Beranda / CEO / Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali / 91. Kenapa Kamu jahat Banget?

Share

91. Kenapa Kamu jahat Banget?

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sarah mengerutkan kening. “Memang buat siapa?”

“Nanti kamu pilih yang kamu mau, sisanya kita bagikan saja.”

Sarah langsung mengerti. Ia sering mendengar Frank dan Marc adalah lelaki yang dermawan. Kali ini ia melihatnya sendiri.

Barang-barang belanjaan mereka bahkan diantar oleh dua orang petugas supermarket. Marc memberi tips besar pada dua orang yang membantunya tersebut.

Dibantu Marc, Sarah memasukkan bahan-bahan yang ia perlukan ke dalam kulkas dan lemari penyimpanan. Sisanya mereka masukkan ke dalam tas besar untuk dibagikan esok hari.

“Mau makan lagi?” Marc bertanya pada Sarah. Kembali teringat bahwa wanita hamil akan senang makan.

Sarah memilih yogurt. Ia memakannya menghadap jendela luas yang menghadap pemandangan kota yang sibuk.

“Sudah hampir tiga bulan aku tidak bekerja. Aku bosan.”

Pernyataan itu jelas ditujukan pada Marc. Tetapi, lelaki tersebut memilih mengabaikan keluhan sang istri.

“Marc!”

“Hem.”

“Jangan pura-pura tuli!”

Terdengar embusan napas berat. Pekerjaan Sarah m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   92. Kalian Bertengkar?

    “Apa anda kenal Nona Marsha, Nyonya Sarah?”Pertanyaan itu membuat Sarah yang sedang membagikan makanan tersenyum dan mengangguk pelan. Beberapa orang yang penasaran mengajaknya mengobrol.“Apa yang menyebabkan Nona Marsha menjadi gila?”“Iya, kenapa ya? Padahal jika ke sini tampak normal saja.”“Malah terkadang terlihat mesra dengan Tuan Marc.”“Pssttt!”Wanita pekerja sosial yang memberikan pernyataan terakhir menutup mulutnya. Ia meminta maaf pada Sarah.“Tetapi, Anda memang harus hati-hati, Nyonya Sarah. Jangan sampai Tuan Marc berselingkuh.”Kali ini para wanita itu mengangguk bersamaan. Sarah tidak berkomentar. Ia hanya kembali tersenyum tipis.Acara bagi-bagi makanan selesai. Sarah menatap sekilas tangannya yang digandeng Marc keluar yayasan diikuti pandangan dari semua orang.Pasti mereka sedang membandingkan antara dirinya dengan Marsha. Sarah berkata dalam hati.“Aku perlu ke kantor. Kamu ikut saja, ya.”“Aku perlu bekerja.” Sarah mendesis pelan.Marc menghela napas lalu men

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   93. Hukum Seberat-Beratnya

    Seorang psikiater berjalan menuju salah satu ruangan. Ia mengintip melalui jendela kecil di pintu. Lalu membuka pintu tersebut saat yakin yang berada di dalam adalah pasiennya."Selamat pagi, Marsha.""Pagi, Auntie." Marsha dengan ramah balas menyapa.Psikiater tersenyum dan mengamati pasiennya. Ia tampak normal."Bagaimana kabarmu hari ini?"Marsha tersenyum lebar lalu mengusap perutnya. "Aku bisa merasakan tendangan bayi tadi.""Oh. Benarkah?" Psikiater mengembuskan napas lalu mencatat."Nanti kalau dia bergerak lagi akan aku beritahu.""Kurasa tidak mungkin karena kamu tidak hamil, Marsha."Marsha memandang wanita di sampingnya dengan tatapan tajam. Ia tidak suka jika ada yang bilang bahwa ia tidak hamil."Aku hamil. Ayah bayi ini namanya Marc.""Bukan, Marsha. Coba ingat-ingat lagi."Seketika mata Marsha mendelik. Ia menarik pakaiannya ke atas dan memperlihatkan perutnya. Berkali-kali mengatakan bahwa ia hamil anak Marc. Ia juga terkekeh sendiri lalu terisak sedih.Psikiater kelua

