Share

Karma Buatan

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Maafkan saya karena gagal mendidik anak saya, Pak." Suara seorang pria paruh baya terdengar bergetar menahan kegugupan dan amarah kepada wanita di sampingnya.

Gilang Haidar bersama anaknya, Nadia, kini duduk di hadapan Rangga sambil menundukkan kepala. Nadia telah menceritakan kepada Gilang atas perbuatan buruknya kepada istri Rangga, yang juga teman SMA-nya.

Semalaman penuh Nadia dimarahi ayahnya. Sekarang, dia masih harus berurusan dengan Rangga lagi.

Karena sikap buruk anaknya, Gilang yang selama ini selalu melakukan tugas dengan baik dan tanpa cela, namanya harus tercoreng oleh kebodohan anaknya sendiri.

"Kamu ingin mencelakakan istriku?" tuding Rangga kepada Nadia. Jelas sekali jika Nadia tahu apa yang terjadi malam kemarin.

"T-tidak, Pak."

"Lalu siapa yang membuat ide gila menyiram istriku dengan cat itu?"

Nadia lantas menceritakan semuanya tanpa terkecuali, termasuk keikutsertaan dirinya hendak mengejutkan Vina dan diam saja saat mendengar rencana kedua temannya. Informasi dar
VERARI

Nunggu karma kelamaan? Aku bisa membuatkannya untukmu. -Rangga-

| 7
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
hahahahahaha... Karma buatan... Karma yang dibuat suami Sultan... Sultan mah bebas ya...
goodnovel comment avatar
Erna Nur Anisah
aku gak bisa Mufon dari cerita ini... ceritanya seru, gak ngebosenin... kadang sedih kesel bahagia,lucu juga .. sampe sampe aku baca lagi berulang ulang... sambil nunggu bonus poin ...
goodnovel comment avatar
Yuniarti
emang ye kl udah bucin mAh gk ada obat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Hukuman

    "Bunda, lihat ... ada monstel jahat menyelang kota!" Rachel menunjukkan ponsel Mahendra pada Vina."Jangan kebanyakan mainan ponsel, Rachel," tegur Vina seraya mengambil ponsel Mahendra dari tangan Rachel.Dalam ponsel tersebut, sedang terputar video adegan Olivia tersiram cat dari lantai dua salah satu toko. Diakhiri dengan Olivia yang dibawa oleh polisi karena diduga mengambil barang-barang di tempat kerjanya. Vina kembali memutar video tersebut. Matanya melebar tak percaya ketika membaca judul pada berita yang menyebut Olivia adalah pencuri.Berita itu menjadi viral dalam semalam. Video amatir yang diambil salah satu pejalan kaki pun telah ditonton jutaan orang.Vina membuka sedikit mulutnya. Rachel melirik ibunya dan ikut-ikutan terkejut."Mengelikan, ya, Bunda? Aku takut ...." Bibir mungil itu mengatakan takut, tetapi Rachel sangat menikmati adegan di saat Olivia berusaha berdiri dan terpeleset jatuh berulang-ulang.Olivia berteriak memaki orang-orang yang hanya menonton dan tida

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Tak Merasa Bersalah

    "Ugh ...," erang Julian seraya memegangi perutnya.Tristan sontak bangun dan menekan perut Julian. Dia terlalu panik sehingga tak sadar jika Julian meletakkan tangannya di gagang pisau lipat yang menancap di perutnya."Pak, kenapa Anda sampai sejauh ini? Tolong! Pak Penjaga!" teriak Tristan.Para penjaga pun datang dan membawa Julian pergi untuk mendapatkan perawatan secepatnya. Tristan hendak mengikuti Julian, tetapi para penjaga mendorong dirinya masuk ke dalam sel lagi.Julian bukan orang bodoh yang akan melukai diri sendiri tanpa sebab. Dia hanya menusuk sedikit agar tidak mengenai organ dalamnya. Biarpun demikian, Julian masih dapat merasakan sakit yang begitu hebat.Julian menggertakkan gigi saat menanti dokter datang. seraya menyumpahi Tristan dalam hati.Selama ini, Julian hanya mempercayai Tristan seorang. Bahkan, hanya Tristan satu-satunya orang yang Julian anggap sebagai keluarga.Bisa-bisanya Tristan mengkhianati dirinya?!Bayangan Belinda dan Axel tiba-tiba terlintas dalam

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Jumlah Buket Bunga

    "Ini kamar kita, Mas?!" Vina menangkup mulutnya, lalu berbalik melihat sang suami yang melemparkan senyuman padanya."Suka?"Vina melangkah masuk ke dalam kamar. Manik coklat gelap miliknya berputar di setiap sisi ruangan. Beberapa perabotan nyaris tak terlihat karena tertutup begitu banyak buket bunga.Bunga berwarna-warni menghiasi setiap sisi ruangan. Semerbak harum yang beraneka ragam memanjakan indra penciumannya."Mas ... kamu ..." Vina menatap Rangga tak percaya, lalu berjinjit dan melingkarkan tangan di leher suaminya itu. "terima kasih, Mas."Rangga balas memeluk Vina dengan erat. Dia menunduk agar Vina tak perlu berjinjit, kemudian membenamkan wajah di ceruk leher istrinya. Hatinya selalu berdebar-debar tatkala Vina tersenyum hanya padanya. Entah sejak kapan, Vina mulai sangat berarti dalam kehidupan Rangga. Yang jelas, Rangga tak akan bisa hidup tanpa Vina di sisinya.Juga bayi kecil yang saat ini terbangun dan menangis keras. Vina segera melepaskan pelukan, lalu menggendon

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Istana Cakrawala

    "Ayo, Rachel harus tidur!" Rangga segera bangkit dan menggendong Rachel tinggi-tinggi seraya berjalan cepat menuju kamar putrinya itu.Sampai di kamarnya lagi, Vina sedang sibuk membereskan alas tidur bekas percintaan mereka. Rangga kembali mendekap istrinya dari belakang, lalu melepaskan kain dari genggaman tangan Vina."Tidak usah dibersihkan dulu, Sayang. Nanti juga kotor lagi. Kalau tiap selesai main dibersihkan, kasihan Bu Indah bisa kelelahan mencuci. Paling tidak, dia harus mencuci lima seprai dalam semalam," goda Rangga."Mas Rangga!" Vina berbalik untuk menggigit pipi sang suami. "Dasar mesum!"***Hari yang ditunggu-tunggu Rachel pun akhirnya tiba. Sudah lama Rachel ingin pergi ke taman hiburan yang dibuatkan Rangga untuknya dan baru hari ini dapat terlaksana.Bocah kecil itu kini sedang menunggu keluarganya bersiap-siap di dalam mobil baru Mahendra. Dia memakai kacamata buta warna parsial miliknya agar dapat melihat semuanya dengan warna-warna yang sesungguhnya."Om Doni ke

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Berkat Anak

    Mata Barra yang tampak merah dan berair itu berkedip-kedip dengan cepat. Sama seperti Nana yang kian erat memeluk lengan Dion dengan raut wajah haru.Vina pun akhirnya sadar dengan panggilan yang baru saja dia ucapkan kepada Barra. Dia tak sadar sebelumnya. Karena Nana terus memanggil papi pada Barra, Vina spontan mengikuti."Um, Pak Barra maksudnya." Vina mendadak canggung."Kenapa? Tadi sudah benar kamu memanggil Papi," protes Barra."Gara-gara dilihat semua orang, Kak Vina jadi malu 'kan!" sahut Nana."Itu tidak benar," kilah Vina.Acara kumpul keluarga yang biasa itu menjadi momen membahagiakan untuk Vina. Dia yang sejak kecil hanya memiliki Martha di sisinya, bisa merasakan canda tawa dengan keluarga besar berkat sang suami tercinta.Tak hanya Vina, Rangga pun merasakan hal yang sama. Meskipun selama ini dirinya hidup dalam tuntutan kakeknya, sekarang dia bisa merasakan arti sebuah keluarga yang sesungguhnya. Dan semua berkat kehadiran Vina."Lihat dia ..." Mahendra menunjuk Marth

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Reka Ulang Adegan

    "Kamu memang menyebalkan, jahat, dan setiap kata-kata yang keluar dari mulutmu juga kejam ... tapi, aku tetap memaafkan kamu, Belinda. Asalkan kamu mau berubah menjadi lebih baik. Bukan hanya demi Axel, tetapi juga untuk diri kamu sendiri," balas Vina sambil tersenyum."Kamu yang lebih dulu merebut calon suamiku." Belinda mengatakan itu tanpa emosi.Belinda tertawa tanggung dalam tangisnya. Dia sendiri juga mengakui, semua yang dikatakan Vina tentang dirinya memang benar. Belinda lantas menceritakan awal mula yang menjadikan pribadinya menyebalkan.Sejak kecil, Belinda selalu terbuka mengungkap isi hatinya. Tak ada yang menasihati walaupun apa yang dia katakan salah atau menyakiti hati orang lain.Para pengasuh Belinda Kecil pun tak ada yang berani menentang semua ucapannya atau melarang tindakan buruknya. Sementara kedua orang tua Belinda hanya selalu sibuk bekerja dan jarang menghabiskan waktu dengannya.Jika orang tuanya sedang ada di rumah, mereka tetap membebaskan Belinda berbuat

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Bianglala Cinta

    Pagi-pagi buta, Rachel sudah membuat keributan. Dia membangunkan semua orang agar mereka segera bersiap-siap ke taman hiburan.Tentunya, dibantu Doni yang menggendong Rachel saat menekan bel di setiap pintu kamar. Semua orang keluar setelah mandi, lalu berkumpul di ruang makan.Deretan kursi yang berada di meja makan panjang mulai ditempati. Rangga duduk di satu-satunya kursi paling ujung dan Vina duduk di sisi kanannya."Macam raja saja kamu." Mahendra berdecak sebal, biasanya dia-lah yang duduk di posisi Rangga."Kakek mau duduk di sini?" tawar Rangga."Tidak perlu!" tolak Mahendra."Nana dan Dion ke mana? Mereka tidak ikut sarapan?" Vina celingukan mencari adiknya.Semua orang yang duduk di sana, baru menyadari jika dua orang itu tidak ada. Raut wajah Barra sontak berubah kesal. Barra tiba-tiba curiga karena kamar Nana dan Dion bersebelahan. Tak akan ada yang tahu jika salah satu dari mereka berpindah kamar pada tengah malam."Papi cari mereka dulu!" Barra keluar dari ruang makan d

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Mengintip Orang Pacaran

    "Jangan, Mas, kita di sini saja." Vina mencegah Rangga yang akan menuju ke arah depan wahana.Rangga memaki dalam hati, tetapi tetap menuruti Vina yang mengajak dirinya duduk di bangku gelap tak jauh dari wahana lain. Jelas sekali jika Rangga marah karena dia kalah cepat dengan Dion.Kenapa dia tidak kepikiran untuk memberi kejutan pada Vina seperti itu?! Rangga sangat menyesal sampai rasanya ingin memutar waktu.Di depan wahana bianglala itu, bunga-bunga mawar merah disematkan di sepanjang pagar besi antrean. Dion menggandeng Nana yang terlihat sangat bahagia menerima kejutan darinya.Seorang penjaga membukakan pintu bilik bianglala sambil menunduk hormat. Dion pun membantu Nana naik ke dalam sana. Setelah menutup pintu, penjaga itu berlari pergi untuk menjalankan wahana."Cih, hanya membuka pintu saja menyuruh orang lain. Dasar manja," cibir Rangga."Mas kenapa, sih?""Lihat itu, berlagak sekali Dion di depan perempuan. Tidak seperti Mas."Vina menggeleng pelan. Jarang-jarang Rangga

Bab terbaru

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Akhir

    Gaun keemasan membalut tubuh gadis itu, warna yang menjadi favoritnya sejak kecil. Dia melihat dirinya sendiri di depan cermin.Sempurna!Segala persiapan telah selesai. Gadis itu melangkah dengan percaya diri keluar dari ruang rias. Para pelayan menunduk hormat ketika gadis itu melewati mereka. Salah seorang pelayan memberikan buket bunga yang senada warna dengan gaun yang dikenakannya.“Selamat atas pernikahan Anda, Nona,” ujar pelayan itu.“Terima kasih.” Tak ada tanda-tanda kegugupan di wajahnya biarpun gadis itu baru pertama kali menikah. Kenapa harus gugup? Bukankah hari ini merupakan hari bahagianya? Dia hanya akan tersenyum ketika menyambut pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Pria yang sangat dicintainya dan harus menikah dengannya.Di arah yang berlawanan, Vina dan Belinda berjalan cepat ke arahnya. Mereka berdua memeluk dan mengucapkan selamat padanya.Vina yang sudah berdandan cantik dan berusaha tak menangis itu, tak dapat membendung air mata haru. Dia menangk

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Julian dan Belinda

    “Bukan begitu, Ma. Tadi, Mama dan Vina sedang seru bicara. Aku tidak enak mau memotong pembicaraan Mama dan Vina,” balas Belinda dengan suara lirih.Entah ke mana perginya Belinda yang selalu berani kepada semua orang? Ketika menghadapi mertuanya, Belinda merasa segan dan harus terlihat baik. Hingga dirinya tak sadar telah membuat kesalahan yang menyinggung ibu mertuanya.“Benar … sebentar lagi jam sarapan. Kita siap-siap dulu, yuk,” ajak vina sekaligus ingin menghentikan Dewi menegur Belinda.Vina memahami apa yang Belinda rasakan saat ini. Dewa juga sempat bercerita dengannya, tentang tangisan Belinda kemarin.Tak pernah Vina sangka bahwa dirinyalah yang membawa kesedihan di hati Belinda tanpa dia sendiri sadari. Namun, Vina juga tak mungkin tiba-tiba menjauhi Dewi atau tak mau bicara lagi dengannya.Alih-alih pergi bersama Belinda, Dewi justru mengajak Vina pergi ke dapur untuk melihat menu sarapan pagi ini. Vina ingin sekali menolak Dewi di saat Belinda masih dapat mendengar mereka

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Tidak Benci tapi Tidak Suka

    Julian tak terima jika istrinya dituduh sembarangan. Dia sudah bicara baik-baik dengan ibunya. Tetapi, Dewi malah berbalik memojokkan Belinda.“Terserah Mama saja. Bayangkan sendiri kalau Mama jadi Linda. Mama merasa tidak diterima keluarga Papa, lalu mertua Mama malah bersikap baik pada wanita lain.”“Itu tidak mungkin terjadi, Ian! Keluarga papamu sangat baik pada Mama,” sanggah Dewi.“Bukan itu intinya, Ma!”Julian membuang napas kasar. Tak ada gunanya bicara dengan ibunya. Dia lantas meninggalkan Dewi dan akan menghibur istrinya yang pasti masih murung karena merasa tak dianggap ibunya.Namun, di dalam kamarnya, Vina telah berhasil mencairkan suasana hingga Belinda terlihat mengulas senyuman tatkala mereka membicarakan anak-anak.Julian lantas tidur di sisi istrinya. Dia benar-benar lelah hingga kurang tidur karena menjaga Belinda dan bayinya dua puluh empat jam.Vina pun mengajak suaminya keluar kamar mereka setelah puas melihat keponakan barunya. Setelah Vina menutup pintu, dan b

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Menantu Pilihan

    “Astaga … kenapa kamu bicara seperti itu? Apa yang Mama katakan padamu?”Belinda menggeleng-gelengkan pelan kepalanya, kemudian mengambil Lilian yang berada dalam gendongan Dewa yang menunggu mereka di luar kamar. “Terima kasih, Om.”Dewa tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Dia lantas pergi menemui Dewi untuk menegurnya.“Di sini kamu rupanya.” Dewa duduk di bangku tempat Dewi sedang berdiri memandangi Vina. “Apa yang kamu katakan pada menantumu?”Dewi menoleh pada Dewa singkat. “Apa maksudmu? Aku jarang bicara dengannya. Hari ini pun aku tidak bicara dengannya.”Dewa melihat ke arah Dewi memandang. Dia tahu jika Dewi sedang mengamati Vina, tetapi Dewa kurang peka dengan situasi. Dia tak paham dengan apa yang kakaknya pikirkan. Kenapa Dewi terus-terusan menatap Vina? Apakah Dewi tak menyukai menantu Dewa itu?Dewa menepis pikiran buruknya. Dia kembali konsentrasi dengan masalah Belinda.“Belinda dulu memang sangat menyebalkan. Tetapi, sejak melahirkan Axel, Belinda berubah total

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Ibu Mertua

    “Aku harus menemani Belinda dan Lilian di sini. Ada banyak orang di rumah Rangga. Kenapa Axel harus dijemput segala?” protes Julian emosi.Dewi membuang napas kasar. “Tidak baik berhutang budi pada sepupumu. Kamu tidak malu karena minta tolong pada Rangga? Ada Tristan juga yang bisa kamu suruh menjaga Axel.”“Tristan tidak boleh terlalu dekat dengan Axel. Dia bisa tergoda merebut istri dan anakku!” Julian meninggikan suara karena nada bicara Dewi terkesan mengajarinya. Julian paling tak suka jika diperlakukan seolah dia tak bisa memutuskan segalanya sendirian.“Kalau istri dan anakmu juga mau bersama Tristan, berarti itu salah istrimu!” Dewi juga tak suka jika Julian bersikap kurang ajar padanya.“Kalian bisa berhenti berteriak tidak?! Kita sekarang sedang berada di rumah sakit!” Dan suara Lia yang paling keras di antara mereka.Dan benar saja, sesaat kemudian, seorang perawat menegur mereka. Perawat itu juga menyampaikan bahwa Belinda sudah bisa keluar dari rumah sakit besok karena ta

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Trauma

    Julian melihat ruangan putih di sekelilingnya. Apakah dia sedang bermimpi? Atau dirinya telah mati?Potongan-potongan ingatan meluncur cepat dalam benaknya. Mata Julian terbuka lebar.“Linda!” pekik Julian seraya bangun terduduk begitu mengingat kejadian terakhir yang dilihatnya.“Julian, kamu sudah bangun.” Vina menemani Julian di kursi samping ranjang. Di sudut ruangan, Rangga menutup mulutnya dengan punggung tangan sambil menahan tawa. Bisa-bisanya Julian pingsan saat menemani Belinda melahirkan!“Bayiku kenapa, Vin?! Linda ada di mana?” Julian berusaha berdiri dengan kalap. “Ada air menyembur dan ….”Manik mata Julian bergerak-gerak tak beraturan. Dia mencoba mencari tahu arti tatapan Vina, tetapi kepanikan membuat Julian tak dapat berpikir jernih.“Kenapa hanya ada air yang keluar? Bayiku bagaimana? Apa Belinda keguguran?” Julian takut bukan main ketika bayangan air ketuban pecah tak hilang dari benaknya.“Tenang, Julian!” bentak Vina. “Linda masih di ruang persalinan. Kamu tungg

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Perjuangan Seorang Ibu

    Julian memandangi jendela besar di hadapannya. Rasanya, masih seperti kemarin ketika Julian dapat melihat pohon-pohon besar di hadapannya. Tetapi, kini pohon-pohon rindang itu tak lagi ada di sana.Seperempat area hutan yang cukup luas milik nenek Julian yang telah diwariskan pada orang tuanya, telah berganti dengan bangunan besar. Julian menjual pohon itu dan digunakan untuk memulai beberapa usaha baru, berhubungan dengan bidang kuliner yang digelutinya.Pabrik pertama yang dimiliki Julian ada di depan mata. Tanpa terasa, pabrik yang dibangun oleh Rangga dan dikelola olehnya telah berkembang pesat. Perusahaan yang dibangun Julian dari nol, kini dapat disandingkan dengan perusahaan Vina. Namun, mereka berdua tetap bersaing secara sehat. Bahkan, terkadang Vina dan Julian berkolaborasi dalam acara-acara besar.Julian telah mematahkan anggapan buruk orang-orang yang masih menganggap dirinya memiliki maksud tertentu. Dia pun tak lagi menggubris orang lain dan fokus pada keluarganya sendir

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Maaf

    Julian keluar kamar sambil bersiul-siul. Tepat satu bulan berlalu, pabrik cokelatnya telah selesai. Dia akan pergi mengecek pabrik cokelat karena hari esok, pabrik miliknya sudah mulai beroperasi."Papa, mau pergi ke mana hari Mingu? Aku mau ikut Papa," rengek Axel.Julian berhenti dan tersenyum manis pada anaknya. Tanpa banyak kata, dia menggendong Axel dalam pelukannya.Semakin hari, Axel kian bersikap seperti anak-anak seusianya. Axel pun lebih banyak mengungkap perasaannya. Walau terkadang, Axel masih suka murung dan berpikir sendirian. Tetapi, Axel tetap akan mengatakan apa yang dipikirkannya kepada Julian setelah selesai merenung.Julian mengatakan jika semua akan baik-baik saja meskipun anak itu mengeluh atau marah. Sang ayah menginginkan anak-anaknya mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup. Tak seperti Rangga ataupun dirinya."Pa, aku mengundang Kak Rachel dan Ravi ke sini nanti kalau cokelatnya sudah ada. Aku ingin membuat pesta dengan air mancur cokelat, Papa.""Iya,

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Para Pria Kesayangan Belinda

    "Mantan?" Belinda membuka lebar mulutnya. Jelas-jelas dia sudah menceritakan semua tentang masa lalunya dengan Bima. "Kami tidak pernah punya hubungan spesial apa pun, Sayang … aku hanya-""Siapa yang biang kamu punya hubungan spesial dengannya?" Julian semakin sinis menanggapi. "Oh … kamu sedang mengakui kalau kamu punya hubungan spesial dengan ... siapa tadi namanya? Bisma atau Bima? Atau malah dua-duanya?"Belinda bukannya ingin merayu Julian yang sedang cemburu, tetapi dia jadi kesal karena tuduhan Julian. Apalagi, Julian sangat pintar membolak-balik kata-kata untuk memojokkan dirinya."Ya sudah kalau tidak percaya, jangan pegang-pegang perutku!" Belinda menyentak tangan Julian. "Aku tidak mau anakku sampai mendengar kalau papanya menuduhku macam-macam. Kamu pikir, bayi di dalam kandunganku tidak bisa mendengar kata-kata kita?"Janu yang sedang menyopir dan sedari tadi mendengar perdebatan majikannya, hampir saja menyemburkan tawa. Buah hati mereka bahkan belum terlihat dalam kanto

DMCA.com Protection Status