Mbah Ruti tersenyum ke arah Kelvin, “Aku mengenalmu sejak Ayahmu masih ada di dunia ini, hanya saja kita tidak pernah bertemu. Tapi kepemimpinanmu sudah aku lihat sejak berkembangnya perusahaanmu itu. Jadi kamu tahu kan, jika aku tidak akan mengambil keputusan begitu saja tanpa aku mengetahui latar belakang dirimu, dan tanpa aku tahu resiko yang akan aku ambil.”Kelvin sekarang sangat paham jika mbah Ruti benar-benar tidak akan gegabah dalam mengambil keputusan. Dia akan selalu memikirkan terlebih dahulu dan memastikan semua keputusan yang diambil adalah keputusan yang paling baik.“Terima kasih karena telah mempercayaiku, aku akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini,” ucap Kelvin.“Aku tidak hanya mengharapkan kamu melakukan yang terbaik hanya untuk perusahaan ini. Tentunya kamu masih ingat apa yang aku katakan kemarin bukan?” ucap mbah Ruti.Kelvin terdiam sejenak mencoba mengingat apa yang dimaksud mbah Ruti, lalu ia pun mengangguk. “Aku mengerti, tapi itu adalah hal pribad
Kelvin pun menatap ke arah mbah Ruti. Ia memberanikan diri untuk mengatakannya.“Aku tahu salah satu cabang perusahaan Bratayuda, tengah membutuhkan seorang manajer, karena manajer di kantor cabang tersebut telah dipecat. Jika anda mengizinkan, aku menyarankan anda agar Haris bisa bekerja di sana,” jelas Kelvin.Mbah Ruti terdiam sejenak mempertimbangkan saran Kelvin. “Apa dia benar-benar bisa bekerja di bidang itu?” tanya Mbah Ruti.“Aku rasa dia memilih otak yang cerdas. Sebelumnya dia selalu membantuku menyelesaikan setiap pekerjaan di perusahaanku dulu. Aku rasa dia bisa menangani kantor cabang tersebut,” ucap Kevin.“Kalau begitu ajak dia datang kemari besok bersamamu untuk menemuiku,” ucap mbah Ruti.“Maaf nyonya, sebenarnya dia ada di sini. Ia berada di bawah dengan para sopir lainnya,” jelas Kelvin.“Apa kamu menjadikannya sebagai supir pribadimu? orang yang selama ini membantumu dalam banyak hal, menjadi orang kepercayaanmu dulu, dan sekarang kamu jadikan seorang sopir?” tany
itu adalah anak mbah Ruti, Arumi. Dia benar-benar cantik. Hanna terus memindai wajahnya. ‘Benarkah aku mirip dengannya? sehingga mbah Ruti menganggap aku sebagai anaknya dan sangat baik padaku,’ batin Hanna. Ia pun mencari akun sosial media yang digunakan Arumi.Tidak ada, sepertinya wanita ini tidak menyukai social media sehingga tidak ada akun sosial media yang ia miliki. Atau mungkin karena memang akun sosial media yang ia miliki di privasi, sehingga tidak bisa ditemukan sembarang orang.Hanna terus menggulir dan mencari informasi tentang Arumi, namun ia tetap tak menemukan informasi tentang anak mbah Ruti tersebut.“Sepertinya dia tidak suka main sosial media,” gumam Hanna. Hanna kembali mencari sesuatu di internet, tpi kali ini bukan orang lain, melainkan tentang dirinya sendiri. Hanna menyerah, ia pun hanya asal mengetik. Dari nama ayahnya, hingga nama panggilan saat ia masih kecil. Namun siapa sangka keisengan jarinya membuat ia menemukan sesuatu yang tak pernah ia ketahui.S
“Tidak ada rahasia, dan tidak ada yang aku sembunyikan darimu. Aku hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk memberitahumu, hanya saja waktu yang aku tunggu tak kunjung datang. Aku tak kunjung mengatakannya pun, karena aku sangat takut kehilanganmu,” jawab mbah Ruti.“Jadi Benarkah apa yang aku pikirkan selama ini, jika kamu baik padaku karena ada sesuatu yang kau sembunyikan? dan ternyata semua itu berhubungan dengan ibuku,” ucap Hanna kembali.Mbah Ruti pun mengambil sebuah foto yang selama ini selalu tersimpan rapi di laci meja kerjanya. Ia meletakkannya di meja dan membiarkan Hana menatapnya.Hanna pun menatap foto tersebut penuh kesedihan. Itu adalah foto ayahnya dan Arumi, ibu kandungnya yang tak pernah ia lihat sejak usianya 2 tahun. Itu adalah foto yang pernah ia lihat sebelumnya sekilas dan selalu menjadi pertanyaannya.“Arumi adalah anakku, ibumu yang artinya kau adalah cucuku, cucu keluarga Bratayuda,” uca mbah Ruti.Hanna terdiam seakan masih tak percaya dengan apa yang
