungkus permen."Tuan Muda, Anda ganteng banget pakai tuxedo begini!" Bastian memuji Leroy.Di kapal pesiar mewah inilah acara pernikahan Leroy dan Alexa akan digelar. Seminggu sebelumnya, Leroy dan Alexa telah mengucapkan janji suci pernikahan di rumah mewah Leroy yang berada di kawasan Opulent Manor Residences. Setelah dokter menyatakan kondisi kesehatan Eddy membaik, Leroy segera menggelar pernikahan dengan Alexa. Karena dia tidak ingin menundanya lagi. Plak!Assad memukul bokong Bastian dengan tongkatnya.Assad menegur cucunya. "Tian, jangan terus-terusan menggoda Tuan Muda!"Leroy mengenakan jas linen dengan warna pastel yang
"Kak, aku mohon pengampunan kamu." Leroy dan Alexa berjalan melewati keluarga David Donsu. Mereka mendengar suara Dita yang lemah. Lalu, keduanya menghentikan langkah. Bastian langsung berteriak, "Jaga Tuan dan Nyonya Muda!"Bastian tidak ingin keluarga Donsu menyentuh kedua tuannya. Jadi, dia memerintahkan para pengawal memblokir jalan.Dalam sekejap, Leroy dan Alexa sudah dikelilingi pengawal Geng Naga Merah. Leroy terlihat santai saat kedua mantan mertua dan mantan iparnya berlutut meminta pengampunan.Di sebelah kiri Dita, David dan istrinya menunduk, menatap lantai. "Kami berdua juga mohon pengampunan kamu, Roy." Di belakang mereka, Bahran memaksakan diri untuk berlutut. Hayden menjadi kesal.Hayden berkata dengan emosi, "Kakek, jangan begini! Kitaー"Bahran diam saja. Lalu, Grigory mengambil alih situasi. "Tuan Hayden, cepat berlutut!" pintanya. Hayden diam saja. Dia melihat seluruh anggota keluarga Donsu sudah berlutut mengikuti gestur tubuh Bahran.Grigory berkata lagi, "M
"Kamu pikir, kamu siapa?!"Alexa membalas ajakan Angeline. Dia tertawa sinis. "Kamu?!" Angeline menghentakkan kaki. Saat Angeline ingin bicara, Chika sudah bicara lebih dulu. "Eh, Nona! Kamu itu cuma pelakor," ujar Chika, tanpa tahu malu. "Cewek yang dicintai Tuan Leroy dari dulu sampai sekarang cuma Bu Angel. Sadar diri, dong!"Alexa tidak sedikit pun terprovokasi. Dia justru tertawa.Di masa lalu, Chika sama sekali tidak pernah menghormati Leroy. Tapi sekarang, setelah mengetahui identitas Leroy, Chika berusaha menjilatinya. Alexa bertanya dengan santai. "Suamiku, memang bener begitu?""Nggak."Hanya dengan menjawab satu kata, Alexa paham bahwa Leroy tidak ingin mengungkit masa lalu."Gina, karena dia udah menyebarkan hoax, tampar mulutnya 20 kali!" perintah Alexa, ketus.Usia Alexa 22 tahun. Dia wanita muda yang pemberani. Ditambah lagi, kedudukannya saat ini sebagai Nyonya Muda keluarga Opulent. Siapa yang berani cari mati padanya?"Baik, Nyonya." Gina langsung menampar mulut
"Apa?! Mama masuk rumah sakit dan Dokter nggak berani menangani?!"Detik itu juga, handphone Mario berdering. Denadaーadik bungsunya, menelepon. Pandangan Mario dan Angeline saling beradu. Dalam suasana hati yang tidak menentu, Mario berusaha menstabilkan emosi yang kian meningkat."Mama muntah darah. Aku ikut Charles dan Alric bawa Mama ke beberapa rumah sakit dan semuanya menolak."Dari nada bicara Denada, Mario tahu kondisi ibu kandungnya pasti tidak biasa. Apalagi ibunyaーJennings White, memiliki sakit pencernaan yang menahun. Mario Narawangsa adalah anak dari pasangan Henry dan Jennings. Anak pertama mereka bernama Charles Narawangsa, anak ke-2 Mario, anak ke-3 Alric dan anak ke-4 Denada."Apa kata mereka?" tanya Mario, khawatir."Mereka bilang ...." Suara Denada lenyap dan berganti suara isak tangis. Mario mulai panik. "Nada, pihak rumah sakit bilang apa?! Kenapa mereka nggak mau menangani Mama?""Mario, kamu memang pembawa bencana!"Itu adalah suara Charles. Dia dan Mario mema
"Vera, kamu ngapain di sini?!" Bahran tidak bisa menahan diri saat melihat wanitanya datang. Tapi, mengapa Vera memanggil Leroy dengan sebutan Tuan Muda juga? Bahran ingin menghampiri Vera, tetapi Hayden segera berteriak. "Grigory, jaga Kakek!" Romeo menatap anak pertamanyaーEdwin Donsu. "Lindungi Mama dan Zilla!" "Oke, Pa," sahut Edwin. "Ma, Zilla, ayo ke belakang!" Jay langsung berteriak, "Jangan ada yang beranjak! Atau kaki kalian akan dipotong!" Romeo dan keluarganya membeku. Mereka akhirnya pasrah. Begitu juga dengan keluarga Moiz dan David Donsu. Sebagian lantai ballroom sudah kotor karena darah Samuel. Wajah Samuel mulai memucat. Namun, pengawal Geng Naga Merah masih tidak melepaskannya. Jika Geng Naga Merah mampu memotong jari Samuel, tentu saja mereka juga mampu memotong kaki keluarga Donsu. Vera menatap sinis Bahran. "Aku ke sini bukan untuk kamu, Bahran. Jangan lupa, kita udah putus setahun yang lalu!" Benar! Vera telah memutuskan hubungannya dengan Bahran secara
