Hanna mengambil foto yang di berikan Haris, ia mengernyitkan dahinya saat melihat pria dalam foto tersebut."Aku tidak mengenalnya, tapi aku sempat bertemu dengannya beberapa kali. Bahkan hari ini—"Kleeek…..Pintu rumah yang terbuka membuat Hanna menghentikan ucapannya. Rebecca yang baru pulang pun langsung menghampiri mereka."Sedang melakukan sidang paripurna tanpa aku?" ucap Rebecca. Ia pun langsung duduk di sebelah Kelvin."Hari ini aku bertemu tanpa sengaja dengannya, bahkan dia menumpahkan jus yang ia bawa di bajuku," ucap Hanna melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda."Apa yang sedang dia katakan sayang?" tanya Rebecca pada Kelvin. Senyum dan gaya bicaranya seolah ia tak melakukan kesalahan apapun hari kemarin.Kelvin pun hanya melirik sekilas tanpa memberikan jawaban. Ia tidak bisa marah pada Rebecca, tapi juga tak bisa semesra seperti sebelumnya."Sepertinya kamu sangat bahagia?" celetuk Hanna."Bukan bahagia, tapi lebih tepatnya hari ini aku tak sendiri yang melakukan ke
"Anda akan tahu suatu saat nanti. Yang pasti saya harap anda tetap bertahan dengan keadaan ini, hingga kita bisa menunjukan siapa nona Rebecca sebenarnya pada tuan Kelvin," jelas Haris.Hanna menghela nafasnya, ada rasa lelah menghadapi kenyataan yang pahit ini, tapi ia tetap harus berdiri di antaranya. "Kita lihat saja sampai mana aku bisa bertahan," sahut Hanna sambil tersenyum kecil. "Jadi, apa yang akan kalian lakukan dengan pria itu. Bukankah sudah jelas dia dalang di balik kecelakaan yang menewaskan mertuaku?""Entahlah, pembahasan pun bersambung. Nona Rebecca datang dan mengacaukan semuanya, jadi aku belum mendapat perintah," jawab Haris dengan kekehan kecil."Dia orang jahat, dan sudah jelas mencelakai nyonya besarmu, apa masih harus kamu menunggu perintah dari atasanmu yang plin-plan itu?" celtuk Hanna.Haris kembali terkekeh, lalu mengambil foto di atas meja, dan merapikannya. "Meaki plin-plan, dia tetap suami anda nona Hanna," ucapnya. Hanna hanya berdecak mendengar jawabn
Hanna berdiri menunggu apa Kelvin akan menghampirinya atau hanya sekedar memanggilnya.Ia pun akhirnya mendengar langkah Kelvin menaiki tangga dengan cepat. Hingga akhirnya Kelvin sampai di lantai atas menatapnya."Apa kamu tidak khawatir jika Clayton terbangun mendengar teriakanmu?" tanya Hanna.Kelvin menghampiri Hanna. "Dimana Rebecca?" tanyanya."Kamu suaminya, kenapa tanya padaku?""Kamu dari bawah jam segini, pasti kamu tahu kemana Rebecca pergi?" tanya Kelvin kembali dengan ketus."Aku melihat ia pergi, tapi tidak tahu kemana dia pergi, dan sekarang Haris sedang mengikutinya. Apa jawabanku sudah jelas," ucap Hanna.Kelvin langsung berlalu tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Hanna. Tentu itu membuat Hanna menggelengkan kepala."Kelvin," panggil Hanna. Kelvin pun menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu. "Dulu aku mengenalmu sebagai pria arogan yang tegas, juga punya pendirian. Kenapa sekarang berubah?"Kelvin menoleh ke arah Hanna, menatap Hanna setelah mendengar ucapann
Kelvin terlihat sangat marah, ia menuding ke arah Rebecca dengan tatapan tajam. "Rebecca kamu seorang pengkhianat. Pergi kamu dari sini! Dan jangan pernah kembali. Aku akan segera menceraikanmu!" ucap Kelvin bernada tinggi.Rebecca pun terbelalak kaget, ia menangis lalu mendekat ke arah Kelbin untuk memeluk kakinya."Sayang aku mohon, kamu harus dengarkan aku dulu. Ini cuma salah paham." Rebecca memohon pada Kelvin, tapi Kelvin tak menghiraukannya.Kelvin menggapai tangan Rebecca dan langsung menariknya keluar kamar. Rebecca di seret dan terus memohon pada Kelvin agar memaafkannya.Clayton yang mendengar keributan pun langsung keluar kamar. Begitu pun dengan para pelayan yang sudah bangun di jam pagi ini.Tika yang melihat Clayton berdiri tak jauh dari kamarnya, menatap ke arah Kelvin yang tengah menyeret Rebecca ke ruang tamu langsung bergegas menghampiri.Tika langsung membawa Clayton kembali ke kamarnya, dan memeluknya. Tika bisa merasakan ketakutan Clayton hingga tubuhnya bergetar
"Aku tidak peduli," ucap Rebecca sambil tersenyum. "Aku tidak peduli harta Lidya jatuh ke siapa, yang pasti aku meminta lima puluh persen dari harta tersebut. Atau aku akan menyebarkan video dan foto-foto kemesraan kita ke publik.""Kamu memeras?" ucap Hanna kembali."Ya," jawab singkat Rebecca penuh senyuman."Anda tidak bisa melakukan itu, nona Rebecca," celetuk Haris.Rebecca pun menoleh ke arahnya. "Aku bisa melakukan apa saja yang aku mau tanpa bisa kamu halangan.""Aku tidak bisa memberikannya karena aku bukan pewaris harta mama," ucap Kelvin."Jangan berpura-pura bodoh. Harta itu bisa pindah ke tangan siapa saja asal wanita ini menyetujuinya," ucap Rebecca sambil menatap ke arah hanna.Kelvin terdiam sejenak menatap ke arah Hanna, lalu beralih ke arah Rebecca. "Maka kamu tanyakan saja padanya. Dia yang akan menentukan nasib keluarga ini," ucapnya sambil menatap ke arah Hanna."Jadi Hanna, bagaimana kamu akan membuktikan pada mertuamu itu jika kamu layak mendapatkan segalanya?"