Mbah Ruti semakin menangis, iya benar-benar pasrah dengan keadaannya. “Arumi Maafkan ibumu ini, ibu sudah berusaha sebaik mungkin untuk menebus kesalahan ibu dan bapakmu. Kami sudah mencoba membahagiakan anakmu, tapi sepertinya apa yang kami lakukan tak cukup membuatnya bahagia. Apakah kesalahan kami tidak bisa dimaafkan sampai kapanpun?” gumam Mbah Ruti. Hanna berlari ke kamarnya, mengunci diri di kamar, lalu menangis di atas ranjang, dan menutup wajahnya dengan bantal. Ia ingin sekali berteriak, andai saja dia berada di hutan saat ini mungkin dia sudah teriak sangat kencang layaknya Tarzan.“Kenapa? Kenapa hidup ini sangat kejam padaku? Kenapa hidup ini tak pernah adil bagiku? Kenapa selalu penderitaan, rasa sakit dan kecewa yang menghampiriku? Ya Tuhan apa tidak ada kebahagiaan sedikitpun di dunia ini untukku?” ucap Hana di tengah tangisnya. Hanna membuka bantal yang menutupi wajahnya, menatap langit-langit kamarnya dan terus menangis tanpa henti. “Tuhan kebahagiaan apa yang kau
‘Apa yang harus aku lakukan? Clayton sudah bahagia bersama mereka, jika aku pergi dari rumah ini, itu sama saja aku memisahkan clayton dengan mereka. Hal tersebut pasti akan membuat Clayton merasa sedih. Namun aku juga tidak bisa bertahan di sini, hidup serumah dengan orang yang benar-benar mengecewakanku, yang membuat aku tak pernah bisa melihat ibuku seumur hidupku,’ batin Hana.’Meski mbah Ruti ba tersenyum pada Clayton, tapi ia selalu mengalihkan pandangannya dari Hanna. Rasa bersalahnya pada Hanna membuatnya takut untuk berbicara, meskipun sebenarnya tidak ada yang harus ia takutkan.“Clay, kita berangkat sekarang,” ucap Hanna pada Clayton. Karena memang waktu yang sudah menunjukkan pukul 07.00.“Baik ma, Clay juga tidak mau terlambat untuk hari pertama Clayton di sekolah. Nanti Clayton malu pada teman-teman baru Clay,” sahut Clayton yang langsung menyalami mbah Ruti dan juga kakek Aditya.“Clay, kamu ke mobil dulu sama sus Rena, mama akan meletakkan piring di dapur dulu,” ucap
“Saya tidak tahu apa yang sebenarnya anda hadapi saat ini, tapi saya tahu anda benar-benar merasa sedih dan tidak tahu kepada siapa harus bercerita. Bukankah begitu nona Hanna?” ucap Rena.“Ya, aku merasa apa yang kau katakan itu benar, bahkan sampai saat ini aku tidak tahu pada siapa aku harus mengeluh,” jawab Hanna.“Aku memang seorang pengasuh yang bekerja padamu, tapi jika anda benar-benar tidak mempunyai teman untuk bicara, apa salahnya jika anda berbicara padaku? setidaknya beban di hati anda akan sedikit berkurang,” ucap Rena pada Hanna.“Meskipun aku bisa bercerita padamu, tapi aku tidak tahu dari mana aku harus bercerita. Hidupku terlalu rumit sehingga untuk menceritakannya pun aku kesulitan,” ucap Hanna pada Rena.“Saya mengerti, karena mungkin beban di hati anda benar-benar terlalu berat. Maafkan saya jika saya tidak bisa membantu anda untuk mengurangi beban tersebut,” ucap Rena. Ia benar-benar terlihat peduli pada Hanna.“Apa kamu punya keluarga di kampung?” pertanyaan Han
Kelvin dan Harris tengah menunggu kedatangan mbah Ruti ke kantor. “Tumben nyonya Trihapsari jam segini belum datang ke kantor? apa dia berangkat kerja hari ini?” tanya Kelvin pada Bian.“Entahlah tuan, biasanya Nyonya Trihapsari sudah datang di jam segini,” jawab Bian. “Mungkin beliau ada sedikit urusan di rumah. kita tahu tuan Aditya yang sedang sakit harus mendapat perhatian lebih dari beliau.”“Bener juga, kalau begitu kita tunggu saja. Hari ini kita harus ke kantor cabang untuk memberitahu karyawan di sana tentang kedatangan Haris,” ucap Kelvin.“Tuan Kelvin, saya lupa jika Nyonya Trihapsari mengatakan anda bisa mewakili beliau di kantor tersebut untuk memperkenalkan Haris pada mereka,” uacap Bian.“Aku tidak mau, itu akan membuat aku merasa tidak enak, karena aku juga baru di kantor ini. Aku tidak mau seolah-olah aku berkuasa di sini. Itu adalah hak Nyonya Trihapsari,” jawab Kelvin.Ternyata Kelvin cukup tau diri, dia tidak ingin terlalu menunjukkan jika dirinya mempunyai jabat
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca