Share

Terbaca

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Apa?! Kenapa dadakan sekali?" seru Vina.

Rangga menggenggam tangan Vina dengan sangat lembut. "Kita akan merayakan pernikahan nanti, setelah kita menikah secara hukum dan agama terlebih dahulu agar bisa membawa Rachel pergi dari sini."

"Tapi, ini ... terlalu cepat. Aku belum siap."

"Belum siap kenapa? Apa kamu ingin menikah dengan Julian?"

"Kenapa jadi membicarakan Julian?" tanya Vina kesal.

Semua perempuan yang akan menikah harus bersiap-siap menghadapi malam pertama mereka. Bagaimana Vina tak khawatir kalau Rangga tiba-tiba mengajaknya menikah?

Bukan masalah gaun pengantin, bukan juga persiapan pesta ataupun undangan. Vina pun tak pernah memimpikan pernikahan indah seperti cerita dalam dongeng.

Akan tetapi, bagaimana Vina harus menghadapi Rangga setelah menikah dengannya? Apakah Vina bisa melewati malam pertama dengan Rangga tanpa kecanggungan?

Memikirkan malam pertama, Vina jadi berdebar-debar. Kalau mereka menikah hari ini, dia dan Rangga akan melakukan itu juga nanti malam.

Wajah
VERARI

Kalau madu yang kau berikan sepahit ini, aku lebih memilih menenggak racun, Mas ... -Katminah (Rahasia Kecil Istri Lugu)

| 13
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Aeny Mamanya Enot Adit
ini kakek kok bawei nya melebihi rachel ya ...
goodnovel comment avatar
Umi Ian Hibban Oci
gemes aku tuh sama kakek tua
goodnovel comment avatar
Salsa Billa
kakeknya dakjal wkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Keguguran

    "Aku tidak akan pernah menikahi perempuan licik seperti Belinda."Mahendra memukul sandaran sofa. "Jaga bicaramu! Belinda terlahir dari orang tua terhormat. Tidak seperti perempuan itu."Rangga menyeringai singkat. "Kemampuan Kakek membaca sesuatu agaknya sudah semakin tumpul. Kakek sendiri yang akan menyesal kalau tidak segera mengusir perempuan licik itu.""Rangga!"Rangga berlalu pergi setelah mengatakannya. Dia kembali ke kamar di saat Vina sudah tertidur pulas.Karena tak ada Rachel, ranjang mereka jadi terasa sangat luas. Vina juga tidur di tepian kasur. Tumpukan tebal bantal tertata rapi di tengah ranjang.Rangga tersenyum singkat oleh perbuatan Vina yang menurutnya sangat konyol. Rangga bisa dengan mudah menyingkirkan bantal-bantal itu, seperti yang sedang dia lakukan sekarang.***Pagi hari Vina dihiasi oleh tangisan menyayat hati perempuan yang mengaku mengandung anak Rangga. Belinda menangis tersedu-sedu di depan Vina setelah mengajaknya bicara berdua."Kamu juga perempuan,

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Diusir

    "Waa ....!!" teriak Rachel mengikuti teriakan Dion yang dibuat-buat seperti wanita.Satu kamar itu menjadi berisik oleh pekikan Rachel dan Dion, membuat orang-orang yang ada di luar keheranan."Kamu bikin kaget, Dion!" Vina berbalik menghadap Dion yang masih terkejut dan bergumam-gumam entah apa yang dia katakan. Vina mengurut dadanya yang naik turun dengan cepat. Terkejut dengan apa yang baru dilihatnya, juga karena ulah Dion."Aku juga kaget, Vin. Uh ... mataku ternoda!" Dion mengusap kasar matanya.BLAM!Pintu kamar mandi ditutup kencang setelah Rangga menurunkan Rachel. "Ayah malah cama aku, Bunda?" tanya Rachel dengan wajah polos."Tidak, Sayang. Ayahmu buru-buru ke toilet," sanggah Vina."Oh ... Ayah cakit peyut."Seperti biasa, mereka diharuskan sarapan bersama di meja makan. Mahendra dibuat kebingungan oleh tingkah orang-orang yang duduk di sisi kanan dan kirinya.Belinda yang duduk di deretan kiri, masih sesekali terisak dan mengusap mata. Mahendra sudah mendengar kabar kegu