Kelvin pun dengan langkah cepat menghampiri Hanna.Plakkk….Tamparan melayang mengenai pipi Hanna, saat itu juga Hanna terdiam dan hanya air mata yang mengalir. Ia tak menyangka jika pria di hadapannya saat ini lebih kejam dari yang ia kira."Sudah aku duga. Kamu memang wanita licik, Hanna," ucap Kelvin. Ia menggapai dagu Hanna dan mencengkramnya kuat hingga bibir Hanna mengerucut. "Kamu berhasil menipu mama, dan sekarang kamu menghancurkan keluarga ini dengan tidak memberikan apa yang ia minta. Kamu hanya bedebah murahan," imbuhnya lalu menghempaskan cengkramannya."Terserah apa katamu, tapi yang pasti aku tidak seburuk seperti apa yang kamu katakan."Kelvin menyunggingkan senyumannya setelah mendengar ucapan Hanna. Lalu ia pun berlalu meninggalkan Hanna tanpa mengucapkan sepatah katapun.Hanna mengusap pipinya yang terasa perih, sambil bergumam menatap kepergian Kelvin, "Bagaimana aku bisa bertahan dengan pria seperti ini?"Hanna pun melangkah menemui Clayton di kamar, ia tahu jika
Kelvin menoleh ke arah Clayton, menatap bocah kecil yang kini tengah menatanya penuh rasa takut."Clayton masuk ke kamarmu," titah Kelvin.Clayton menggelengkan kepalanya. "Clay nggak mau masuk kamar kalau papa mau marah-marah ke mama. Nggak boleh ada yang sakiti mama Clayton," ucapnya sambil memeluk paha sang ibu."Apa kamu akan menjadi anak yang bandel?" tanya Kelvin dengan tatapan tajamnya."Apa kamu tidak bisa menenangkan diri?" celetuk Hanna membuat pandangan Kelvin beralih ke arahnya."Tenang? Apa kamu masih bisa setenang ini setelah melihat semua sosial media menyiarkan berita tentang aku dan Rebecca? Atau kamu berpura-pura buta dengan berita ini?" sahut Kelvin."Apa kamu tahu dimana Rebecca sekarang?" tanya Hanna."Jangan mengalihkan pembicaraan, Hanna.""Aku tidak mengalihkan pembicaraan, tapi aku bertanya apa yang bersangkutan dengan masalah ini. Apa kamu pernah berfikir bagaimana bisa rekaman itu ada, dan bagaimana Rebecca menyebarkan berita ini yang langsung viral, hanya d
Haris terus memperhatikan pria dalam mobil tersebut. Ia mencatat plat mobil dan mengirimkannya padanya, lalu ia pun turun dari mobil kembali ke rumah Joko. Tentu saja hal tersebut membuat Joko bingung."Ikut aku," ucap Haris membuat Joko merasa bingung."Kemana?""Jangan banyak tanya jika ingin selamat. Seseorang tengah menunggumu di luar," jawab Haris.Joko pun menoleh ke arah luar gerbang, ia bisa melihat jika ada satu mobil di sana, dan dua orang pria di dalamnya. Mereka menatap ke arah Joko, dan itu membuat Joko yakin jika itu adalah sebuah ancaman."Ini karena anda datang kemari tuan. Seandainya anda tidak datang maka nyawa kami tidak akan terancam," ucap Joko menyalahkan Haris."Jadi kamu lebih memilih melindungi seorang penjahat?""Itu lebih baik daripada meletakan keluargaku dalam bahaya," sahut Joko kembali."Baiklah jika itu maumu,maka jangan salahkan aku jika sesuatu terjadi pada keluargamu. Aku sudah mengingatkanmu," ucap Haris, ia pun hendak melangkah pergi."Tunggu," sua
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca