Rebecca terlihat gelagapan mencari alasan, tapi sayangnya Kelvin justru semakin marah."Kenapa diam!" bentak Kelvin."Jangan membentak. Bisa kan kaku tanya baik-baik," sahut Rebecca."Katakan saja siapa yang membuat tanda itu di lehermu," ucap Kelvin kembali masih bernada tinggi."Apa kamu tidak percaya padaku jika ini hanya tanda merah akibat garukan, apa kamu sedang menuduhku berselingkuh?" Kali ini Rebecca pun berbicara dengan nada tinggi."Aku tidak akan menuduhmu jika tidak ada tanda itu," sahut Kelvin yang mulai menahan emosinya."Aku tidak tahu. Jika kamu mau berpikir aneh-aneh silahkan. Aku tidak peduli! Dan yang pasti aku tidak melakukan apapun di belakangmu!" Suara teriakan Rebecca membuat Hanna keluar dari kamarnya, dan melihat dari ambang pintu."Kemana kamu pergi bersama temanmu?""Sudah aku bilang aku menemankn6a makan malam.""Dimana?""Apa perlu kamu tanya sederajat itu?""Aku tanya dimana?" Kelvin tetap memberikan pertanyaan yang sama."Di restoran tepi pantai," jaw
Rebecca tercengang dengan ucapan Kelvin, ia pun menatap tajam ke arah pria yang kini berstatus sebagai suaminya."Aku tidak sepertimu yang memeperkosa wanita itu tanpa sadar. Jika kamu tidak melakukan hal itu, pasti saat ini pernikahan yang kita jalin akan membuat kita bahagia. Lihat apa yang kamu lakukan, sekarang aku yang harus menanggung akibatnya. Aku jadi seorang istri Kelvin Wirautama yang di rahasiakan. Apa kamu tidak tahu betapa tertekannya aku, hah!" Rebecca pun berlalu, ia berlari meninggalkan rumah, tanpa Kelvin mencegahnya."Ahhkkk……!" Kelvin berteriak sangat kencang meluapkan emosinya.Kelvin melangkah ke ruang kerja di lantai bawah, dan sebelum ia masuk, Kelvin mengambil sebotol wine di lemari untuk menemaninya malam ini.Tanpa ada yang tahu, di balik pintu dapur Haris mendengarkan semuanya. Ia pun menelpon seseorang untuk mengikuti kemana Rebecca pergi, lalu ia pun berlalu ke ruangannya.Malam semakin larut. Clayton yang sudah terlelap dalam tidurnya membuat Hanna mele
Hanna terperanjat kaget saat Kelvin tiba-tiba menarik tubuhnya, dan langsung membalikkan posisinya.Pandangan mereka saling bertemu, dan saat itu Hanna bisa melihat tatapan yang berbeda dari Kelvin.Tiba-tiba Kelvin langsung menyambut bibir Hanna, dan Hanna pun hanya bisa diam pasrah. Ia memejamkan mata menikmati sentuhan bibir Kelvin yang berarona alkohol saat ini.Sangat munafik bagi Hanna jika ia tidak menikmati semuanya. Hanna wanita normal dan cukup umur untuk merasakan hal tersebut, hingga membuatnya membiarkan Kelvin menggerayangi tubuhnya.Namun bayangan masa lalu kembali terlintas. Kepergian sang ayah, dan penderitaan yang ia alami setelah hamil tanpa seorang suami menyadarkannya. Hanna mendorong Kelbin dengan kuat.Plaakkkkk……Tamparan mendarat di pipi Kelvin. "Cukup. Kamu pernah menyentuhku dan menghancurkan hidupku. Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku lagi, apa lagi hanya untuk pelampiasan amarahmu," ucapnya dengan air mata yang mulai mengalir."Kamu tidak bisa menolak
Rebecca sambil melipat kedua tangannya menatap tajam ke arah Kelvin dan Hanna secara bergantian.Hanna pun langsung menarik tangannya yang di genggam Kelvin. "Apa perlu aku melanjutkan jawabanku?" ucapnya. "Em, aku rasa tidak perlu," imbuhnya. Ia pun langsung melangkah meninggalkan ruang makan."Baru pulang?" tanya Hanna pada Rebecca saat ia hendak melewatinya."Bukan urusanmu," jawab Rebecca bernada ketus.Hanna mengangkat kedua bahunya. "Siapa juga yang peduli," ucapnya, lalu ia pun melanjutkan langkahnya.Rebecca melirik kepergian Hanna, lalu ia melangkah mendekati Kelvin. "Jadi kamu mendekatinya saat aku pergi?" tanyanya."Tidak hanya mendekati, aku bahkan tidur bersamanya," jawab Kelvin. Ia berdiri, menatap sekilas ke arah Rebecca lalu melangkah pergi.Rebecca pastinya sangat kaget dengan jawaban Kelvin. 'Itu nggak mungkin terjadi," batinnya. Ia pun langsung menyusul langkah Kelvin. "Sayang tunggu," panggilnya.Kelbin pun menghentikan langkahnya, ia berkacak pinggang menatap ke a