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Diseret Keluar

    "K-kakek?" Belinda memegangi pipinya yang terasa seperti digigit jutaan semut. "Kenapa Kakek menamparku?"Mahendra memelototi Belinda dengan aura mengancam. Dia menyerahkan kembali ponsel Belinda yang digenggam sangat erat. Belinda merinding melihat wajah seram Mahendra yang tak pernah ditunjukkan padanya. Dia menerima ponsel itu dengan tangan gemetaran. Matanya tak berani menatap wajah Mahendra. "Pergi dari sini sekarang juga!" usir Mahendra dengan suara lantang.Belinda tak mau mempercayai apa yang baru saja dia dengar. Mahendra tak mungkin mengusir dirinya, begitu pikir Belinda.'Apa Kakek dan Rangga hanya ingin memberikan aku kejutan?'Rangga tersenyum samar menonton adegan yang hanya berjarak dua meter dari tempatnya duduk. Puas, itu yang Rangga rasakan. Reaksi Belinda yang masih berdiri mematung, kebingungan, dan ketakutan itu, tak seberapa jika dibanding ketakutan putrinya yang masih balita diculik orang-orang suruhan Belinda."Doni! Panggil orang untuk menyeret perempuan kot

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Burung dalam Sangkar

    "Aku sudah bilang, perempuan itu tidak sebaik yang Kakek kira." Rangga masih bersantai menikmati pijatan di kursi.Mahendra berdiri memandangi luar jendela dengan posisi memunggungi Rangga. Kedua tangannya masuk ke kantong celana.Sejak suara Belinda tak lagi terdengar, Mahendra hanya berdiri merenung. Entah apa yang dia pikirkan. Bahkan, ketika Rangga mengajak bicara barusan, Mahendra tak menanggapi dan masih berkutat dengan pemikirannya sendiri.Mahendra menghela napas panjang berulang-ulang. Dia lantas duduk di sofa dekat dengan tempat Rangga berada."Apa kamu pikir, Kakek akan merestui kamu dan perempuan itu setelah Kakek mengusir Belinda? Jangan salah, Rangga. Sampai kapan pun, kamu tidak boleh menikah dengannya." Suara Mahendra yang berat dan datar menyembunyikan rasa kecewa.Rangga mematikan kursi pijat, lalu meninggalkan Mahendra. Tak ada gunanya berdebat di saat Mahendra masih terpukul dengan pengkhianatan Belinda.Dion telah menanti di depan ruangan itu. Dia juga menguping p

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Jam Malam

    "Kakek jahat! Aku mau makan cama, Bunda!" teriak Rachel mengalahkan suara Mahendra.Mahendra menggertakkan gigi melihat cicitnya melotot tajam padanya. Dia sampai tak bisa berkata-kata karena tak bisa membalas ucapan anak kecil."Bunda mau istirahat sebentar, punggung Bunda sakit. Rachel makan sama Ayah, ya," bujuk Vina.Vina cukup tahu diri. Meskipun Rachel yang meminta, dia tak akan bisa menelan sebutir nasi pun kala pemilik rumah tak mengizinkan."Cukup, Kek! Jangan bertingkah seperti anak kecil!" hardik Rangga."Kalau tidak suka aturanku, perempuan itu boleh pergi dari sini," tegas Mahendra."Kakek jahat! Kakek jahat!" seru Rachel.Mahendra menatap tajam pada Rachel, tetapi Rachel tak mengalihkan pandangan dari Mahendra sambil menyerukan dua kata yang sama.Nafsu makan Rangga pun langsung hilang. Padahal, Rangga juga sudah merasa lapar sebelumnya."Kamu tanggung jawabku. Duduk dan makanlah. Abaikan ucapan Kakek." Rangga mendorong mundur kursi di sebelahnya.Walaupun Rangga mengucap

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Mengakui Perasaan

    Salah satu penjaga mendorong Rangga dengan kuat ketika Rangga kembali memajukan badan. Rangga balas mendorong pengawal itu.Rangga tak berniat berkelahi dengan para pengawal pada awalnya. Namun, Rangga tak terima jika mereka berani menghalangi jalannya."Jangan memaksa kami menggunakan kekerasan, Pak!" ancam pengawal itu."Kalian yakin ingin menghalangi jalanku? Kalian harus memukuli aku sampai mati lebih dulu dan Mahendra akan membunuh kalian jika sampai aku mati di tangan kalian!" kecam Rangga dan tanpa gelar kesopanan memanggil nama kakeknya.Seorang kepala pengawal mendatangi mereka setelah mendengar keributan. "Ada yang bisa kami bantu, Mas Rangga?""Ajari anak buahmu untuk bersikap sopan! Kamu juga akan menghalangi aku jalan-jalan di rumahku sendiri?!" bentak Rangga.Kepala pengawal yang telah bekerja di kediaman Cakrawala selama hampir dua puluh tahun itu telah mengenal Rangga sejak masih remaja. Dia tahu, Rangga akan melakukan apa pun untuk mendapatkan keinginannya.Perintah Ma

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Perhatian Rangga

    "Tidak akan ada yang bisa membantumu," geram Rangga seraya membuka pintu gudang bahan makanan.Pelayan itu menjatuhkan ponselnya. Mulutnya yang setengah terbuka, berkedut-kedut terkejut."P-pak ... s-saya ...." Pelayan itu menelan ludah susah payah melihat pria di hadapannya seperti iblis tampan yang siap mencabut nyawa.Mata Rangga berkilat-kilat. Rahang tegasnya kian menegang. Kedua tangan pun mengepal kuat seperti hendak memukul pelayan itu.Apa yang dipikirkan pelayan itu nyaris benar. Rangga sangat murka hingga ingin mematahkan setiap tulang belulang di badan pelayan itu.Vina ternyata sakit karena ulah Belinda. Lebih parahnya lagi, pelayan yang bekerja di rumah keluarganya ikut terlibat melukai wanitanya."Keluar!" bentak Rangga.Pelayan itu meremas-remas rok untuk meredakan gemetar di tangannya. Dia menunduk ketakutan sampai hampir menumpahkan tirta dari dalam mata.Sampai di luar dapur, Rangga memanggil pengawal dengan suara tinggi. "Kurung dia dan jangan biarkan dia keluar sam

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Dimandikan Rangga

    "Jangan macam-macam, Mas! Aku sedang sakit!" pekik Vina.Vina menjadi takut pada pria di hadapannya. Sebab, Rangga sedang menutupi mulutnya yang sedang tertawa. Sejak kapan Rangga bisa tertawa seperti itu?"K-kenapa tertawa?" tanya Vina keheranan bercampur curiga.Rangga berdehem dan senyumnya menghilang. Dia menggeser bangku ke belakang punggung Vina. Dengan tangan kokohnya, Rangga memegangi kedua pundak Vina."Jangan bergerak kalau tidak mau handukmu lepas. Diikat lebih kencang," perintah Rangga halus.Vina memperhatikan handuk yang hampir terlepas dan gegas merapikannya. Vina melihat mata Rangga yang menjurus pada tangannya yang tengah mengikat handuk, kemudian Vina menggeser badan supaya Rangga tak melihat.Wajah Vina seketika memanas saat kembali teringat tentang handuk dan Rangga. Dia menggeleng pelan untuk mengusir bayangan mengejutkan yang sering mengganggu pikiran."Aaah!" Vina terperanjat tatkala tangan Rangga yang penuh busa menyentuh kulit lehernya."Jangan menggodaku, Vina

Bab terbaru

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Akhir

    Gaun keemasan membalut tubuh gadis itu, warna yang menjadi favoritnya sejak kecil. Dia melihat dirinya sendiri di depan cermin.Sempurna!Segala persiapan telah selesai. Gadis itu melangkah dengan percaya diri keluar dari ruang rias. Para pelayan menunduk hormat ketika gadis itu melewati mereka. Salah seorang pelayan memberikan buket bunga yang senada warna dengan gaun yang dikenakannya.“Selamat atas pernikahan Anda, Nona,” ujar pelayan itu.“Terima kasih.” Tak ada tanda-tanda kegugupan di wajahnya biarpun gadis itu baru pertama kali menikah. Kenapa harus gugup? Bukankah hari ini merupakan hari bahagianya? Dia hanya akan tersenyum ketika menyambut pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Pria yang sangat dicintainya dan harus menikah dengannya.Di arah yang berlawanan, Vina dan Belinda berjalan cepat ke arahnya. Mereka berdua memeluk dan mengucapkan selamat padanya.Vina yang sudah berdandan cantik dan berusaha tak menangis itu, tak dapat membendung air mata haru. Dia menangk

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Julian dan Belinda

    “Bukan begitu, Ma. Tadi, Mama dan Vina sedang seru bicara. Aku tidak enak mau memotong pembicaraan Mama dan Vina,” balas Belinda dengan suara lirih.Entah ke mana perginya Belinda yang selalu berani kepada semua orang? Ketika menghadapi mertuanya, Belinda merasa segan dan harus terlihat baik. Hingga dirinya tak sadar telah membuat kesalahan yang menyinggung ibu mertuanya.“Benar … sebentar lagi jam sarapan. Kita siap-siap dulu, yuk,” ajak vina sekaligus ingin menghentikan Dewi menegur Belinda.Vina memahami apa yang Belinda rasakan saat ini. Dewa juga sempat bercerita dengannya, tentang tangisan Belinda kemarin.Tak pernah Vina sangka bahwa dirinyalah yang membawa kesedihan di hati Belinda tanpa dia sendiri sadari. Namun, Vina juga tak mungkin tiba-tiba menjauhi Dewi atau tak mau bicara lagi dengannya.Alih-alih pergi bersama Belinda, Dewi justru mengajak Vina pergi ke dapur untuk melihat menu sarapan pagi ini. Vina ingin sekali menolak Dewi di saat Belinda masih dapat mendengar mereka

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Tidak Benci tapi Tidak Suka

    Julian tak terima jika istrinya dituduh sembarangan. Dia sudah bicara baik-baik dengan ibunya. Tetapi, Dewi malah berbalik memojokkan Belinda.“Terserah Mama saja. Bayangkan sendiri kalau Mama jadi Linda. Mama merasa tidak diterima keluarga Papa, lalu mertua Mama malah bersikap baik pada wanita lain.”“Itu tidak mungkin terjadi, Ian! Keluarga papamu sangat baik pada Mama,” sanggah Dewi.“Bukan itu intinya, Ma!”Julian membuang napas kasar. Tak ada gunanya bicara dengan ibunya. Dia lantas meninggalkan Dewi dan akan menghibur istrinya yang pasti masih murung karena merasa tak dianggap ibunya.Namun, di dalam kamarnya, Vina telah berhasil mencairkan suasana hingga Belinda terlihat mengulas senyuman tatkala mereka membicarakan anak-anak.Julian lantas tidur di sisi istrinya. Dia benar-benar lelah hingga kurang tidur karena menjaga Belinda dan bayinya dua puluh empat jam.Vina pun mengajak suaminya keluar kamar mereka setelah puas melihat keponakan barunya. Setelah Vina menutup pintu, dan b

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Menantu Pilihan

    “Astaga … kenapa kamu bicara seperti itu? Apa yang Mama katakan padamu?”Belinda menggeleng-gelengkan pelan kepalanya, kemudian mengambil Lilian yang berada dalam gendongan Dewa yang menunggu mereka di luar kamar. “Terima kasih, Om.”Dewa tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Dia lantas pergi menemui Dewi untuk menegurnya.“Di sini kamu rupanya.” Dewa duduk di bangku tempat Dewi sedang berdiri memandangi Vina. “Apa yang kamu katakan pada menantumu?”Dewi menoleh pada Dewa singkat. “Apa maksudmu? Aku jarang bicara dengannya. Hari ini pun aku tidak bicara dengannya.”Dewa melihat ke arah Dewi memandang. Dia tahu jika Dewi sedang mengamati Vina, tetapi Dewa kurang peka dengan situasi. Dia tak paham dengan apa yang kakaknya pikirkan. Kenapa Dewi terus-terusan menatap Vina? Apakah Dewi tak menyukai menantu Dewa itu?Dewa menepis pikiran buruknya. Dia kembali konsentrasi dengan masalah Belinda.“Belinda dulu memang sangat menyebalkan. Tetapi, sejak melahirkan Axel, Belinda berubah total

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Ibu Mertua

    “Aku harus menemani Belinda dan Lilian di sini. Ada banyak orang di rumah Rangga. Kenapa Axel harus dijemput segala?” protes Julian emosi.Dewi membuang napas kasar. “Tidak baik berhutang budi pada sepupumu. Kamu tidak malu karena minta tolong pada Rangga? Ada Tristan juga yang bisa kamu suruh menjaga Axel.”“Tristan tidak boleh terlalu dekat dengan Axel. Dia bisa tergoda merebut istri dan anakku!” Julian meninggikan suara karena nada bicara Dewi terkesan mengajarinya. Julian paling tak suka jika diperlakukan seolah dia tak bisa memutuskan segalanya sendirian.“Kalau istri dan anakmu juga mau bersama Tristan, berarti itu salah istrimu!” Dewi juga tak suka jika Julian bersikap kurang ajar padanya.“Kalian bisa berhenti berteriak tidak?! Kita sekarang sedang berada di rumah sakit!” Dan suara Lia yang paling keras di antara mereka.Dan benar saja, sesaat kemudian, seorang perawat menegur mereka. Perawat itu juga menyampaikan bahwa Belinda sudah bisa keluar dari rumah sakit besok karena ta