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   94. Pelajaran dari Casanova

    Malam itu, Marsha tidur dengan tubuh terikat. Ia masih mengamuk dan menjerit. Lilian mencatat banyak kejadian pada berkas Marsha.Marc mendapat pesan dari rumah sakit jiwa. Sebenarnya ia kesal masih terus dihubungkan dengan kasus Marsha. Tetapi karena merasa belum mendapatkan keadilan untuk istrinya, Marc akhirnya mau menjadi penjamin bagi Marsha.Salah satu fungsi penjamin adalah menerima informasi sekecil apa pun tentang Marsha. Kali ini Marc hanya bisa mengembuskan napas panjang saat mendengar laporan Marsha kembali mengamuk dan bahkan mengancam nyawa psikiaternya.Akhirnya, karena tidak tau harus berbuat apa, Marc melimpahkan kasus tersebut sepenuhnya pada pengacara Frank. Ia menandatangani surat kekuasaan dan menyerahkannya pada kantor pengacara.“Aku sudah lelah dengan kasus ini dan ingin segera mengakhirinya.” Marc berkata pada Larry.“Ini kasus yang cukup pelik. Kurasa memang harus dipertimbangkan masak-masak.”Marc menatap malas pada teman dekatnya. “Tidak rumit karena semua

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   95. Perlakuan Manis

    Baru kali ini Marc pulang ke rumahnya sendiri dengan jantung berdebar kencang. Sebelum turun dari mobil, ia mengatur napas lebih dulu.Paperbag berisi coklat ia bawa dengan tangan sedikit bergetar. Sepanjang jalan menuju kamar, Marc mengembuskan napas panjang.“Hai.” Marc menyapa Sarah yang sedanv duduk bersandar di ranjang.Sarah menurunkan buku yang sedang ia baca. “Hai.” Balasnya kemudian.Cium pipinya. Ucapkan terima kasih dan berikan coklat. Kalimat Larry terngiang di telinga Marc saat ini.Marc mendekati Sarah. “Cup.” Ia mencium sekilas pipi Sarah.Sarah mengerjap mendapat perlakuan manis itu dan memaksakan senyum canggungnya.“Terima kasih sudah menungguku. Ini untukmu.” Marc memberikan paperbag mewah itu pada Sarah.Sarah menerimanya dengan kening berkerut. Ia mengeluarkan kotak mewah dan mengamatinya dengan mata tak berkedip.“Coklat ini?”“Kan aku sudah bilang akan memberikan coklat padamu.”“Tapi tidak coklat ini, Marc.” Sarah bicara sambil tetap mengamati kotak mewah di ta

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   96. Tutorial Menjadi Lelaki Pengertian

    “Kenapa wajahmu jadi merah sekali, Sarah.”Pertanyaan Marc menyadarkan Sarah. Ia mengerjap-ngerjap untuk menghilangkan rasa malu.“Emmm ... aku mau pipis.” Sarah segera turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.Huuhfttt. Malu-maluin. Sarah mendesah dalam hati.Marc menatap pintu kamar mandi yang ditutup Sarah. Lelaki itu melakukan peregangan otot di atas ranjang lalu meraih ponselnya.Satu pesan menarik perhatian. Pagi-pagi sekali, ternyata Larry sudah memberinya perintah.Bangun tidur, kecup pipi Sarah dan katakan selamat pagi. Lalu, ajak mandi bersama. Tidak perlu aku ajari kan, bagaimana kamu harus melayani istrimu di sana.Larry mengakhiri kalimatnya dengan ikon tertawa ngakak. Marc mencebik.“Telat, Bro. Sarah sudah bangun dan langsung masuk ke kamar mandi tanpa aku sempat mengucapkan selamat pagi.”Marc mengirim pesan suaranya. Beberapa detik kemudian Larry pun membalas dengan pesan suara. Marc menekan tombol untuk mendengarkan pesan tersebut.“Cepat susul ke kamar mandi. Sek

