Share

Selangkah Lagi

Author: Widanish
last update Last Updated: 2021-10-12 10:12:58
"Racun?" tanyaku seraya melirik gelas kosong yang isinya habis kutenggak barusan, lalu berpindah melirik Harum dengan ekspresi pura-pura tak mengerti.

"Iya, Kak. Mas Wira bilang, aku tak boleh menerima makanan atau minuman dari tanganmu, dia bilang aku harus berhati-hati karena mungkin saja kau menaruh racun di dalamnya. Tapi ... sekarang kau minum susu itu dan tidak kenapa-napa ...," jawab Harum heran.

Aku terbatuk karena sesak di dada. Kupegangi dadaku dan menekannya sekuat mungkin, pura-pura terkejut mendengar cerita Harum tentang Mas Wira yang curiga padaku.

"Kak ... kau kenapa, Kak?" Harum menangkap tubuhku saat aku pura-pura jatuh tersungkur. Sangat terlihat jelas rasa khawatir di wajahnya.

"Tidak apa-apa, Harum. Aku hanya merasa terkejut saat kau bilang Mas Wira berkata seperti itu. Sudah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Meminum Poison

    "Kak," ucap Harum seraua melepas pelukanku. "Kau minta dibelikan tas baru, kan? Ini, punyaku buat Kakak saja."Aku baru menyadari bahwa Harum membawa sebuah tas branded. Dia berniat memberikannya padaku."Apa Mas Wira membelikannya untukku juga?"Harum menggeleng. "Tidak. Dia hanya membelikanku. Tapi, karena kau tadi pagi menginginkannya dan Mas Wira tak membelikanmu, aku berinisiatif untuk membaginya denganmu. Aku tak mau ada kecemburuan diantara kita. Lagipula, aku sudah punya sepatu baru.""Jangan, Harum. Kau ambil saja tas itu buatmu. Tadi, aku hanya mengetes seberapa besar Mas Wira mau berkorban membelikan tas untukku. Jika dia memang tak mau belikan, tak apa. Aku sudah biasa diabaikan," jawabku melemas. "Sebaiknya kau kembali ke kamarmu, Harum. Mas Wira pasti sudah selesai mandi."

    Last Updated : 2021-10-24
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Senjata Makan Tuan?

    Dengan lemas Harum berjalan ke kamarnya, langkahnya gontai. Aku memberikan tongkatku untuk membantunya berjalan."Pakailah tongkat ini, dan berjalanlah dengan benar. Jangan jatuh sebelum kau berbaring di tempat tidurmu, karena aku tak bisa membantumu," kataku."Kak, aku melihat api ...." Harum meracau."Jangan banyak bicara. Gunakan energimu untuk berjalan."Wajah Harum sudah tak dapat digambarkan lagi bagaimana ekspresinya. Keringat sebesar biji jagung keluar dari pori-pori kulit. Selama berjalan menuju kamar, dia terus-terusan mengeluh melihat api dan kepanasan.Tentu saja, dia mulai berhalusinasi berada di neraka, dan malam nanti adalah penyiksaannya.Butuh waktu yang cukup lama bagi

    Last Updated : 2021-10-24
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Gelang Luka

    Kuraih ponsel dan menghubungi nomor Bilqis menggunakan tangan kiri. Setelah Mas Wira keluar dari kamarku, rasa panas di pergelangan tangan kanan kembali muncul, meskipun sakitnya tak seperti tadi.Saat Bilqis mengangkat panggilan, aku menceritakan kejadian aneh yang terjadi dari tadi siang."Perlu aku temenin? Aku ke sana, ya?" ucap Bilqis."Gak perlu. Aku hanya minta pendapatmu saja, kenapa hal ini bisa terjadi? Apa poison itu tak mempan di tubuh Harum?""Bisa jadi. Tapi, coba kau ingat lagi apa yang dikatakan leluhurmu ketika dia memberikan poison itu? Apakah ada tanda-tanda tertentu yang memberitahukanmu bahwa poison itu berhasil bekerja?" tanya Bilqis.Tanda?"Tunggu sebentar!

    Last Updated : 2021-10-24
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Siapa yang Lebih Pandai?