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Trauma

    Julian melihat ruangan putih di sekelilingnya. Apakah dia sedang bermimpi? Atau dirinya telah mati?Potongan-potongan ingatan meluncur cepat dalam benaknya. Mata Julian terbuka lebar.“Linda!” pekik Julian seraya bangun terduduk begitu mengingat kejadian terakhir yang dilihatnya.“Julian, kamu sudah bangun.” Vina menemani Julian di kursi samping ranjang. Di sudut ruangan, Rangga menutup mulutnya dengan punggung tangan sambil menahan tawa. Bisa-bisanya Julian pingsan saat menemani Belinda melahirkan!“Bayiku kenapa, Vin?! Linda ada di mana?” Julian berusaha berdiri dengan kalap. “Ada air menyembur dan ….”Manik mata Julian bergerak-gerak tak beraturan. Dia mencoba mencari tahu arti tatapan Vina, tetapi kepanikan membuat Julian tak dapat berpikir jernih.“Kenapa hanya ada air yang keluar? Bayiku bagaimana? Apa Belinda keguguran?” Julian takut bukan main ketika bayangan air ketuban pecah tak hilang dari benaknya.“Tenang, Julian!” bentak Vina. “Linda masih di ruang persalinan. Kamu tungg

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Perjuangan Seorang Ibu

    Julian memandangi jendela besar di hadapannya. Rasanya, masih seperti kemarin ketika Julian dapat melihat pohon-pohon besar di hadapannya. Tetapi, kini pohon-pohon rindang itu tak lagi ada di sana.Seperempat area hutan yang cukup luas milik nenek Julian yang telah diwariskan pada orang tuanya, telah berganti dengan bangunan besar. Julian menjual pohon itu dan digunakan untuk memulai beberapa usaha baru, berhubungan dengan bidang kuliner yang digelutinya.Pabrik pertama yang dimiliki Julian ada di depan mata. Tanpa terasa, pabrik yang dibangun oleh Rangga dan dikelola olehnya telah berkembang pesat. Perusahaan yang dibangun Julian dari nol, kini dapat disandingkan dengan perusahaan Vina. Namun, mereka berdua tetap bersaing secara sehat. Bahkan, terkadang Vina dan Julian berkolaborasi dalam acara-acara besar.Julian telah mematahkan anggapan buruk orang-orang yang masih menganggap dirinya memiliki maksud tertentu. Dia pun tak lagi menggubris orang lain dan fokus pada keluarganya sendir

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Maaf

    Julian keluar kamar sambil bersiul-siul. Tepat satu bulan berlalu, pabrik cokelatnya telah selesai. Dia akan pergi mengecek pabrik cokelat karena hari esok, pabrik miliknya sudah mulai beroperasi."Papa, mau pergi ke mana hari Mingu? Aku mau ikut Papa," rengek Axel.Julian berhenti dan tersenyum manis pada anaknya. Tanpa banyak kata, dia menggendong Axel dalam pelukannya.Semakin hari, Axel kian bersikap seperti anak-anak seusianya. Axel pun lebih banyak mengungkap perasaannya. Walau terkadang, Axel masih suka murung dan berpikir sendirian. Tetapi, Axel tetap akan mengatakan apa yang dipikirkannya kepada Julian setelah selesai merenung.Julian mengatakan jika semua akan baik-baik saja meskipun anak itu mengeluh atau marah. Sang ayah menginginkan anak-anaknya mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup. Tak seperti Rangga ataupun dirinya."Pa, aku mengundang Kak Rachel dan Ravi ke sini nanti kalau cokelatnya sudah ada. Aku ingin membuat pesta dengan air mancur cokelat, Papa.""Iya,

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Para Pria Kesayangan Belinda

    "Mantan?" Belinda membuka lebar mulutnya. Jelas-jelas dia sudah menceritakan semua tentang masa lalunya dengan Bima. "Kami tidak pernah punya hubungan spesial apa pun, Sayang … aku hanya-""Siapa yang biang kamu punya hubungan spesial dengannya?" Julian semakin sinis menanggapi. "Oh … kamu sedang mengakui kalau kamu punya hubungan spesial dengan ... siapa tadi namanya? Bisma atau Bima? Atau malah dua-duanya?"Belinda bukannya ingin merayu Julian yang sedang cemburu, tetapi dia jadi kesal karena tuduhan Julian. Apalagi, Julian sangat pintar membolak-balik kata-kata untuk memojokkan dirinya."Ya sudah kalau tidak percaya, jangan pegang-pegang perutku!" Belinda menyentak tangan Julian. "Aku tidak mau anakku sampai mendengar kalau papanya menuduhku macam-macam. Kamu pikir, bayi di dalam kandunganku tidak bisa mendengar kata-kata kita?"Janu yang sedang menyopir dan sedari tadi mendengar perdebatan majikannya, hampir saja menyemburkan tawa. Buah hati mereka bahkan belum terlihat dalam kanto

DMCA.com Protection Status