“Nggak usah di dengerin mereka,” tegur Fransiska yang langsung mengambil tempat disamping Lily “Mamanya Gema belum tahu kamu gimana, image kita memang nggak bagus tapi sekarang kamu harus melakukan sesuatu sendiri untuk meyakinkan dia.”
“Apa perlu aku bantu?” Leo menawarkan bantuan yang dijawab langsung dengan gelengan kepala oleh Lily “Lagian ketemu gitu udah mikir negatif, kalau sampai terjadi ya bisa habis duluan itu Irwan sama kita.”Lily tersenyum mendengar kalimat Leo, mereka memang selalu mendukung dirinya dalam keadaan apapun. Orang tua atau lebih tepatnya mama Gema yang tidak menyukai Lily sudah menjadi bahan pikiran sendiri, tidak menghubungi Gema adalah salah satu cara yang dilakukannya beberapa hari belakangan. Kedatangan Gema ke apartemen dan melamarnya semakin membuat dirinya bingung harus bersikap, perasaan pada Gema mungkin belum sepenuhnya tapi setidaknya sudah membuatnya nyaman.“Paling penting buat kita itu adalah kebahagiaan kamu,“Kapan aku dapat jawabannya? Biar aku bisa bicara sama orang tuaku melamar kamu secara resmi?” Gema menatap Lily yang duduk disampingnya.“Kenapa buru-buru sih? Kita juga baru kenalan dan menjalin hubungan.” Lily menggelengkan kepalanya melihat Gema yang semangat.“Mending pacaran halal, Ly.” Gema memberikan alasan masuk akal yang mendapatkan tawa keras dari Lily “Teman-teman kamu sudah pada menikah, memang kamu nggak mau?”“Gracia belum menikah, lagian menikah bukan buat ajang cepat-cepatan. Aku menikmati waktu yang ada sekarang, waktu seorang diri lebih tepatnya.” Lily memberikan alasan masuk akal yang membuat Gema mengerucutkan bibirnya.Keheningan menemani mereka setelah Lily mengatakan hal tersebut, melihat reaksi Gema yang hanya diam membuat Lily menjadi tidak tega. Saling menatap satu sama lain dengan pikiran masing-masing, semua yang dikatakan Gema memang benar adanya walaupun ada keraguan dalam diri Lily tapi mendengar jawaban da
“Mama masih ada loh beberapa kandidat buat jadi istri.”Gema menghela napas lelahnya “Apa yang mama nggak suka dari Lily?”“Pekerjaannya yang pasti akan berkaitan dengan dunia malam, obat-obatan terlarang, minuman keras dan mama nggak yakin dia masih perawan.” “Memang mama yakin kalau aku masih perjaka? Mama yakin kalau aku nggak pernah minum-minuman keras?” Gema menatap sang mama yang langsung menatapnya tajam “Gema nggak pernah menyalahkan itu semua, ma. Sejauh ini lingkungan Lily bukan seperti yang mama kira.”Mamanya langsung menghindar dari percakapan mereka dengan melakukan kesibukan di dapur setelah mendengar jawaban, Gema tidak tahu lagi melakukan apa untuk mengubah pendapat mamanya dan mendapatkan restu. Hari liburnya saat ini digunakan untuk pulang ke rumah membicarakan keinginannya melamar Lily, Gema sudah berbicara dengan papanya dan setuju tapi mamanya sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kearah sana.“Kasih tahu
“Kamu suka datang kesini sekarang,” sindir Lily.Memiliki akses untuk masuk ke unit apartemen Lily membuat Gema sering datang kesana tanpa mengenal waktu, terutama saat Lily tidak ada kegiatan karena Gema tahu Lily berada disana tidak melakukan apapun atau bisa dikatakan tiduran, beberapa kali bertemu dengan teman-temannya yang bersama sejak remaja.“Kamu masak?” tanya Gema dengan tatapan tidak percaya.Lily tertawa mendengar pertanyaan Gema “Kamu pasti dengerin mereka semua, habis gimana mau masak kalau Kak Fransiska sama Kak Gery lebih jago belum lagi Larissa dan Bang Dinan. Jadi buat apa aku masak lagi? Lebih baik menikmati hasil masakan mereka.”Gema mengangkat alisnya mendengar jawaban Lily “Sekarang masak dalam rangka?” “Lapar, kamu sudah makan?” Gema tidak menjawab pertanyaan Lily, melingkarkan tangannya di pinggang Lily mencium lehernya yang terbuka dan rambut Lily yang pendek memudahkan Gema menciumnya. Lil
Kamu sudah yakin sama dia?” Lily menatap malas pada Surya yang bertanya sudah entah ke berapa kalinya “Abang kenapa nggak yakin banget sih? Aku udah cerita berkali-kali tentang Gema, memang abang masih mau kenalin aku sama teman yang lain? Cukup, bang! Anton aja udah buat aku bergidik malah sekarang abang....”“Maksud Surya bukan begitu, Ly.” Lily menatap kakak perempuannya yang selalu terlihat anggun, Reina.“Memang apaan? Mama sama papa keberatan sama pekerjaan Gema?” tanya Lily langsung.“Pekerjaan kamu kan nggak ada kejelasan, sekarang Gema? Dia kerjanya berkaitan dengan nyawa, memang kamu siap? Kamu itu manja yang dikit-dikit harus diperhatikan.” Reina mengatakan dengan menggendong Viona.“Kakak sama abang kenapa nggak yakin sih? Aku udah gede juga kali.” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar nasehat mereka.“Keluarganya bagaimana? Orang tuanya setuju sama kamu?” Lily terdiam saat Surya memberikan pertanyaan yan
“Gema sudah datang ke rumah?” Lily menganggukkan kepalanya sebagai jawaban pertanyaan Fransiska, suasana seketika menjadi heboh mendengar ceritanya sebelum ini, Lily menceritakan semua tanpa ada yang ditutupi sama sekali. Mereka tahu jika Gema datang ke rumah untuk niat serius, tapi belum tahu apa yang terjadi selama di rumah. “Bang Surya memang nggak bisa ditebak,” ucap Bella yang diangguki Lily.“Papa sama mama terima lamaran Gema?” tanya Yena penasaran.“Terima, tapi dengan syarat.”“Syarat apaan?” tanya Yena lagi dengan tatapan penasaran “Jangan bilang mamanya Gema?” Lily menganggukkan kepalanya “Om nggak salah sih, kalau kita punya hubungan baik sama ibu suami enak, walaupun jarang terjadi.”“Hubungan kalian sama mertua baik-baik saja,” ucap Lily menatap kelima temannya.“Baik, walaupun pasti ada sedikit masalah terutama komunikasi.” Yena melanjutkan.“Kalian nggak ada masalah sebelum meni
“Apa perlu aku bicara sama mama kamu?” tanya Mona yang hanya dijawab Gema dengan gelengan kepala.Belum menghubungi Lily setelah kedatangannya dan berbicara dengan orang tuanya, pikiran Gema benar-benar tidak menentu dan tidak mau Lily menjadi sarang kekesalannya. Menceritakan semua pada Mona itupun setelah didesak dengan berbagai macam cara, mengajak Mona berbicara setelah selesai latihan di tengah lapangan.“Kamu belum hubungi Lily?” Gema menggelengkan kepalanya “Kasihan Lily pasti kepikiran.”“Aku nggak mau dia ikut berpikir dan menjadi sarang atas kekesalanku.” Gema memberi alasan yang masuk akal.“Lily nggak hubungi kamu?” Gema menggelengkan kepalanya “Dia pasti menunggu kamu yang hubungi terlebih dahulu, lagian harusnya kamu selesaikan bersama bukan begini.”“Kalau kamu di posisi Lily apa yang akan kamu lakukan?” tanya Gema mengalihkan pandangan kearah Mona.“Sikap dan tindakan kamu, komunikasi harus tetap jalan
“Maaf, aku nggak hubungi sejak pulang dari rumah orang tuamu.” Gema membuka suaranya saat mereka selesai makan malam.Mengikuti saran dari banyak orang, salah satunya adalah Mona. Sebenarnya bukan Mona yang sarannya dipikirkan, tapi ancaman dari teman-teman pria Lily. Gema tahu jika mereka sangat menjaga Lily, mendengar ancaman mereka seketika langsung mendatangi apartemennya dengan membawa makanan.“Aku paham,” ucap Lily santai.“Kamu nggak mikir kalau aku bakal mundur, kan?”“Tentu aku mikir kesana, lagian banyak halangan. Gema, restu orang tua itu sangat penting apalagi ibu. Aku hanya nggak mau memiliki hubungan buruk dengan orang tua terutama ibu dari pasanganku.”“Hubungan kamu sama ibunya Fatur?” Gema menyesali pertanyaannya.“Baik, bahkan ketika Fatur memutuskan menerima wanita itu ibunya datang untuk meminta maaf. Keadaan yang membuat kami berakhir, aku nggak menyesalinya sekarang.” Lily menjawab dengan santai
“Ly, udah siap?” Memberikan jawaban dengan menganggukkan kepalanya atas pertanyaan Merry, hembusan napas dikeluarkannya perlahan sebelum melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tempatnya bersiap. Bersikap professional memang harus dilakukannya, meskipun memiliki banyak masalah dan seperti sekarang dimana Lily harus tampil di acara ulang tahun televisi. Lily bukan hanya menyanyi sendiri tapi juga duet dengan penyanyi pria yang baru saja menang di acara kontes menyanyi yang terkenal.“Kamu sudah siap?” tanya Merry lagi yang kembali diangguki Lily “Kamu nggak lagi gugup, kan?”“Gugup apaan, mbak? Biasa aja.” “Kali aja gugup soalnya tampil sama penyanyi tampan,” goda Merry yang hanya ditanggapi dengan memutar bola matanya malas “Kita keluar, bentar lagi waktu kamu.”Tampil secara individu bukan hal yang pertama bagi Lily, semenjak Larissa memutuskan menikah dengan Dinan secara otomatis yang memiliki waktu banyak adalah Lily dan B
“Ada apa kesini?” “Lily pengen makanannya mama.” Fiona mengerutkan kening mendengar jawaban Gema “Makanan apa?” “Apapun yang mama masak.” Gema menatap Lily yang hanya diam “Memang mau apa, sayang?”Lily menatap Gema sedikit malu “Mas yang masak dibantuin mama, aku lagi pengen ayam goreng mentega.”Gema menghembuskan napas panjang “Bukannya aku pernah buatin? Kenapa harus ke mama?” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar suara Gema “Ya tahu, mas buat ayam mentega terus mama...” Lily menatap tidak enak pada Fiona “Mama buatin sop merah.” Lily langsung menundukkan kepalanya setelah mengatakan keinginannya depan sang mertua.“Kamu ke kamar aku buat istirahat.” Gema memberikan perintah yang diangguki Lily.Melangkahkan kakinya menuju kamar Gema, kamar yang menemani Gema pada saat muda sampai sekarang. Kamar itu juga yang menjadi saksi pernikahan mereka sekarang, membuka pintu kamar yang tidak banya
“Kamu yakin ketemu sama dia? Gema harus temani kamu.” “Aku memang harus ketemu dia, menyelesaikan semuanya.” “Apa nggak ada cara lain? Gracia bilang apa yang dilakukan terakhir itu sudah menakutkan, ditambah kita pernah melihat bagaimana istrinya.” Fransiska kembali mencegah keinginan Lily.“Kami khawatir sama kamu, Ly.” Yena melanjutkan kalimat Fransiska.“Kak, restoran ini punya Mas Leo. Aku yakin sudah disiapkan dengan baik sama Mas Leo, walaupun aku nggak yakin dia akan bersikap baik tapi setidaknya aku berada di tempat aman. Apalagi ruangan itu sudah disiapkan sama Mas Leo, kalian juga bisa melihat dan mendengar pembicaraan kita.” Lily menatap mereka satu per satu.“Gema akan ikut menonton?” Fransiska menatap Gema yang menganggukkan kepalanya “Bagaimana kalau sampai ada....” Fransiska tidak bisa melanjutkan kalimatnya.“Aku sudah persiapkan semuanya jadi nggak perlu khawatir.” Gema menatap mereka berlima satu p
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia muncul lagi?” Lily meremas kedua tangannya mendapatkan pertanyaan dari papanya, tidak hanya orang tuanya tapi juga orang tua Gema. Gosip tersebut tampaknya tidak berhenti, agency sendiri sudah mengeluarkan klarifikasi saat media dan orang-orang tahu siapa yang dimaksud. Awalnya mereka juga tidak peduli, kedua orang tua mereka juga sudah bertanya dan sudah dijelaskan sesuai versi mereka, tapi tampaknya gosip semakin meluas.“Kamu bilang kalau nggak akan sebesar ini.” Edi membuka suaranya.Lily hanya menundukkan kepalanya mendengar suara papanya Gema yang selama ini lebih banyak diam, seketika terkejut saat Gema menggenggam tangannya. Mengangkat kepalanya dengan menatap Gema yang menatap lurus kearah kedua orang tua mereka berdua, perasaannya seketika menjadi sedikit tenang.“Kami memilih diam, membiarkan agency yang menyelesaikan semuanya.” Gema membuka suaranya.“Memang kalian nggak mau
Public figure yang berprofesi sebagai penyanyi dikabarkan sudah menikah dengan petugas pemadam kebakaran. Apa maksud dari pernikahan beda profesi ini? Apa hanya untuk sementara atau memang ada cinta didalamnya?Seseorang mengatakan jika penyanyi berinisial “L” ini cinta mati sama mantan tunangannya, bahkan mereka membuat perjanjian agar mantan tunangannya menunggu dirinya janda, sama seperti penyanyi itu yang menunggu sang mantan sampai duda.Petugas pemadam kebakaran yang beruntung atau buntung menikah dengan penyanyi berinisial “L”Mempermainkan pernikahan, mereka memang layak bersama. Kasihan pasangan mereka yang harus merasakan permainan itu.Istri mantan tunangan penyanyi “L” mengatakan jika suaminya menyebut nama penyanyi itu saat mereka bercinta.Hembusan napas panjang dikeluarkan Lily setelah membaca beberapa gosip yang dikatakan Fransiska, semua yang dibaca hanya satu menarik perhatian Lily mengenai janda da
“Aku sama sekali nggak sadar, keadaan kantor gimana?” “Nggak ada apa-apa, mungkin kita memang sibuk sama keadaan sekitar ditambah beberapa panggilan darurat sampai-sampai nggak hirauin begituan.”“Memang nggak ada...”“Nggak ada, sayang. Kalau ada pasti aku cerita.” Gema menenangkan Lily dengan mencubit hidungnya pelan “Kapan kita tinggal di rumah sendiri?”“Aku sampai lupa.” Lily menatap tidak enak.Gema menggelengkan kepala, membuka ponsel melihat jadwal kerja mereka berdua “Aku kalau ninggalin kamu sendirian jelas nggak tega.” “Ada satpam disana, nggak usah takut. Kalau nggak dipaksa kapan lagi kita keluar dari zona nyaman?” Gema menganggukkan kepalanya “Semua keperluan sudah disana juga, lagian rumah juga setiap saat dibersihkan. Kita juga sudah buat selamatan, tinggal masuk saja jadi aku balikin ke kamu.” Lily menyandarkan kepalanya menatap apa yang dilihat Gema, Merry selalu memberikan
“Mama memang ada acara apa?” “Aku juga nggak tahu, memang nggak bilang waktu hubungi?” Lily menggelengkan kepalanya “Mama nggak lagi macem-macem, kan?” “Kenapa baru kepikiran ya?” Gema terdiam dengan tetap fokus pada keadaan jalan “Lihat nanti saja kalau di rumah ramai kita langsung pulang.” Mengikuti apa yang dikatakan Gema adalah jalan aman, Lily tidak terlalu paham dengan karakter mertuanya tapi Gema pastinya paham. Mereka memilih membahas hal-hal lainnya, ditinggal selama hampir seminggu membuat mereka merasakan rindu satu sama lain.“Padahal waktu sebelum menikah nggak begini amat,” ucap Gema sambil tersenyum.“Bedalah, mas. Hawanya juga beda.” Lily memberikan alasan.Gema menganggukkan kepalanya “Beda yang halal dan nggak.”“Rasa khawatir lebih besar, kalau dulu mah bodo amat walaupun tetap khawatir juga. Diperparah kalau mas sama sekali nggak hubungi, udah pikiran aneh-aneh langsung da
“Gini ya rasanya kalau sudah menikah terus harus pisah karena pekerjaan.” Gema tertawa mendengar kalimat yang keluar dari bibir Lily, tugas yang didapatnya secara mendadak dari pusat karena ada bencana di sudut ibukota. Tugasnya tidak terlalu jauh tapi kemungkinan selesai mungkin memakan waktu lama, mereka harus kesana karena adanya kecelakaan.“Udah, aku berangkat.” Gema mencium bibir Lily lembut “Jangan nakal.”Lily hanya mengerucutkan bibirnya mendengar nasehat Gema, mengantarkan Gema sampai depan pintu dan menutupnya ketika Gema sudah masuk kedalam lift. Hembusan napas panjang dikeluarkannya setiap Gema berangkat kerja, pekerjaan yang membutuhkan tenaga dan resiko besar.Sebenarnya bisa saja Lily ikut, tapi pekerjaannya sedang menunggu. Keputusannya pada saat itu menerima tawaran menjadi juri membuat dirinya harus sibuk, sebenarnya bukan hanya dirinya tapi juga ketiga temannya. Ketiga temannya yang menerima pastinya Gracia, Larissa da
“Jadi juri?” “Ya, kalian sudah mampu lakuin itu.”“Nggak deh, mbak. Kejadian Bella dulu masih membekas, acara begituan penuh dengan sandiwara. Pemenangnya sudah pasti ditentukan siapa, walaupun jelek tapi menghasilkan bisa jadi bagian dari mereka.” Lily menolak permintaan Merry.“Namanya acara televisi, Ly. Punya suara bagus tapi dia nggak menjual buat apa, agency nanti juga rugi kalau mau naikin dia.” Merry memberikan gambaran dunia entertainment.“Agency bisa kasih modal dengan permak dia jadi keren, mbak. Apapun bisa dilakukan dengan uang, kita dulu juga dekil banget waktu tampil pertama kali tapi perlahan kita pelajari tentang dunia kecantikan.” Bella membuka suaranya yang diangguki Lily.“Kalian menolak tawaran ini?” tanya Merry sekali lagi.“Ya.” Lily menjawab langsung.“Aku mau coba, mbak.” Larissa membuka suaranya yang membuat semua menatap kearahnya “Kita nggak mungkin begini terus dengan prinsip
“Mama itu pengen kasih tahu teman-teman kalau punya mantu penyanyi.”“Ya nggak harus datang ke acara begitu, ma.” “Kamu itu apa-apa nggak boleh, udah kaya managernya Lily aja. Masa mama minta sesuatu yang mudah nggak bisa kamu penuhi? Kemarin nikah juga sederhana, nikah sama public figure masa sederhana begitu...kamu nggak ada budget apa?” Gema mengusap kasar wajahnya mendengar kalimat yang keluar dari bibir mamanya, belaian di punggung membuat dirinya sedikit tenang. Menatap Lily yang tersenyum tipis sudah cukup memberikan energi pada dirinya, menghadapi mamanya memang membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi.“Ma, aku nggak mau ada gosip aneh-aneh.” Gema membuka suaranya lagi.“Gosip apaan? Mama ajak ke acara arisan yang otomatis hanya orang-orang dekat saja, lagian mereka nggak akan mungkin aneh-aneh.” “Nggak mungkin, satu aja upload foto di media sosial udah bisa bikin heboh. Ah...aku nggak tahu gimana caranya