    "Tenang saja, cucuku. Kau hanya perlu merasakan sakit sekali saja, yaitu pada saat luka itu tergores di pergelangan tanganmu. Di situlah kau mengikat jiwa madumu. Kini dia telah jadi milikmu," jelas Mbah. "Rasanya memang sangat sakit, tapi itulah yang namanya pengorbanan.""Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya?" tanyaku."Saat Harum kembali sadar, dia akan menurut padamu. Kau bisa memberinya setetes poison lagi, lalu dia akan berhalusinasi lagi. Kau bisa menyiksa jiwanya selama yang kau inginkan. Tetapi ingat, ketika kau sudah selesai bermain-main, berikanlah jiwanya pada kami." Kali ini, Nyimas yang berbicara."Menyiksanya? Menyiksa apanya, Nyimas! Dia bahkan hanya terbaring lemas dan mengeluarkan air mata. Aku tak mendengarnya menjerit kesakitan seperti yang kualami!" protesku.Mbah dan Nyim

    Last Updated : 2021-10-28
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Poison Ke Dua

    "Untuk apa kau menungguku!" Aku membalas ketus, lantas masuk ke rumah. Tak menghiraukan Harum yang mengernyit menerima perlakuan acuhku. Sementara Bilqis langsung pulang dengan mobilnya.Setiba di ruang utama, kudapati Mas Wira tengah rebahan santai sambil menonton televisi. Ini sudah hampir jam setengah tujuh pagi, dan dia masih bersantai?Segera kutekan tombol off pada televisi."Hei! Jangan mengganggu kesenanganku!" protes Mas Wira."Kamu harusnya kerja, Mas! Bukan menonton televisi seperti ini! Kenapa kamu belum bersiap?" balasku.Mas Wira kini duduk di sofa, dia tertawa bahagia. "Kerja? Apa-apaan kerja? Sekarang aku tak perlu bekerja keras lagi, Manis! Sama sepertimu, aku hanya tinggal bersantai-santai di rumah dan uang t

    Last Updated : 2021-10-28
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Siapa yang Menjerit?

    "Harum!"Kudengar Mas Wira berteriak memanggil maduku, diiringi suara langkahnya yang berlari menaiki anak tangga. Begitu terdengar panik, seakan sesuatu berbahaya tengah terjadi pada Harum.Tentu. Wanita itu baru saja menenggak poison. Dia tidak akan selamat dari jeratanku.Kulanjutkan berbaring dan memejamkan mata. Namun, suara berisik di luar sangat mengganggu."Arrghh!""Panas!"Entah apa yang dialami Harum dalam halusinasinya. Sejak keluar kamarku, dia terus menjerit kesakitan. Kini suaranya semakin menjauh, mungkin Mas Wira telah membawanya ke lantai bawah.Teruslah menjerit, Harum! Suara kesakitanmu itu akan menjadi lagu nina bobo yang merdu unt

    Last Updated : 2021-10-30
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Berpindah Tangan

    Kursi rodaku terdorong hingga menabrak dinding bawah tangga. Punggungku beradu dengan sandaran kursi roda dan rasanya lumayan nyeri. Tak lama setelah itu roda menggelinding lagi dengan sendirinya, sangat kencang seperti ada yang mendorong kuat dari belakang. Jangan tanya bagaimana terkejutnya aku saat ini, jantungku rasanya mau copot!Satu hal yang kurasa pasti, semilir angin bertiup menerpa tengkukku. Pasti makhluk itu yang mengerjaiku."Siapa, kau?" tanyaku, bertanya pada makhkuk tak berwujud itu."Aku penunggu cairan poison itu," jawabnya berbisik di telingaku. Dia memberhentikan kursi rodaku di ruang utama—tepat menghadap ke jendela rumah yang terbuka, aku dapat melihat lahan luas tempat almarhum anggota keluargaku dimakamkan. "Akulah yang membuat korbanmu kesakitan dalam halusinasinya."

    Last Updated : 2021-10-30
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Berubah

    Harum menjauhkan tangannya. Di depan mataku, dia memperlihatkan bagaimana botol poison itu menghilang dalam genggamannya. Bagaikan penyihir yang melenyapkan benda-benda dalam satu kali kedip. Persis seperti yang biasa kulakukan setelah menuang poison itu ke dalam minuman."Beberapa hari lalu kau bertanya bagaimana aku bisa kenal dengan suamimu, kan?" tanyanya agak menantang. "Akulah yang menawar pabrik dan perkebunan teh-mu, dan saat itulah aku bertemu dengan Mas Wira. Semua kerusakan yang terjadindi kebun teh karena perbuatanku. Aku ingin memgosongkan lahan itu untuk membangun pabrik tekstil. Dan Mas Wira setuju, itulah sebabnya dia membiarkan kerusakan itu. Tetapi kau tak berhak menyalahkan aku maupun Mas Wira, salahmu sendiri yang tak mau tahu urusan perusahaan. Kau hanya mengandalkan Mas Wira dan ingin menerima uangnya saja, tanpa mau sekalipun turun ke lapangan. Sekarang, rasakan akibatnya!"

    Last Updated : 2021-10-30

Latest chapter

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Kemenangan

    Entah siasat apalagi yang dilakukannya. Harum begitu mudah mengecohku. Tapi aku yakin, yang berada dalam dirinya itu bukanlah sosok Bilqis—temanku—yang sesungguhnya. Wanita itu pasti memiliki ilmu untuk merubah dirinya menjadi orang lain dan bahkan makhluk lain. Dia benar-benar nenek sihir!“Tolong!”Kudengar suara teriakan minta tolong lagi dari dalam diri Harum, kali ini suara itu juga diiringi raungan kesakitan. Jelas bukan Harum yang berteriak, karena mulutnya tertutup rapat. Apalagi suara itu terdengar seperti suara Bilqis, tapi mungkinkah yang berada dalam diri Harum itu adalah Bilqis?Pikiranku kembali bimbang untuk memutuskan apa yang akan kulakukan. Bisa saja Bilqis memang berada dalam diri Harum, tetapi bisa saja itu adalah tipuan.Kutarik kembali pedang yang tadinya kuarahkan ke Harum, lebih baik kuulur waktu untuk menemukan jawaban

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Melenyapkan Harum

    “Tolong temanmu itu!” seru Harum bernada mengejek. “Kau pasti mengira, temanmu itu yang sejak tadi berteriak minta tolong, bukan?” lanjutnya diiringi tawa jahat.“Katakan di mana dia!” cecarku.Harum malah tertawa semakin keras, menunjukkan gigi putihnya yang derderet rapi, hingga rongga mulutnya terbuka lebar. Ingin rasanya kuhunuskan pedang pusaka ke mulutnya itu, namun dia belum memberitahuku di mana keberadaan Bilqis sekarang. Temanku itu pasti sedang dalam bahaya!“Aku tidak akan memberitahumu,” jawabnya. “Silakan kau ancam aku, aku tak merasa takut sedikit pun, karena ternyata kemampuanmu tidak ada apa-apanya dibanding aku. Rumor yang beredar di luar sana rupanya hanya omong kosong belaka, mereka bilang kamu jahat dan pandai bermain ilmu hitam tapi kenyataannya kau tak bisa apa-apa selain minta tolong leluhurmu itu. Dan lebih parahnya l

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Permainan Harum

    "Apa yang terjadi?" tanyaku"Katanya, Harum tiba-tiba gusar dan mengajak Mas Wira pulang. Dia menutup perusahaan selama beberapa hari.""Berani sekali dia!" Kupukul dinding tempatku bersandar."Aku langsung mendatangi rumah penjaga keamanan untuk meminta kunci kantor, dan pabrik. Setelah kembali ke kantor, kuperiksa semua dokumen di ruangan Wira. Dan aku menemukan beberapa berkas penjualan kebun dan pabrik. Berkas itu tinggal menunggu tanda tangan darimu," lanjut Bilqis."Itu semua tidak akan terjadi. Aku tak akan pernah menandatangani berkas itu," kataku."Tentu saja, karena aku pun sudah merobeknya!"Aku mendekat, duduk di samping Bilqis. "Lagipula Mas Wira sudah mati dibunuh Harum," kataku.

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Malam Mencekam

    “Kau sudah tahu siapa diriku sebenarnya, bukan?” lanjutnya menebak dengan benar. “Bagaimana perjalananmu ke Jurang Cilaka? Aku cukup terkejut melihatmu pulang dengan selamat. Tapi sayang sekali kau datang terlambat, jadi aku harus mengganti tumbal ajianku dengan mengorbankan Mas Wira. Padahal, aku berniat menumbalkan nyawamu, Manis! Dan kau malah terlambat datang, sementara waktu persembahan sudah sangat mendesak. Dan sayangnya lagi … suamimu ini harus mati percuma, karena kau telah membunuh Tengkorak sialan itu. Baguslah, aku jadi tak perlu berurusan dengannya lagi.”Harum menatap dengan tatapan merendahkanku. Dia melihatku yang terduduk di kursi roda, dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rupanya dia sudah tahu apa saja yang kulakukan di Jurang Cilaka. Tapi bagaimana dia bisa mengetahuinya?“Sekarang giliranmu yang dikubur di sini, Manis,” tambah Harum dengan tawa jahatnya. &ldquo

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Kuburan Siapa?

    "Bagaimana kalau aku tak mau membantumu?""Aku tak akan membiarkanmu keluar dari tempat ini. Matilah kau perlahan di dasar jurang sana!" Ancam Kakek Tengkorak, dari lubang bola matanya memancarkan api kuning kemerahan."Aku juga sangat membutuhkan wanita bernama Harum. Tak mungkin kuserahkan dia padamu," balasku jujur.Api itu masih belum padam, kini kobarannya keluat dari lubang dan hampir menyambar wajahku. Beruntung aku dapat menghindar."Akulah yang pertama kali mengikat jiwanya. Tak ada yang bisa merebutnya!" ujar Kakek Tengkorak.Aku berpikir sejenak. Mencari jalan terbaik untuk memecahkan permasalahan ini. Wanita yang dimaksud itu pasti Harum maduku, tak ada lagi wanita licik penganut ilmu hitam selain dirinya.

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Permintaan yang Sulit

    “Bastian, aku tahu tempat ini sangat mematikan. Tapi percayalah, aku bisa keluar dari tempat ini dengan selamat. Kumohon, jangan persulit situas. Kau tak butuh pedangmu lagi, lebih baik berikan padaku. Aku membutuhkan pedang itu untuk menyelamatkan orang-orang terdekat kita!” balasku setengah berteriak dan menekankan nada pembicaraan.Aku mulai kesal dengan arwah Bastian yang sangat keras kepala.“Tidak mungkin kau bisa selamat, Manis!” bantahnya.Kesabaranku mulai habis. Saat masih hidup maupun sudah mati, Bastian selalu menyebalkan. Dia selalu berpikiran buruk tentangku. Tak hanya dia, bahkan semua orang selalu menilaiku dengan buruk. Hanya karena aku memiliki kelebihan spiritual, mereka kira aku penyihir. Kenapa tidak ada satu orang pun yang percaya bahwa aku ini manusia biasa seperti mereka? Aku hanya memiliki sedikit ‘kelebihan’ yang berbeda dari me

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Bertemu Arwah Bastian

    Aku bertanya dalam hati. Mungkinkah Harum yang dimaksud Kakek Tengkorak adalah maduku?“Sudah cukup pertanyaanmu?” Dia bertanya lalu memutar tengkorak kepalanya seakan hendak menakutiku.“Cukup. Pergilah,” jawabku.Satu per satu bagian tubuhnya terlepas dari persendian. Kepala, lengan atas, tangan, paha, betis, dan tubuhnya berjatuhan ke tanah. Aku beringsut mundur karena merasa kaget. Kakek Tengkorak kini tinggal tulang belulang yang menyatu dengan tanah dan hilang seketika, meninggalkan asap tipis yang mengepul di hadapanku.Langit sudah mulai gelap. Senja telah berganti malam. Aku melihat ke sekeliling, hanya cahaya kunang-kunang dan sinar bulan yang membantu penglihatanku menangkap pemandangan di dasar jurang ini. Aku menantikan jam sepuluh malam, waktu di mana kecelakaan itu terjadi. Tapi sepertinya masih lama.

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Kakek Tengkorak

    Suara serak dari seorang Kaket Tua—yang bau badannya lapuk dimakan usia, serta jemarinya yang tanpa daging dan kulit—membuatku sadar bahwa saat ini aku tengah berada di masa lalu, saat perkampungan ini hangus terbakar api.“Mau apa kau datang ke sini?” tanya Kakek Tua di belakangku. Dia masih mencubit pipiku, “dagingmu sangat kenyal dan berisi. Kau pasti datang dari masa depan, bukan? Masa di mana jaman semakin modern dan canggih, tetapi para manusianya berpikiran kuno dengan meminta kekayaan pada kami—para makhluk ghaib,” katanya seraya memutar badanku, hingga kini aku berhadapan dengan pemilik wajah mengerikan yang tidak memiliki bola mata. ”Kau mau minta apa? Kekayaan? Kecantikan? Kehormatan? Atau semuanya, wahai manusia rakus?” lanjutnya bertanya.Kuperhatikan sosok di hadapanku ini baik-baik. Ternyata dia hanyalah sebuah tengkorak hidup yang hanya memakai pakaian Su

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Jurang Cilaka

    "Tidak akan lenyap seketika, tetapi bertahap. Karena sudah tidak ada ikatan lagi dengan siluman Harimau Putih, maka otomatis perusahaan-perusahaan itu akan kehilangan daya tariknya di dunia industri. Produk yang dijual di pasaran pun akan kehilangan daya magisnya, kemungkinan akan sepi pembeli. Sehingga, lama-lama terancam bangkrut. Seperti itulah yang akan terjadi," jawabku."Dan kau rela?" tanya Bilqis."Kenapa? Sekarang kau tak mau berteman denganku karena aku terancam miskin?" Aku balik bertanya.Bilqis mennghela napas dan dengan yakin mengatakan bahwa semua itu tidak berpengaruh terhadap kesetiaannya padaku."Gak akan ada yang bisa memutuskan tali persahabatan kita," jawabnya."Kalau begitu, lakukan yang terbaik untuk perusahaan teh-ku."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status