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   97. Fix, Mereka Berpacaran

    Sarah membelalakkan mata. Lalu spontan ia memeluk Marc kemudian memberikan senyum manisnya.“Beneran? Kamu nggak bohong, kan?” Sepasang mata jernih itu memohon pada Marc.Lelaki itu mengangguk. Ia mendapati kenyataan hatinya ikut senang melihat Sarah bahagia. Apalagi ia juga mendapat bonus pelukan.“Kapan aku boleh mulai kerja?”“Eh, ada syaratnya.” Buru-buru, Marc menyela.Wajah Sarah kini memberengut. Meski begitu ia mengangguk dan berkata akan mempertimbangkan syarat-syarat yang diajukan Marc.“Jam kerjamu hanya pagi sampai jam dua siang. Tidak ada lembur.”“Aku harus bilang dulu sama Irwan tentang itu. Aku kan tidak bisa memutuskan begitu.” Nada suara Sarah terdengar sedih sekarang.“Mereka harus mengerti kondisimu yang sedang hamil. Aku rasa jika mereka sangat membutuhkan kinerjamu, mereka akan setuju.”Kepala Sarah mengangguk.“Kamu bekerja dari kantorku. Di ruanganku agar aku tetap bisa memantaumu.”Kali ini Sarah terkejut. Ia mengerutkan dahi mendengar syarat dari Marc.“Kenap

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   98. Kita Juga Cocok

    Restoran selalu ramai saat jam makan siang. Mau restoran pinggir jalan ataupun restoran mewah. Semuanya sibuk dengan pelanggan masing-masing.Namun begitu, Marc mendapat tempat untuk mereka bertiga. Orang kaya memang sering mendapat hak istimewa di mana-mana. Sarah yakin Marc bisa mendapat tempat karena ia adalah pengusaha terkenal.“Mau makan apa, Sarah?” Marc berkata sambil membolak-balik buku menu.“Terserah. Aku tidak tau makanan favorit di sini.”Marc melirik Larry saat mendengar kata terserah. Demi apapun ia jadi takut mendengar kata tersebut.Larry dengan cepat menentukan pilihan menunya. Ia lalu mengetik pesan dan memberi kode pada Marc untuk membaca pesannya.“Sebentar. Ada pesan masuk.” Marc meminta izin pada Sarah yang langsung mengangguk.Setelah membaca pesan tersebut. Marc menutup buku menunya, lalu menatap buku menu di depan Sarah.Melihat temannya butuh suasana berdua, Larry pamit untuk ke kamar mandi. Kini, Sarah dan Marc mendiskusikan menu dengan jarak berdekatan.“F

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   99. Tempat Terkutuk

    Sarah melirik suaminya. Kadang ia bingung bagaimana sebenarnya perasaan Marc padanya. Seperti hari ini, Marc tampak lebih manis dari biasanya.“Tidak ada yang tau selain Tuhan.”Kalimat itu tentu diucapkan Sarah berdasarkan pengalaman hidupnya. Bagaimana ia melihat orang tuanya berpisah karena kematian. Juga perpisahan Frank dan Lucy yang masih di luar dugaan.“Memang benar. Tetapi, Tuhan melihat jika hambanya berusaha untuk selalu bersama.”“Kenapa kamu ingin kita bersama? Bukankah kamu tidak mencintaiku?”Tidak ada jawaban dari Marc. Segera saja Sarah menduga, Marc memang tidak pernah mencintainya. Ia menatap keluar jendela di sampingnya sambil mengusap perut.Saat itu ingin sekali Marc menelepon Larry. Bertanya bagaimana menjawab pertanyaan wanita yang menanyakan apakah ia mencintainya? Bukankah wanita mahluk sensitif? Harusnya mereka mengerti, bukan?“Kita kembali ke kantor, ya.” Marc mengalihkan pembicaraan.Sarah mengangguk. Ia juga bingung harus melakukan apa. Mungkin di kantor

Bab terbaru

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   199. Sudah Siap, Bukan?

    Alrzan langsung bersembunyi di balik tubuh Vania. Wanita itu menyorotkan lampu senter pada lelaki yang berdiri di kegelapan. Arzan mengintip lalu bersorak.“Om Irwan.” Arzan langsung berlari menghampiri dan memeluk Irwan. “Lampu kabin kami mati, Om.”Irwan mengusap kepala Arzan. “Iya, kabin Om juga. Tadinya Om mau mencari bantuan tapi mendengar teriakan. Kebetulan sekali kita ada di sini, ya."“Aku bersama Ibu Vania. Cuma berdua.” Arzan menunjuk Vania yang terpaku di tempat melihat kedekatan putranya dengan lelaki yang dipanggil Om Irwan tersebut.Irwan mengangguk. Setelah berada pada jarak cukup dekat, Irwan menjulurkan tangan. Vania menyambutnya dan tersenyum penuh kelegaan.“Irwan. Aku putra Ibu Irma.”Sejenak setelah balas menyebut namanya, Vania mengamati Irwan. Rasanya ia pernah bertemu dengan lelaki ini. Tetapi, ia tidak ingat meskipun ia sering berada di kafe.“Kita memang belum pernah bertemu sebelum ini.” Irwan menjawab pengamatan Vania pada dirinya. “Oh, mungkin sekali. Saa

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   198. Orang Terdekat

    “Jadi Khanza, editor Vania yang menjadi otak gosip antara kamu dan Vania?” Sarah mengangkat alisnya. Tak menyangka bahwa ternyata orang terdekat Vania lah yang membuat kebohongan tersebut.“Iya. Itu dilakukan untuk mendongkrak penjualan buku Vania. Kamu ingat? Gosip itu beredar tak lama novel baru Vania terbit di pasaran.”Sarah mengangguk mengerti. “Vania tau?”“Itu sedang diselidiki Om Adrian.”“Perasaanku mengatakan Vania tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua.”Pernyataan Sarah dikuatkan oleh dugaan bahwa Vania tidak mungkin mempertaruhkan nama baiknya. Jika ia memang terlibat dan keluarga Carrington tau, ia pasti tidak akan bertemu lagi dengan Arzan. Bahkan Sarah sendiri pun akan melarangnya.Marc mengangguk setuju. Ia berharap hari ini juga sudah mendapat kabar dari orang-orang Adrian yang bekerja untuk mengusut kasus pencemaran nama baik ini.“Jika Arzan sudah pulang, kemungkinan ia menemukan berita tersebut akan besar. Aku tidak ingin itu terjadi.”“Aku tau.” Sarah mencebi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   197. Tidak Mampu Bersaing

    Dua hari kemudian, Vania menjemput Arzan. Selama akhir minggu, ia akhirnya memperoleh izin membawa Arzan hanya berdua saja. Vania menjemput Arzan di rumah keluarga Carrington.Sarah menyambut Vania sambil menggandeng Arzan. Ia menyerahkan tangan Arzan pada Vania dan hanya berpesan untuk bersenang-senang.“Ingat pesan Mama ya, Sayang.” Sarah mengelus kepala Arzan sebelum putra angkatnya itu masuk ke dalam mobil.Arzan mengangguk lalu memeluk Sarah erat-erat. Ia juga mencium pipi Sarah dan berkata akan menurut pada pesan sang Mama. Vania memperhatikan inetraksi tersebut dengan rasa haru.Selalu saja ada rasa iri di hati Vania. Tapi, ia merasa itu hal yang wajar. Ia bertanya dalam hati kapan Arzan akan sehangat itu pada dirinya.Dalam perjalanan, Arzan lebih banyak mengamati jalanan. Sesekali ia menengok ke belakang. Sebuah mobil van mengikuti kendaraan Vania.“Ada mobil penjagamu, ya?” Vania tersenyum pada Arzan.Anak lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibu kandu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   196. Jangan Mencegahku

    "Mana? Aku mau lihat." Sarah mencondongkan tubuhnya ke arah ponsel Marc.Pasangan suami istri itu sama-sama memperhatikan layar kecil ponsel Marc. Dengan kesal, Marc menyerahkan ponselnya pada sang istri. Ia malas membaca lanjutan berita tersebut."Pasti sebentar lagi Papa atau Mama akan menelepon dan marah-marah padaku." Marc kemudian bersungut. "Tadi saat kamu bilang tidak bisa ikut, aku sudah memiliki perasaan tak enak.""Nanti kalau Mama atau Papa menelepon, biar aku saja yang bicara pada mereka." Sarah menenangkan suaminya.Namun kali ini Marc tidak dapat mentoleransi berita tersebut. Portal gosip itu mengatakan ia mengadakan pertemuan rahasia dengan Vania untuk membahas putra mereka."Kamu jangan mencegahku lagi. Aku akan meminta pengacara menuntut pasal pencemaran nama baik."Tidak ada balasan dari Sarah. Ia sedang sibuk mengamati berita tersebut."Memangnya kamu sempat ngobrol berduaan dengan Vania, ya?""Tadinya aku sudah cerita ia minta maaf atas beredarnya gosip dan mengaku

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   195. Selalu Begitu

    Vania merasa bertambah senang karena setelah beberapa kali bertemu, akhirnya Arzan mulai banyak terbuka padanya. Meski anak itu masih kaku jika bersentuhan, Vania tetap memberikan perhatian melalui kontak fisik seperti mengelus, mengusap, memeluk dan mencium putranya.“Ok, nanti jangan lupa tanyakan pada Mama dan Papa kapan kita bisa kemping berdua, ya.” Vania berkata dengan penuh harap pada Arzan.Arzan mengangguk. Pada pertemuan itu, Arzan juga menunjukkan hasil tulisannya. Dengan bersemangat, Vania membaca dan mengangguk-angguk.“Sepertinya kamu memang berbakat.”“Apa aku bisa menjual buku dan mendapatkan uang seperti Ibu?”Kekehan kecil terdengar dari hidung Vania. “Tentu saja bisa. Tetapi, masih banyak yang mesti kamu pelajari karena menulis bukan hanya tentang menceritakan apa yang ada di kepalamu.”Vania berpesan bahwa Arzan harus banyak belajar tentang teori kepenulisan. Menurutnya, cerita Arzan menarik namun dari segi alur masih perlu diperbaiki. Arzan tampak serius melihat b

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   194. Tidak Mau Membahas

    “Semua gagal.” Irwan berkata datar saat Marc bertanya tentang kencannya.Pagi ini, kantor Irwan kedatangan Marc. Lelaki itu mendapat laporan bahwa Irwan telah beberapa kali melakukan kencan buta dengan bantuan aplikasi jodoh.“Memang berapa kali sih kamu berkencan?”“Tiga kali.”“Artinya aplikasi itu tidak bagus. Mungkin kamu bisa coba cara konvesional saja.”“Maksudmu, amati sekeliling, jika ada yang menarik langsung ajak kencan?”“Iya seperti itu.”Dengan cepat, kepala Irwan menggeleng. Menurutnya kehidupannya sekarang hanya kantor dan rumah. Sementara ia tidak ingin berkencan dengan teman atau pegawai kantor.Marc menawarkan bantuan. Ia berkata Larry mungkin memiliki teman wanita yang juga sedang mencari jodoh. Mereka sama-sama tau, Larry memiliki pergaulan yang luas.Pasrah, Irwan mengangguk. Mereka melanjutkan membahas pekerjaan. Hingga akhirnya diskusi itu selesai.“Sepertinya hari ini kamu dan timmu harus lembut.” Marc berkata seraya bersiap akn pergi.“Iya. Aku juga berpikiran

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   193. Capek Marah-Marah

    “Jadi, kamu tidak berfoto sama Vania?” Sarah mengulangi pernyataan Marc yang menyangkal ia berada satu frane bersama Arzan dan Vania.“Tidak.” Marc menggeleng tegas. “Aku lebih dulu yang berfoto berdua dengan Arzan. Setelah itu Vania dan Arzan.”Tetapi, Marc berkata saat itu memang banyak kamera yang mengarah pada mereka. Marc tidak menaruh curiga karena mereka sedang berada di sekolah.“Jadi, kamu jangan berprasangka buruk padaku.”“Siapa yang berprasangka buruk?”“Aku takut kamu cemburu.”Sarah mencebik. “Tidak. Lagipula kalau kamu mau sama Vania, ya silahkan saja.”Marc terperanjat mendengar pernyataan istrinya. “Kok gitu?”“Yaa ... kamu suka nggak sama Vania?”“Enggak lah. Pertanyaanmu aneh sekali, Sayang.”“Ya, sudah. Kalau begitu, aku tidak curiga, cemburu, kesal atau marah padamu.”Marc mengembuskan napas lega. Meski ia jadi merasa aneh karena Sarah seperti cuek saja. Rasanya ia lebih suka Sarah cemburu.Bukankah cemburu tanda cinta? Tanda bahwa seorang istri tidak ingin suamin

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   192. Foto Editan

    Berita peluncuran buku Vania diiringi pemberitaan yang cukup menghebohkan. Beredar gosip bahwa Marc adalah ayah kandung dari anak Vania. Berita mengguncang itu dilengkapi foto Arzan saat kemping di mana anak itu berdiri di antara Marc dan Vania.Mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia.“Kenapa kamu tidak ikut berfoto, Sarah?” Frank terlihat protes pada menantunya.“Saat akan foto, Vivi rewel, Pa. Jadi aku membawa Vivi ke suster dulu.” Sarah mengembuskan napas berat mendapat berita tersebut. Ia juga tidak tau ternyata Marc berfoto bertiga dengan Arzan dan Vania.“Mama akan marahi suster. Sudah tau Vivi sakit, kenapa ia tidak siaga di dekatmu.” Lucy dengan kesal juga ikut protes.“Aku yang suruh suster menunggu di luar, Ma. Itu kan area khusus pengantar anak-anak yang kemping.”“Lalu, kenapa Vania ikut-ikutan?” Lucy masih tidak terima.Sarah mengaku bahwa ia mengizinkan Vania ikut. Bahkan ia sendiri yang meminta izin pada sekolah agar ibu kandung Arzan itu bisa mengikuti upaca

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   191. Rujuk?

    “Wah sepertinya acara peluncuran buku Vania cukup besar, ya. Itu ada bannernya di depan mall.” Ibu Irma menunjuk promosi yang ia maksud.“Semua event di mall pasti akan diletakkan di depan, Bu. Agar banyak orang yang tertarik.” Irwan menanggapi.Siang ini, Irwan mengantar Ibu Irma ke mall. Vania mengundangnya dalam peluncuran novel terbaru di toko buku terbesar di kota mereka yang berada di lantai dasar mall tersebut.Setelah memarkir kendaraannya, Irwan berjalan di sisi sang Ibu. Tangan Irma memegang undangan dari Vania serta membaca lokasi acara. Seorang sekuriti menunjuk bagian tengah mall yang terlihat ramai.“Kamu yakin tidak mau ikut?” Irma bertanya pada putranya.“Aku kan bukan penggemar novel, Bu. Males, ah.”“Sayang, lho. Undangan ini harusnya untuk dua orang. Sarah juga diundang, tetapi kebetulan Vivi sedang sakit jadi Sarah batal datang.”“Vivi sakit? Sakit apa?”“Badannya anget karena mau tumbuh gigi. Kata Sarah, Vivi jadi rewel banget.”“Oh, kasihan.”Ibu Irma lalu masuk

DMCA.com Protection Status