Kakek Aditya seperti kesulitan bernafas. Tentu hal tersebut membuat panik semua orang di dalam mobil.Tak berselang lama kakek Aditya pun memejamkan mata, denyut nadinya pun semakin melemah, semakin membuat kepanikan. “Abi cepatlah! bisakah kamu membawa mobil ini lebih cepat lagi!” pekik mbah Ruti meminta sang sopir, agar mengendarai mobil lebih cepat. Abi tak menjawab, ia hanya fokus membawa mobil agar segera sampai ke rumah sakit.Mbah Ruti menggenggam tangan kakek Aditya, ia menatap sang suami dengan tangisannya. “Aku mohon bertahanlah untukku. Jangan membuat aku ketakutan seperti ini, Aditya,” ucapnya, lalu mencium tangan sang suami.Mereka pun sampai ke rumah sakit, dan saat itu juga kedatangan mereka langsung disambut oleh para perawat dengan tergesa-gesa, Kakek Aditya pun langsung dimasukkan ke ruang ICU.“Aku mohon Aditya, kamu harus bertahan demi aku. Jangan tinggalkan aku, aku tidak bisa jika harus terus kehilangan orang yang aku sayangi,” gumam mbah Ruti, sambil menatap r
Hanna yang masih ingin mencari tahu kebenaran tentang kisah orang tuanya pun setia mendengar cerita Sari.arumi yang melihat keseriusan Hanna dalam mendengarkannya pun tersenyum, lalu melanjutkan ceritanya.“Saya sempat mendengar pertengkaran mereka waktu itu. Waktu itu nona Arumi bilang jika dia tidak akan pernah menganggap tuan Aditya, dan mbah Ruti sebagai orang tuanya lagi. nyonya Trihapsari sudah meminta kepada nona Arumi agar tetap membawa keluarga suaminya datang kemari, meski tuan Aditya sangat keras kepala, dan belum bisa menerima suaminya.Tapi nona Arumi justru menolak dan mengatakan jika ia tidak membutuhkan orang tua lagi, dan saat itulah tuan Aditya pun sangat marah, hingga akhirnya mengancamnya. Ancaman yang akhirnya ia sesali setelah Nona Arumi pergi meninggalkan rumah, karena setiap hari, setiap jam, dan bahkan hampir setiap menit nyonya Trihapsari selalu menyalahkannya.Namun meski disalahkan olehnya nyonya setiap hari, tuan Aditya tetap kekeh dengan amarahnya. Tuan
“Tidak nek, aku benar-benar meminta maaf padamu atas keegoisanku,” sahut Hanna, lalu ia pun menyeka pipi wanita tua tersebut yang sudah basah oleh air mata.Akhirnya terukir sebuah senyum di wajah tua tersebut. “Hanna Maafkan nenek,” ucapnya yang langsung memeluk Hanna.Mereka pun menunggu kabar tentang keadaan kakek Aditya, hingga akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan ICU. Mereka bergegas menghampiri dokter tersebut.“Dokter, bagaimana keadaan suami saya?” tanya mbah Ruti.“Keadaannya kritis bahkan untuk saat ini dia berada dalam keadaan koma,” ucap dokter tersebut. Bagai petir yang menyambar di siang hari mbah Ruti langsung terasa lemas. Kaki tuanya tak bisa lagi menopang tubuhnya, ia limbung dan jatuh di pelukan Hanna. “Nek, kamu baik-baik saja kan?” ucap Hanna.“Tidak, aku tidak baik-baik saja jika Aditya meninggalkanku, dia harus selamat,” ucap mbah Ruti. Lalu sebisa mungkin ia menggapai tangan sang dokter. “Dokter, tolong selamatkan suamiku, bantu dia untuk tetap bertaha
Keadaan pun semakin penuh kepanikan, dokter segera meminta beberapa suster untuk masuk membantunya. Sementara Hanna dan mbah Ruti diminta untuk segera keluar. Mereka harus mencoba untuk menyelamatkan kakek Aditya.“Tunggulah di luar. Biarkan kami mengerjakan tugas kami,” ucap sang dokter.“Tapi aku ingin menemani suamiku, aku tidak ingin ditinggalkan olehnya,” sahut mbah Ruti yang menolak untuk keluar ruang icu.“Nenek, ayo kita keluar, biarkan dokter bekerja dengan baik,” ucap Hanna membujuk mbah Ruti.“Tidak Hanna, aku akan menemani Aditya. Aku tidak akan keluar dari tempat ini.”“”Nenek Tolonglah mengerti, jika kita di sini maka dokter akan kesulitan untuk menangani kakek,” ucap Hanna kembali. Ia terus membujuk mbah Ruti, hingga akhirnya mbah Ruti menurut dan ia pun mau keluar dari ruangan tersebut.Mbah Ruti pun melangkah keluar ruangan. Iya terlihat sangat sedih saat meninggalkan sang suami. Ia melihat di sana para dokter pun tengah berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan kak
Kelvin merasa sangat sedih melihat anak sekecil Clayton yang dengan tabah, menerima kepergian orang yang ia sayangi.Kelvin mengusap kepala Clayton, lalu ia pun mengangguk. “Tapi ingat, saat dekat kakek nanti Clayton nggak boleh menangis, karena itu akan membuat kakek sedih melihatnya, oke?” ucap Kelvin.Clayton pun mengangguk, lalu mereka pun menuju ke jenazah kakek Aditya yang sudah ada di dalam keranda.‘Apa yang ingin dia lakukan,’ batin Hanna saat melihat Kelvin mendekati keranda kakek Aditya. Namun Hanna pun tidak bisa melarangnya dan hanya memperhatikan dari jauh.Kelvin pun membuka sedikit penutup karanda tersebut. Clayton pun tidak mempertanyakan keadaan kakek Aditya yang sudah terbungkus kain kafan, karena Kelvin sudah memberitahu ia sebelumnya tentang hal tersebut.“Kakek selamat jalan. Semoga kita bertemu lagi nanti di surga ya, kek. Kakek yang tenang dan bahagia di sana ya?” ucap Clayton sambil melambaikan tangannya, seolah sebagai tanda sebuah perpisahan dengan sang kake
Hana pun segera beringsut dari tidurnya. Iya duduk menatap ke arah pintu, di mana Clayton dan Kelvin berdiri di sana.“Ma, Clay ajak papa kesisni agar mama merasa senang, dan tidak kesepian,” ucap Clayton, ia menarik tangan sang ayah, namun Kelvin justru mematung di ambang pintu. Iya ragu untuk masuk ke dalam kamar Hanna.“Papa kenapa diam? Ayo masuk ucap,” Clayton.“Maaf sayang, mungkin sebaiknya kita turun saja. Biarkan mamamu istirahat,” sahut Kelvin.Clayton menoleh ke arah Hanna. “Papa boleh masuk kan ma? Mama mau ditemenin papa kan?” ucap Clayton kembali.“Clay, mama capek dan ingin istirahat. Clay main sama sus Rena di bawah, ya,” sahut Hanna membuat Clayton memasang wajah cemberutnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa sang ibu untuk tetap mengizinkan dirinya, dan Kelvin masuk ke dalam kamar.“Pa, Clay turun dulu, ya? menemui sus Rena. Clay mau main di bawah. Papa temani mama dulu,” ucap Clayton yang langsung berlari meninggalkan Kelvin.Kelvin pun menoleh ke arah Hanna yang dud
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba