“Mama masih ada loh beberapa kandidat buat jadi istri.”
Gema menghela napas lelahnya “Apa yang mama nggak suka dari Lily?”“Pekerjaannya yang pasti akan berkaitan dengan dunia malam, obat-obatan terlarang, minuman keras dan mama nggak yakin dia masih perawan.”“Memang mama yakin kalau aku masih perjaka? Mama yakin kalau aku nggak pernah minum-minuman keras?” Gema menatap sang mama yang langsung menatapnya tajam “Gema nggak pernah menyalahkan itu semua, ma. Sejauh ini lingkungan Lily bukan seperti yang mama kira.”Mamanya langsung menghindar dari percakapan mereka dengan melakukan kesibukan di dapur setelah mendengar jawaban, Gema tidak tahu lagi melakukan apa untuk mengubah pendapat mamanya dan mendapatkan restu. Hari liburnya saat ini digunakan untuk pulang ke rumah membicarakan keinginannya melamar Lily, Gema sudah berbicara dengan papanya dan setuju tapi mamanya sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kearah sana.“Kasih tahu“Kamu suka datang kesini sekarang,” sindir Lily.Memiliki akses untuk masuk ke unit apartemen Lily membuat Gema sering datang kesana tanpa mengenal waktu, terutama saat Lily tidak ada kegiatan karena Gema tahu Lily berada disana tidak melakukan apapun atau bisa dikatakan tiduran, beberapa kali bertemu dengan teman-temannya yang bersama sejak remaja.“Kamu masak?” tanya Gema dengan tatapan tidak percaya.Lily tertawa mendengar pertanyaan Gema “Kamu pasti dengerin mereka semua, habis gimana mau masak kalau Kak Fransiska sama Kak Gery lebih jago belum lagi Larissa dan Bang Dinan. Jadi buat apa aku masak lagi? Lebih baik menikmati hasil masakan mereka.”Gema mengangkat alisnya mendengar jawaban Lily “Sekarang masak dalam rangka?” “Lapar, kamu sudah makan?” Gema tidak menjawab pertanyaan Lily, melingkarkan tangannya di pinggang Lily mencium lehernya yang terbuka dan rambut Lily yang pendek memudahkan Gema menciumnya. Lil
Kamu sudah yakin sama dia?” Lily menatap malas pada Surya yang bertanya sudah entah ke berapa kalinya “Abang kenapa nggak yakin banget sih? Aku udah cerita berkali-kali tentang Gema, memang abang masih mau kenalin aku sama teman yang lain? Cukup, bang! Anton aja udah buat aku bergidik malah sekarang abang....”“Maksud Surya bukan begitu, Ly.” Lily menatap kakak perempuannya yang selalu terlihat anggun, Reina.“Memang apaan? Mama sama papa keberatan sama pekerjaan Gema?” tanya Lily langsung.“Pekerjaan kamu kan nggak ada kejelasan, sekarang Gema? Dia kerjanya berkaitan dengan nyawa, memang kamu siap? Kamu itu manja yang dikit-dikit harus diperhatikan.” Reina mengatakan dengan menggendong Viona.“Kakak sama abang kenapa nggak yakin sih? Aku udah gede juga kali.” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar nasehat mereka.“Keluarganya bagaimana? Orang tuanya setuju sama kamu?” Lily terdiam saat Surya memberikan pertanyaan yan
“Gema sudah datang ke rumah?” Lily menganggukkan kepalanya sebagai jawaban pertanyaan Fransiska, suasana seketika menjadi heboh mendengar ceritanya sebelum ini, Lily menceritakan semua tanpa ada yang ditutupi sama sekali. Mereka tahu jika Gema datang ke rumah untuk niat serius, tapi belum tahu apa yang terjadi selama di rumah. “Bang Surya memang nggak bisa ditebak,” ucap Bella yang diangguki Lily.“Papa sama mama terima lamaran Gema?” tanya Yena penasaran.“Terima, tapi dengan syarat.”“Syarat apaan?” tanya Yena lagi dengan tatapan penasaran “Jangan bilang mamanya Gema?” Lily menganggukkan kepalanya “Om nggak salah sih, kalau kita punya hubungan baik sama ibu suami enak, walaupun jarang terjadi.”“Hubungan kalian sama mertua baik-baik saja,” ucap Lily menatap kelima temannya.“Baik, walaupun pasti ada sedikit masalah terutama komunikasi.” Yena melanjutkan.“Kalian nggak ada masalah sebelum meni
“Apa perlu aku bicara sama mama kamu?” tanya Mona yang hanya dijawab Gema dengan gelengan kepala.Belum menghubungi Lily setelah kedatangannya dan berbicara dengan orang tuanya, pikiran Gema benar-benar tidak menentu dan tidak mau Lily menjadi sarang kekesalannya. Menceritakan semua pada Mona itupun setelah didesak dengan berbagai macam cara, mengajak Mona berbicara setelah selesai latihan di tengah lapangan.“Kamu belum hubungi Lily?” Gema menggelengkan kepalanya “Kasihan Lily pasti kepikiran.”“Aku nggak mau dia ikut berpikir dan menjadi sarang atas kekesalanku.” Gema memberi alasan yang masuk akal.“Lily nggak hubungi kamu?” Gema menggelengkan kepalanya “Dia pasti menunggu kamu yang hubungi terlebih dahulu, lagian harusnya kamu selesaikan bersama bukan begini.”“Kalau kamu di posisi Lily apa yang akan kamu lakukan?” tanya Gema mengalihkan pandangan kearah Mona.“Sikap dan tindakan kamu, komunikasi harus tetap jalan
“Maaf, aku nggak hubungi sejak pulang dari rumah orang tuamu.” Gema membuka suaranya saat mereka selesai makan malam.Mengikuti saran dari banyak orang, salah satunya adalah Mona. Sebenarnya bukan Mona yang sarannya dipikirkan, tapi ancaman dari teman-teman pria Lily. Gema tahu jika mereka sangat menjaga Lily, mendengar ancaman mereka seketika langsung mendatangi apartemennya dengan membawa makanan.“Aku paham,” ucap Lily santai.“Kamu nggak mikir kalau aku bakal mundur, kan?”“Tentu aku mikir kesana, lagian banyak halangan. Gema, restu orang tua itu sangat penting apalagi ibu. Aku hanya nggak mau memiliki hubungan buruk dengan orang tua terutama ibu dari pasanganku.”“Hubungan kamu sama ibunya Fatur?” Gema menyesali pertanyaannya.“Baik, bahkan ketika Fatur memutuskan menerima wanita itu ibunya datang untuk meminta maaf. Keadaan yang membuat kami berakhir, aku nggak menyesalinya sekarang.” Lily menjawab dengan santai
“Ly, udah siap?” Memberikan jawaban dengan menganggukkan kepalanya atas pertanyaan Merry, hembusan napas dikeluarkannya perlahan sebelum melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tempatnya bersiap. Bersikap professional memang harus dilakukannya, meskipun memiliki banyak masalah dan seperti sekarang dimana Lily harus tampil di acara ulang tahun televisi. Lily bukan hanya menyanyi sendiri tapi juga duet dengan penyanyi pria yang baru saja menang di acara kontes menyanyi yang terkenal.“Kamu sudah siap?” tanya Merry lagi yang kembali diangguki Lily “Kamu nggak lagi gugup, kan?”“Gugup apaan, mbak? Biasa aja.” “Kali aja gugup soalnya tampil sama penyanyi tampan,” goda Merry yang hanya ditanggapi dengan memutar bola matanya malas “Kita keluar, bentar lagi waktu kamu.”Tampil secara individu bukan hal yang pertama bagi Lily, semenjak Larissa memutuskan menikah dengan Dinan secara otomatis yang memiliki waktu banyak adalah Lily dan B
“KURANG AJAR MEMANG DIA!”Lily memilih diam melihat Fransiska yang sudah mulai emosi setelah mendengar ceritanya, setelah sebelumnya memarahi Merry atas apa yang dilakukan. Lily sama sekali tidak menyangka jika Fatur bisa meyakinkan Merry agar bisa berbicara dengan dirinya. “Kamu sendiri gimana saat itu, Kak?” suara Larissa mengalihkan perhatian semuanya.“Aku tolak lah. Gila apa aku lakuin apa yang dia katakan!” Lily menatap kesal pada Larissa sambil membayangkan Fatur “Keputusan yang kita ambil bersama pada saat itu, jadi harus diterima sama Fatur dan keluarganya. Lagian jarak dia menikah sama kontrak habis juga nggak terlalu lama, mereka aja yang udah nggak sabar dan itu artinya nggak mengharapkan aku sebagai pasangan Fatur.”“Gema sendiri gimana?” tanya Yena yang membuat Lily mengerutkan keningnya “Kamu akan berusaha meyakinkan mamanya? Padahal sudah sangat jelas kalau beliau nggak merestui kalian berdua.”Lily menganggukka
“Kamu yakin ini?” tanya Lily memastikan kembali perkataan Gema.Gema menganggukkan kepalanya “Mama yang minta kamu datang ke rumah.”“Aku nggak disuruh masak, kan? Kamu tahu aku nggak bisa masak.” Lily seketika ketakutan membayangkan apa yang akan dilakukan mamanya Gema.“Nggak lah, aku udah bilang kalau kamu nggak bisa masak.” Gema menenangkan Lily.Kalimat Gema tidak membuat perasaannya tenang, tetap saja ketakutan menghantuinya. Beberapa kali menarik dan menghembuskan napas panjang untuk menenangkan dirinya, Lily harus tenang bertemu dengan keluarga Gema di rumahnya secara langsung, walaupun sudah pernah bertemu dan berinteraksi dengan mereka.“Memang ada acara di rumah?” tanya Lily lagi seakan ingin memastikan sesuatuGema terdiam beberapa saat “Nggak ada, tapi kalau nggak salah inget Hilman bilang keluarganya mama datang ke rumah.” Lily membelalakkan matanya mendengar kalimat Gema yang tidak terbuka d