"Kepala naga merah!"Seseorang berteriak. Para tamu undangan saling pandang. Begitu juga dengan kedua mempelai pengantin.Hayden menarik tangan ayahnya agar menjauh dari para pengawal. Kedua matanya memelototi lambang di dada para pengawal.Hayden menatap Bahran dan Austin. "Mundur!" teriaknya. Sebagai seorang CEO Donsu Group, Hayden tentu sudah bertemu lebih banyak orang. Jadi, dia sering mendengar tentang Geng Naga Merah yang populer itu.Karena Hayden sudah berkata seperti itu, maka Bahran hanya bisa menyuruh Grigory melakukan perintahnya. Sedangkan anggota keluarga Donsu lainnya hanya bisa patuh.Angeline tidak mengerti. Jadi, dia bertanya kepada Bahran. "Kakek, ini pesta pernikahanku dan Mario. Kenapa Kakek malah mengikuti perintah Hayden?" "Bu Angel, tenang dulu!" pinta Chikaーsang asisten, yang sejak tadi bersamanya. Mario gelisah. Dia terlahir dari keluarga kaya kelas satu. Maka, dia sudah pasti mengerti maksud Hayden.Mario mengguncang kedua bahu istrinya. "Angel, kamu ngga
"Clara, kamu udah nggak punya tempat di keluarga Donsu."Zumi melangkah maju mendekati Clara. Dia menatap sendu Clara seolah sudah lama menahan rasa rindu di hatinya. Clara melirik Bahran. "Tapiー"Bahran sama sekali tidak melirik Clara. Dari sikapnya itu, semua orang paham bahwa Bahran benar-benar sudah tidak memedulikannya.Grigory berkata, "Nona Clara, mulai hari ini, keluarga Donsu memutuskan hubungan denganmu."Grigory mengumumkan status Clara sesuai dengan keinginan Bahran.Clara tidak berdaya. Sekarang, dia harus ke mana?Tanpa tahu malu, Clara melirik mantan pacarnya. "Ando!" panggilnya. Ando tidak menoleh sedikit pun pada Clara. Tapi, Clara tidak akan berhenti berusaha memenangkan hatinya. Clara berjalan dengan cepat ke arah Ando. Lalu, meraih tangannya. "Ando, gimana pun juga, kita udah pernah tidur bareng sekali. Aku mau minta pertanggung jawaban kamu."Ando melepaskan tangan Clara, dan menatapnya jijik."Hah?! Yang bener aja! Jangan fitnah kamu!" seru Ando, tidak terima
Bruk!Bastian mendorong Clara ke hadapan Alexa. Orang tua dan kedua kakaknya terkejut. Mereka langsung menghampiri Clara. "Clara!" Sarah meneriaki nama anak perempuan satu-satunya. Lalu, memeluknya.Austin menatap Bastian. Dia geram. "Berani-beraninya kamu sentuh anakku!" Austin hendak mencengkram jas Bastian. Namun, Bastian menghindar dengan cepat."Paman Austin, benarkah Clara anak kandung kamu?" Leroy bertanya dengan santai. "Apa maksudnya?!" Sarah gugup. Namun, dia tetap memeluk Clara. Leroy berdiri dengan kedua tangan berada di belakang. "Nggak ada maksud apa-apa," jawabnya, datar. "Cuma mau mastiin aja."Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari kerumunan. Dia berjalan menuju Clara. Leroy dan seluruh keluarga Mamahit memahami arti perubahan sikap Sarah. Sedangkan Alexa mencoba memahami situasi.Pria itu berteriak, "Sarah!" Suasana semakin tegang. Para tamu undangan mulai berbisik. "Siapa dia?""Iya. Siapa pria itu?""Tapi, wajahnya mirip banget sama Clara. Lihat aja hidun
"Aku ngaco?!"Ekspresi wajah negatif Gina muncul. Kedua alis Gina mengernyit. Lalu, dia menampilkan senyum yang dipaksakan.Gina melirik Bahran sinis. "Gimana kalo aku langsung panggil Bu Vera Wang aja? Anda pasti merindukan dia kan, Tuan Bahran?""Aーapa?!" Ujung-ujung jari Bahran bergetar. "Nggak! Jangan bilang dia ada di sini?!"Gerakan tubuh Bahran tampak gelisah. Bibirnya terkatup rapat. Jelas tergambar bahwa Bahran tidak suka dan tidak nyaman dengan permainan Gina. Gina menoleh ke pengawal keluarga Mamahit di belakangnya. "Bawa dia masuk!""Baik, Nona." Salah satu pengawal pergi. Jantung Bahran benar-benar kacau dibuatnya. Hayden tidak menyangka bahwa perempuan yang disukainya bersekongkol menjatuhkan keluarga Donsu. Hayden mendekati Gina. "Cukup, Gina!" Gina menatap Hayden sinis. "Apa?! Bukannya kamu sengaja deketin aku supaya bisa naik strata sosial kelas satu?!"Gina tidak menyembunyikan perasaannya lagi. Karena dia benar-benar sudah tidak tahan dengan kesombongan Hayden.