"Jangan macam-macam dengan Clayton atau aku tidak akan pernah memaafkanmu," ucap Hanna kembali mengancam."Hahahah, memangnya apa yang bisa kamu lakukan. Kita lihat saja. Aku atau kamu yang akan berkuasa di sini," ucap Rebecca dengan senyuman sinis, lalu ia pun berlalu.Rebecca menutup pintu kamar Hanna, bahkan sebelum menutupnya ia melambaikan tangan seakan meledek."Aku tidak boleh membiarkan wanita itu mendekati Clayton," gumam Hanna.Drttttt Drttttt Drttttt Dering ponsel terdengar, ia pun segera mengambil ponselnya dan mengangkatnya ketika melihat nama Haris di layarnya."Ada apa, Haris?""Nona, apa anda ingat mobil yang menabrak anda dan nyonya Lidya tempo hari? Apa anda sempat melihat orang yang menyetirnya?"Pertanyaan Haris sedikit membuat Hanna kaget, dan merasa takut kala mengingat kejadian tersebut."Aku sempat melihatnya, saat ia meninggalkan kami begitu saja," jawab Hanna."Apa orangnya seperti yang ada dalam foto? Saya baru mengirimkannya pada anda."Hanna pun segera me
"Rebecca mengancamku," ucap Hanna.Kelvin menatapnya seakan tidak percaya apa tayang di ucapkan Hanna."Dia mengancam akan mencelakai Clayton jika kita mengulanginya lagi. Dan aku tidak mau sampai hal itu terjadi. Aku tidak peduli bagaimana kamu dan Rebecca memperlakukan aku, tapi Clayton, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya," jelas Hanna."Aku bahkan tidak ingat apa.yang kita lakukan semalam, jadi kamu tidak perlu khawatir jika hal itu terjadi lagi. Dan masalah Clayton, aku akan melindunginya sebagai seorang ayah untuknya." Hanna mengangguk, lalu menatap Kelvin. "Apa kamu akan menjadikan aku seorang janda?" tanyanya."Maksudmu?""Kita tidak saling mencintai, bagaimana mungkin bisa menjalani pernikahan ini selamanya. Sementara kamu pun menikahi orang yang kamu cintai," jelas Hanna."Aku tidak akan menceraikanmu karena ini permintaan mama sebelumnya.""Ibumu sudah tidak ada," sahut Hanna."Aku tetap tidak akan menceraikanmu, dengan alasan tertentu. Kecuali kamu secara tera
Hanna mengambil foto yang di berikan Haris, ia mengernyitkan dahinya saat melihat pria dalam foto tersebut."Aku tidak mengenalnya, tapi aku sempat bertemu dengannya beberapa kali. Bahkan hari ini—"Kleeek…..Pintu rumah yang terbuka membuat Hanna menghentikan ucapannya. Rebecca yang baru pulang pun langsung menghampiri mereka."Sedang melakukan sidang paripurna tanpa aku?" ucap Rebecca. Ia pun langsung duduk di sebelah Kelvin."Hari ini aku bertemu tanpa sengaja dengannya, bahkan dia menumpahkan jus yang ia bawa di bajuku," ucap Hanna melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda."Apa yang sedang dia katakan sayang?" tanya Rebecca pada Kelvin. Senyum dan gaya bicaranya seolah ia tak melakukan kesalahan apapun hari kemarin.Kelvin pun hanya melirik sekilas tanpa memberikan jawaban. Ia tidak bisa marah pada Rebecca, tapi juga tak bisa semesra seperti sebelumnya."Sepertinya kamu sangat bahagia?" celetuk Hanna."Bukan bahagia, tapi lebih tepatnya hari ini aku tak sendiri yang melakukan ke
"Anda akan tahu suatu saat nanti. Yang pasti saya harap anda tetap bertahan dengan keadaan ini, hingga kita bisa menunjukan siapa nona Rebecca sebenarnya pada tuan Kelvin," jelas Haris.Hanna menghela nafasnya, ada rasa lelah menghadapi kenyataan yang pahit ini, tapi ia tetap harus berdiri di antaranya. "Kita lihat saja sampai mana aku bisa bertahan," sahut Hanna sambil tersenyum kecil. "Jadi, apa yang akan kalian lakukan dengan pria itu. Bukankah sudah jelas dia dalang di balik kecelakaan yang menewaskan mertuaku?""Entahlah, pembahasan pun bersambung. Nona Rebecca datang dan mengacaukan semuanya, jadi aku belum mendapat perintah," jawab Haris dengan kekehan kecil."Dia orang jahat, dan sudah jelas mencelakai nyonya besarmu, apa masih harus kamu menunggu perintah dari atasanmu yang plin-plan itu?" celtuk Hanna.Haris kembali terkekeh, lalu mengambil foto di atas meja, dan merapikannya. "Meaki plin-plan, dia tetap suami anda nona Hanna," ucapnya. Hanna hanya berdecak mendengar jawabn
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca