Share

Calon Menantu

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-19 12:42:16

"Duduk," titah Rangga yang segera dipatuhi Vina.

"Apa alasanmu tiba-tiba mengundurkan diri?"

Vina sudah menduga hal ini. Dia sudah bekerja sangat lama di perusahaan dan tahu apa yang perlu dia lakukan sebelum mengundurkan diri. Dia pun telah menyiapkan jawaban.

"Saya dan Ibu memutuskan untuk pindah dari kota ini, Pak. Ada masalah keluarga yang sangat mendesak dan kami harus segera ke sana hari ini juga."

Rangga meneliti wajah Vina sejenak. Tak seperti sebelumnya, Vina kali ini menatap lurus dirinya.

"Kamu bisa mengambil cuti. Pekerjaanmu masih banyak dan belum ada penggantimu."

"Saya sudah menyelesaikan semua pekerjaan saya kemarin, Pak. Dion bisa menggantikan saya sementara Bapak mencari pengganti saya."

"Kamu tahu aturan perusahaan ini, bukan?"

Vina tak mungkin lupa. Dia harus tinggal selama tiga puluh hari sebelum benar-benar bisa meninggalkan perusahaan untuk mendapat pesangon.

Namun, Vina tak bisa melakukannya. Jika dia tinggal sebulan lagi, perutnya sudah semakin membesar. Vina tak ingin orang-orang menaruh curiga padanya.

"Maaf, tapi saya tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Masalah keluarga saya sangat mendesak, Pak."

"Vina," hardik Rangga dengan suara rendah dan begitu mengintimidasi. "Kamu sudah tahu akibatnya jika keluar semaumu, bukan?"

"Bapak tidak perlu memberi saya pesangon. Hari ini saya datang hanya untuk menyerahkan pengunduran diri," tegas Vina.

Vina tentu sangat tahu, Rangga tak suka dengan karyawan yang berbuat seenaknya sendiri. Terlebih lagi, dengan karyawan yang mengundurkan diri tanpa mematuhi aturan perusahaan.

Rangga akan memblacklist orang itu. Parahnya, dia mungkin tak akan bisa mencari pekerjaan dengan rekanan perusahaan.

Vina tak peduli lagi. Lagi pula, Vina memutuskan hendak membuka usaha kecil-kecilan untuk bertahan hidup. Sangat jarang ada perusahaan yang menerima karyawan hamil tanpa status pernikahan.

"Iya, Pak. Saya tahu."

Rangga menghela napas kasar, "Keluar."

"Terima kasih, Pak. Semoga Bapak selalu diberi kesehatan dan kesuksesan."

Vina memandangi meja kerjanya untuk yang terakhir kali. Dengan cepat, dia memasukkan semua barangnya sendiri, menyisakan beberapa pekerjaan yang telah selesai di atas meja.

Dion datang sesaat kemudian. Dia menyapa Vina, lalu masuk ke ruangan Rangga. Hanya beberapa menit saja, Dion kembali muncul mendekati Vina dengan langkah tergesa.

"Kamu serius mau keluar? Kenapa? Gajimu kurang? Atau karena dimarahi Pak Rangga?"

"Ada masalah keluarga," jawab Vina singkat.

"Oh ... aku kira karena ..." Dion berhenti bicara.

"Karena apa?"

"Tidak, lupakan. Kalau kamu mau bekerja di sini lagi, kamu bisa hubungi aku, Vin. Kamu tahu, Pak Rangga susah cocok dengan karyawan. Cuma kamu yang tahan bertahun-tahun dengan lelaki aneh sepertinya. Aku akan kerepotan mencari penggantimu nanti."

Vina tersenyum tipis. "Semoga beruntung. Jaga diri baik-baik."

Vina pun berpamitan pada semua orang yang dia kenal. Banyak yang menyayangkan kepergian Vina. Tapi, tak ada yang dapat Vina lakukan selain mengabaikan.

Saat dia sampai di depan gedung, Vina berbalik sekali lagi. Menatap tinggi dinding kaca lantai lima puluh lima, tempat di mana dia menghabiskan empat tahunnya dengan bekerja keras.

Vina tersenyum sekilas, kemudian melanjutkan perjalanan. Dia telah meninggalkan luka itu di sana. Dan berharap tak akan lagi bertemu dengannya.

Rasa sesak yang beberapa hari ini mendera Vina sirna begitu dia tak lagi melihat gedung perusahaan Cakrawala. Sekarang, Vina hanya ingin fokus dengan kehamilannya, membesarkan buah hatinya seorang diri. Memberikan cinta bertubi-tubi untuk menggantikan sosok seorang ayah.

*Tiga tahun kemudian

Vina mulai disibukkan oleh pesanan katering untuk acara besar di hotel. Setelah melahirkan seorang bayi perempuan, usahanya semakin berkembang pesat.

Terkadang Vina harus memanggil beberapa teman sekaligus tetangganya untuk membantu menyelesaikan pesanan. Seperti saat ini. Santi dan Ida sudah ada di rumahnya sejak pagi.

Hanya tiga orang saja cukup. Pekerjaan mereka begitu cepat dan sempurna. Karena itu, semakin banyak pula orang yang menjadi langganan Vina.

"Bunda ... cucunya mana?" Seorang bocah merengek meminta susu di kaki Vina.

"Rachel sudah bangun? Di mana nenekmu?"

Di saat Vina menanyakan hal tersebut, bocah menggemaskan itu menunjuk ke satu arah. Terlihat pintu terbuka dan sosok Martha muncul.

"Ya ampun, Nenek ketiduran. Ayo, sini sama Nenek. Bunda masih banyak pekerjaan."

"Tidak apa-apa, Bu. Sudah selesai, kok. Sini, Sayang."

Vina menggendong Rachel dalam pelukan sambil membuatkan susu untuk putri kecil kesayangannya. Seperti biasa, meskipun baru bangun tidur, setelah meminum dan dipeluk bundanya selama setengah jam, Rachel kembali terlelap.

"Lihat, dia tidur lagi." Vina terkekeh pelan. "Titip Rachel sebentar, Bu. Aku mau mengantar pesanan dulu."

"Lama juga tidak apa-apa."

Vina mengecup kening Rachel, lalu keluar kamar pelan-pelan agar tak membangunkan. Bisa gawat jadinya jika Rachel tahu Vina pergi tanpa mengajaknya. Kalau diajak pun Vina takut Rachel akan keluyuran saat Vina sibuk dengan pekerjaannya.

Keingintahuan bocah tiga tahun lebih dua bulan itu akhir-akhir ini semakin besar. Tanpa Martha, Vina agak kewalahan menjaganya sendirian. Pun Vina tak ingin merepotkan ibunya terus menerus.

"Maaf, Vin. Aku tidak bisa ikut menemani," ucap Santi.

"Aku sama Ida saja cukup. Terima kasih, ya. Nanti bayarannya aku transfer." Vina mengedipkan sebelah mata.

"Siap, Bos. Bonusnya jangan lupa." Santi melambaikan tangan. Vina pun melajukan mobilnya.

Tak berselang lama, mereka sampai juga di hotel super mewah yang belum lama ini dibuka. Biasanya, pihak hotel akan langsung mengambil pesanan dan Vina bisa langsung kembali.

Tapi, kali ini berbeda. Pihak hotel mungkin sangat kerepotan karena acara yang akan diadakan sepertinya sangat penting. Vina dan Ida disuruh ikut mengantar sisa pesanan sampai ke ballroom hotel.

"Gila, besar sekali hotelnya. Seumur-umur aku baru melihat ada tempat megah mirip istana seperti ini," celetuk Ida.

"Nanti kamu menikah di sini saja. Pesan katering di aku. Dan kamu sendiri yang bantu-bantu masak." Vina tertawa kecil.

"Yang ada, kami langsung jadi miskin setelah menikah, Vin. Mending uangnya dibuat beli rumah."

"Kalau sudah selesai, mohon meninggalkan tempat ini. Kami masih harus menyiapkan yang lain," ucap seorang pria berjas hitam, yang pasti bukan dari pihak hotel.

"Baik," jawab Vina dan Ida bersamaan.

Dalam perjalanan, mereka mendengar obrolan para karyawan hotel. Rupanya, pemilik hotel akan mengadakan acara pertunangan cucunya.

"Pantas saja pesanan makanannya memilih yang mahal-mahal, tapi kenapa cuma dikit, ya? Tidak sampai ribuan dan hanya minta porsi dua ratus orang," bisik Ida.

"Mungkin yang diundang cuma orang-orang penting saja."

Mereka akhirnya meninggalkan obrolan ketika menunggu pintu elevator terbuka. Seorang wanita super cantik bak model internasional muncul dari dalam.

Wanita itu berjalan anggun dan sedikit angkuh. Dari gaun merah panjangnya, sudah bisa dilihat jika wanita itu orang yang sangat penting dan kaya raya.

"Selamat datang, Nona Belinda," sapa beberapa karyawan hotel sambil menunduk sopan.

"Kakek mertuaku sudah datang?" tanya Belinda.

"Sudah, Nona. Kami akan mengantar Nona ke tempat Pak Mahendra Cakrawala menunggu.”

Vina tertegun dan mengalihkan pandangannya ke arah Belinda.

"Cakrawala? Bukankah itu …"

Tepat saat Vina memikirkan hal tersebut, dia pun melihat mata Belinda berbinar kala menatap ke arahnya–tidak, lebih tepatnya menatap orang di belakang Vina. “Rangga! Kamu sampai juga!”

DEG!

Saat mendengar ucapan itu, tubuh Vina membeku. Hanya ketika Belinda melewati dirinya barulah tubuhnya bergerak untuk mengikuti gerakan wanita tersebut.

Detik Vina memandang sosok yang dihampiri Belinda, napasnya terasa sesak. Manik hitam pria berwajah dingin itu masih sama memesonanya dengan tiga tahun yang lalu.

'Rangga Cakrawala ….'

Komen (237)
goodnovel comment avatar
Triya Septriyani
Keren cerita ny..
goodnovel comment avatar
Senani Yusuf
Seru cerita x
goodnovel comment avatar
Queensha Adiva
g punya uang beli koin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Bertemu Kembali

    Vina tertegun saat melihat sosok Rangga. Ternyata, pria yang akan bertunangan hari ini adalah pria itu?Senyum pahit terukir di bibir Vina. Dahulu Rangga berkata tidak akan pernah menikah, tapi sekarang malah bertunangan dengan wanita lain. Ternyata, maksud Rangga adalah dia hanya ingin menikahi wanita berkelas."Vin, kenapa malah bengong?" Ida menyenggol lengan Vina, menyadarkan gadis itu dari lamunannya. "Ayo.""O-oh, iya."Vina dan Ida pun berlalu ke ballroom hotel. Saat Vina meninggalkan tempat tersebut, pemilik manik hitam segelap malam yang sempat menjadi fokus wanita itu mengalihkan pandangan untuk menatap punggung Vina."Wanita itu …."**Di ballroom, banyak pelayan telah menanti Ida dan Vina. Keduanya lantas ikut menata makanan dan menjelaskan tentang menu-menu serta cara penyajiannya.Kesibukan mereka terhenti tatkala seorang pria yang sebagian rambutnya telah beruban dan tampak berwibawa memasuki ruangan. Mahendra Cakrawala, Vina pernah berjumpa dengannya beberapa kali dulu

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Om Tampan

    Rangga menangkupkan mulutnya yang sedikit terbuka. Tatapannya beralih pada Vina dan Rachel bergantian. Dia pun mengendurkan pelukan dan menurunkan Rachel."Bunda! Hu hu hu. Rachel ketablak."Vina berjongkok, lalu meneliti seluruh anggota badan Rachel. Dia menghela napas lega ketika tak mendapati satu pun luka di sana."Dia ..." Rangga melangkah mendekat, sedangkan Vina buru-buru menggendong Rachel dan memundurkan langkah. "anakmu?"'Dia belum tahu ternyata. Untunglah ...'"Maaf kalau anak saya menghambat perjalanan Bapak.""Apakah dia ..." Rangga urung bertanya."Saya permisi dulu, Pak. Guru anak saya masih mencarinya. Sekali lagi, saya minta maaf."Vina pun berbalik pergi dengan mengayunkan kaki lebar-lebar dan cepat. Dia tidak ingin Rangga melihat Rachel lebih lama. Bisa-bisa Rangga akan segera sadar bahwa mereka berdua memiliki kemiripan."Rachel, lain kali jangan pergi sembarangan. Bahaya, Nak.""Bunda menangis? Maafkan aku, Bunda." Rachel mengusap air mata di pipi Vina yang melele

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Kecewa Setelah Bahagia

    Vina menyesal meninggalkan Rachel walau hanya beberapa jam. Entah apa sebabnya Rangga datang menemui anaknya lagi, Vina tak mau tahu. Yang jelas, Vina tak suka melihat Rangga dekat-dekat dengan Rachel."Aku ada urusan di sini." Rangga melewati Vina dan masuk ke dalam mobil tanpa mendengar lagi apa yang ingin disampaikan Vina.'Urusan apa yang dimiliki seorang Rangga Cakrawala di playgroup? Apa dia sudah mulai curiga? Menyebalkan sekali!'Pertanyaan Vina terjawab di hari berikutnya. Lima truk makanan berbagai jenis berjejer rapi di taman bermain. Beberapa orang berkostum binatang dan badut menyambut para anak kecil yang baru saja memasuki pintu pagar."Bunda! Bunda! Aku mau main sama Tuan Kelinci!" Rachel menunjuk orang yang mengenakan baju kelinci besar di tengah taman."Iya. Jangan lari-lari, Rachel."Vina berbaur dengan ibu-ibu lain yang menunggu anak-anak mereka di bangku pinggiran taman. Dari mereka pula Vina tahu jika semua kejutan itu diberikan oleh Cakrawala Group. "Dalam rangk

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Makan Malam

    "Kalau tidak mau pindah, berarti Rachel harus di rumah saja. Apa yang akan Rachel pilih, hemm?"Setelah mendengar cerita Rachel jika acara di playgroup pagi tadi adalah kado dari Rangga untuknya, Vina pun segera paham. Ikatan batin antara orang tua dan anak memang nyata adanya.Namun, Vina tak akan membiarkan keduanya menjadi lebih dekat dari sekarang. Sudah cukup Rangga mengenal Rachel. Hanya itu saja batasnya, tak lebih.Vina tak merasa jadi orang jahat karena ingin memisahkan mereka. Vina melakukannya semata-mata demi kebaikan putrinya. Dia tak mau Rachel terluka dan berharap pada ayah yang tak akan mungkin mengakuinya.Meskipun mendapat pertentangan dari Martha, juga rengekan anaknya, Vina tetap memindahkan playgroup Rachel. "Aku mau cekolah, Bun." Mata Rachel berkaca-kaca, tetapi tidak menangis.Vina memeluk putri kesayangannya itu. Kehilangan teman-teman yang sudah mulai akrab pastilah membuat putrinya sedih. Vina hanya dapat meminta maaf dalam hati. Setelah membacakan dongeng

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Terlambat?

    Rangga tak henti-hentinya mengulas senyum tatkala memandangi layar depan ponselnya. Balita tiga tahun bermata hitam seperti miliknya itu tengah tersenyum dalam pangkuannya.Perubahan perasaan dan tingkah laku yang cukup asing bagi mata orang-orang sekitar yang memandang, semata-mata berkat anak kecil yang baru-baru ini mencuri hati Rangga.Senyuman Rachel begitu menawan. Setiap kata-kata cadelnya mampu membuat seorang Rangga yang perangainya mirip batu itu tanpa dan dengan sadar ikut tersenyum.Suasana hati Rangga juga menjadi lebih baik meski seharian berkutat dengan pekerjaan yang membuat tubuh dan pikirannya lelah. Ekspresi dinginnya lama-kelamaan berubah melunak dan kadang berseri-seri.Akan tetapi, apa yang dilihat Rangga dari foto yang baru saja dikirim Dion membuat wajahnya kosong. Rangga kembali teringat kata-kata Vina kemarin tentang ayah Rachel.Hal itu diperjelas oleh informasi yang dituturkan Dion keesokan paginya."Pak, saya kemarin melihat Vina, suami, dan anaknya. Anakny

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Wanita Pengkhianat

    'Julian? Kenapa dia bisa bersama Rachel? Apa Julian….? Apa maksudnya ini?'Pria yang baru saja mendudukan Rachel ke kursi penumpang itu memutar badan ketika berlari kecil mengitari mobil ke arah pintu kemudi. Rangga dapat melihat jelas wajah pria itu. Seketika rahangnya mengeras.Julian Cakrawala belum lama ini kembali dari perjalanan bisnis di luar negeri selama hampir dua tahun. Julian adalah satu-satunya sepupu Rangga yang selalu menunjukkan sikap persaingan padanya.Rangga sendiri tak pernah menganggap Julian sebagai rival. Biarpun Julian selalu melakukan beberapa trik kecil untuk menghambat usahanya atau berusaha menjatuhkan dirinya di depan Mahendra. Tetapi, melihat Julian bersama Rachel, Rangga menjadi penasaran dengan rencana licik apa lagi yang ingin Julian lakukan padanya.Rangga mencengkeram kemudi dengan sangat erat sampai buku-buku jarinya memutih. Sampai saat ini, Rangga belum mengetahui siapa dalang di balik orang yang menjebaknya. Yang Rangga tahu, seseorang sengaja me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Kehangatan Om Ganteng

    "Bunda!" Rachel berteriak kegirangan memamerkan permen kapas merah muda seukuran kepalanya. "Aku dibelikan Om Ganteng, Bunda.""Bilang apa sama Om Ganteng, Sayang?""Telima kacih, Om Ganteng."Julian mengusap lembut kepala Rachel. "Cama-cama, Cayang," ucapnya menirukan pelafalan Rachel.Sudah dua hari ini Julian menjemput Rachel dari playgroup. Sedangkan Vina dan dua temannya disibukkan dengan urusan katering di kantin perusahaan Julian setiap jam makan siang.Memang benar kata para karyawan di perusahaan itu, Julian sungguh baik hati dan disukai banyak orang. Buktinya, seorang pemilik perusahaan dengan senang hati menjemput bocah kecil yang bukan siapa-siapanya. Tanpa meminta imbalan apa pun.Rachel yang tampak akrab dengan Julian pun jadi primadona di sana. Tak sedikit karyawan Julian yang mencuri cubitan kecil di pipi Rachel.Tiap kali mendapat perlakuan itu, Rachel selalu melipat tangan di depan dada sambil mengerucutkan bibirnya. Semakin gemas pula mereka."Maaf merepotkan terus,

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-26
  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Ditinggalkan

    "Kami masuk dulu, ya. Sampai jumpa." Belinda melambaikan tangan dan menarik Rangga pergi.Vina dan Julian mengikuti setelahnya. Julian masih menggandeng tangan Vina sampai memasuki area studio premium.Di dalam ruangan itu terdapat tiga baris bangku penonton. Setiap sisi memiliki empat pasang kursi yang setiap pasangnya terpisah oleh meja kecil."Julian ... aku baru sekali ini nonton di kelas premium. Terima kasih, ya.""Ini juga pertama untukku.""Bohong!""Serius ... aku nonton film di rumah biasanya. Tiket tadi cuma pemberian rekan bisnisku yang mengelola tempat ini. Sayang kalau dibuang.""Iya, iya, percaya ...." Suara Vina naik turun menggoda. "Di mana tempat duduk kita?"Julian menuntun Vina ke deretan paling depan. Dua orang itu mematung sejenak tatkala mendapati pasangan sempurna yang baru saja berpisah dengan mereka."Kenapa kita tidak masuk bersama tadi?" pertanyaan Julian spontan membuat pasangan itu menoleh padanya."Kalian juga di sini?" Belinda menaikkan alisnya."Kebetul

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-27

Bab terbaru

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Akhir

    Gaun keemasan membalut tubuh gadis itu, warna yang menjadi favoritnya sejak kecil. Dia melihat dirinya sendiri di depan cermin.Sempurna!Segala persiapan telah selesai. Gadis itu melangkah dengan percaya diri keluar dari ruang rias. Para pelayan menunduk hormat ketika gadis itu melewati mereka. Salah seorang pelayan memberikan buket bunga yang senada warna dengan gaun yang dikenakannya.“Selamat atas pernikahan Anda, Nona,” ujar pelayan itu.“Terima kasih.” Tak ada tanda-tanda kegugupan di wajahnya biarpun gadis itu baru pertama kali menikah. Kenapa harus gugup? Bukankah hari ini merupakan hari bahagianya? Dia hanya akan tersenyum ketika menyambut pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Pria yang sangat dicintainya dan harus menikah dengannya.Di arah yang berlawanan, Vina dan Belinda berjalan cepat ke arahnya. Mereka berdua memeluk dan mengucapkan selamat padanya.Vina yang sudah berdandan cantik dan berusaha tak menangis itu, tak dapat membendung air mata haru. Dia menangk

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Julian dan Belinda

    “Bukan begitu, Ma. Tadi, Mama dan Vina sedang seru bicara. Aku tidak enak mau memotong pembicaraan Mama dan Vina,” balas Belinda dengan suara lirih.Entah ke mana perginya Belinda yang selalu berani kepada semua orang? Ketika menghadapi mertuanya, Belinda merasa segan dan harus terlihat baik. Hingga dirinya tak sadar telah membuat kesalahan yang menyinggung ibu mertuanya.“Benar … sebentar lagi jam sarapan. Kita siap-siap dulu, yuk,” ajak vina sekaligus ingin menghentikan Dewi menegur Belinda.Vina memahami apa yang Belinda rasakan saat ini. Dewa juga sempat bercerita dengannya, tentang tangisan Belinda kemarin.Tak pernah Vina sangka bahwa dirinyalah yang membawa kesedihan di hati Belinda tanpa dia sendiri sadari. Namun, Vina juga tak mungkin tiba-tiba menjauhi Dewi atau tak mau bicara lagi dengannya.Alih-alih pergi bersama Belinda, Dewi justru mengajak Vina pergi ke dapur untuk melihat menu sarapan pagi ini. Vina ingin sekali menolak Dewi di saat Belinda masih dapat mendengar mereka

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Tidak Benci tapi Tidak Suka

    Julian tak terima jika istrinya dituduh sembarangan. Dia sudah bicara baik-baik dengan ibunya. Tetapi, Dewi malah berbalik memojokkan Belinda.“Terserah Mama saja. Bayangkan sendiri kalau Mama jadi Linda. Mama merasa tidak diterima keluarga Papa, lalu mertua Mama malah bersikap baik pada wanita lain.”“Itu tidak mungkin terjadi, Ian! Keluarga papamu sangat baik pada Mama,” sanggah Dewi.“Bukan itu intinya, Ma!”Julian membuang napas kasar. Tak ada gunanya bicara dengan ibunya. Dia lantas meninggalkan Dewi dan akan menghibur istrinya yang pasti masih murung karena merasa tak dianggap ibunya.Namun, di dalam kamarnya, Vina telah berhasil mencairkan suasana hingga Belinda terlihat mengulas senyuman tatkala mereka membicarakan anak-anak.Julian lantas tidur di sisi istrinya. Dia benar-benar lelah hingga kurang tidur karena menjaga Belinda dan bayinya dua puluh empat jam.Vina pun mengajak suaminya keluar kamar mereka setelah puas melihat keponakan barunya. Setelah Vina menutup pintu, dan b

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Menantu Pilihan

    “Astaga … kenapa kamu bicara seperti itu? Apa yang Mama katakan padamu?”Belinda menggeleng-gelengkan pelan kepalanya, kemudian mengambil Lilian yang berada dalam gendongan Dewa yang menunggu mereka di luar kamar. “Terima kasih, Om.”Dewa tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Dia lantas pergi menemui Dewi untuk menegurnya.“Di sini kamu rupanya.” Dewa duduk di bangku tempat Dewi sedang berdiri memandangi Vina. “Apa yang kamu katakan pada menantumu?”Dewi menoleh pada Dewa singkat. “Apa maksudmu? Aku jarang bicara dengannya. Hari ini pun aku tidak bicara dengannya.”Dewa melihat ke arah Dewi memandang. Dia tahu jika Dewi sedang mengamati Vina, tetapi Dewa kurang peka dengan situasi. Dia tak paham dengan apa yang kakaknya pikirkan. Kenapa Dewi terus-terusan menatap Vina? Apakah Dewi tak menyukai menantu Dewa itu?Dewa menepis pikiran buruknya. Dia kembali konsentrasi dengan masalah Belinda.“Belinda dulu memang sangat menyebalkan. Tetapi, sejak melahirkan Axel, Belinda berubah total

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Ibu Mertua

    “Aku harus menemani Belinda dan Lilian di sini. Ada banyak orang di rumah Rangga. Kenapa Axel harus dijemput segala?” protes Julian emosi.Dewi membuang napas kasar. “Tidak baik berhutang budi pada sepupumu. Kamu tidak malu karena minta tolong pada Rangga? Ada Tristan juga yang bisa kamu suruh menjaga Axel.”“Tristan tidak boleh terlalu dekat dengan Axel. Dia bisa tergoda merebut istri dan anakku!” Julian meninggikan suara karena nada bicara Dewi terkesan mengajarinya. Julian paling tak suka jika diperlakukan seolah dia tak bisa memutuskan segalanya sendirian.“Kalau istri dan anakmu juga mau bersama Tristan, berarti itu salah istrimu!” Dewi juga tak suka jika Julian bersikap kurang ajar padanya.“Kalian bisa berhenti berteriak tidak?! Kita sekarang sedang berada di rumah sakit!” Dan suara Lia yang paling keras di antara mereka.Dan benar saja, sesaat kemudian, seorang perawat menegur mereka. Perawat itu juga menyampaikan bahwa Belinda sudah bisa keluar dari rumah sakit besok karena ta

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Trauma

    Julian melihat ruangan putih di sekelilingnya. Apakah dia sedang bermimpi? Atau dirinya telah mati?Potongan-potongan ingatan meluncur cepat dalam benaknya. Mata Julian terbuka lebar.“Linda!” pekik Julian seraya bangun terduduk begitu mengingat kejadian terakhir yang dilihatnya.“Julian, kamu sudah bangun.” Vina menemani Julian di kursi samping ranjang. Di sudut ruangan, Rangga menutup mulutnya dengan punggung tangan sambil menahan tawa. Bisa-bisanya Julian pingsan saat menemani Belinda melahirkan!“Bayiku kenapa, Vin?! Linda ada di mana?” Julian berusaha berdiri dengan kalap. “Ada air menyembur dan ….”Manik mata Julian bergerak-gerak tak beraturan. Dia mencoba mencari tahu arti tatapan Vina, tetapi kepanikan membuat Julian tak dapat berpikir jernih.“Kenapa hanya ada air yang keluar? Bayiku bagaimana? Apa Belinda keguguran?” Julian takut bukan main ketika bayangan air ketuban pecah tak hilang dari benaknya.“Tenang, Julian!” bentak Vina. “Linda masih di ruang persalinan. Kamu tungg

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Perjuangan Seorang Ibu

    Julian memandangi jendela besar di hadapannya. Rasanya, masih seperti kemarin ketika Julian dapat melihat pohon-pohon besar di hadapannya. Tetapi, kini pohon-pohon rindang itu tak lagi ada di sana.Seperempat area hutan yang cukup luas milik nenek Julian yang telah diwariskan pada orang tuanya, telah berganti dengan bangunan besar. Julian menjual pohon itu dan digunakan untuk memulai beberapa usaha baru, berhubungan dengan bidang kuliner yang digelutinya.Pabrik pertama yang dimiliki Julian ada di depan mata. Tanpa terasa, pabrik yang dibangun oleh Rangga dan dikelola olehnya telah berkembang pesat. Perusahaan yang dibangun Julian dari nol, kini dapat disandingkan dengan perusahaan Vina. Namun, mereka berdua tetap bersaing secara sehat. Bahkan, terkadang Vina dan Julian berkolaborasi dalam acara-acara besar.Julian telah mematahkan anggapan buruk orang-orang yang masih menganggap dirinya memiliki maksud tertentu. Dia pun tak lagi menggubris orang lain dan fokus pada keluarganya sendir

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Maaf

    Julian keluar kamar sambil bersiul-siul. Tepat satu bulan berlalu, pabrik cokelatnya telah selesai. Dia akan pergi mengecek pabrik cokelat karena hari esok, pabrik miliknya sudah mulai beroperasi."Papa, mau pergi ke mana hari Mingu? Aku mau ikut Papa," rengek Axel.Julian berhenti dan tersenyum manis pada anaknya. Tanpa banyak kata, dia menggendong Axel dalam pelukannya.Semakin hari, Axel kian bersikap seperti anak-anak seusianya. Axel pun lebih banyak mengungkap perasaannya. Walau terkadang, Axel masih suka murung dan berpikir sendirian. Tetapi, Axel tetap akan mengatakan apa yang dipikirkannya kepada Julian setelah selesai merenung.Julian mengatakan jika semua akan baik-baik saja meskipun anak itu mengeluh atau marah. Sang ayah menginginkan anak-anaknya mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup. Tak seperti Rangga ataupun dirinya."Pa, aku mengundang Kak Rachel dan Ravi ke sini nanti kalau cokelatnya sudah ada. Aku ingin membuat pesta dengan air mancur cokelat, Papa.""Iya,

  • Presdir Tampan Itu Ayah Anakku   Para Pria Kesayangan Belinda

    "Mantan?" Belinda membuka lebar mulutnya. Jelas-jelas dia sudah menceritakan semua tentang masa lalunya dengan Bima. "Kami tidak pernah punya hubungan spesial apa pun, Sayang … aku hanya-""Siapa yang biang kamu punya hubungan spesial dengannya?" Julian semakin sinis menanggapi. "Oh … kamu sedang mengakui kalau kamu punya hubungan spesial dengan ... siapa tadi namanya? Bisma atau Bima? Atau malah dua-duanya?"Belinda bukannya ingin merayu Julian yang sedang cemburu, tetapi dia jadi kesal karena tuduhan Julian. Apalagi, Julian sangat pintar membolak-balik kata-kata untuk memojokkan dirinya."Ya sudah kalau tidak percaya, jangan pegang-pegang perutku!" Belinda menyentak tangan Julian. "Aku tidak mau anakku sampai mendengar kalau papanya menuduhku macam-macam. Kamu pikir, bayi di dalam kandunganku tidak bisa mendengar kata-kata kita?"Janu yang sedang menyopir dan sedari tadi mendengar perdebatan majikannya, hampir saja menyemburkan tawa. Buah hati mereka bahkan belum terlihat dalam kanto

DMCA.com Protection Status