Cinta itu aneh dan membingungkan, semakin kita berusaha menghapusnya dari hati, maka akan semakin sering muncul dalam pikiran.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Syakila menepati janjinya pada Kasyaf. Ia berusaha menjauh dan menolak apapun yang di minta Thania. Meskipun hatinya tidak tega mendengar rengekan bocah itu. Bahkan selalu ada kebohongan setiap harinya untuk membujuk bocah tersebut supaya tidak lagi merengek.Sudah tiga minggu ia mengajar di rumah tersebut. Satu minggu ini ia bisa bernapas lega, karena Kasyaf tidak ada di rumah. Laki-laki tampan itu ada jadwal penerbangan ke beberapa negara di timur tengah. “Kakak Cantik, hari ini Papa belum pulang. Kakak tidur di sini, ya!” pinta bocah cantik itu. Hampir setiap hari selama Kasyaf bertugas, Thania memintanya untuk menginap. Namun, Syakila selalu menolaknya dengan halus. Tentu saja dengan kebohongan.“Maaf, Sayang. Kakak masih ada pekerjaan. Lain kali saja, ya,” tolak Syakila. “Kapan sih, Kakak libur bekerja? Aku pingin bobok ditema
Ketika jatuh cinta, tanpa sadar akan membuatmu menjadi versi terbaru dalam hidupmu. Jatuh cinta, membuatmu belajar untuk lebih pengertian dan menekan segala keegoisan, melupakan trauma akan pengkhianatan.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Dengan hati-hati Kasyaf menutup kembali pintu kamar Thania, supaya tidak membangunkan Syakila. Ia mengusap kasar wajah tampannya sambil terus beristigfar. Jantungnya masih berdebar kencang. Sudah menjadi kebiasaannya masuk ke dalam kamar sang putri setelah perjalanan jauh dan lama tidak bertemu. Ia selalu merindukan bocah cantik itu. Hanya Thania yang selalu memotivasinya. “Tidak mungkin Syakila membawa pakaian seperti itu untuk tidur di rumah orang yang bukan siapa-siapanya. Sepertinya aku tidak asing dengan pakaian itu,” ucapnya lirih. Hatinya begitu gelisah. Ia langsung memutuskan kembali ke kamarnya.“Astagfirullah apa yang aku lihat tadi tidak seharusnya aku lihat. Ampuni hamba Ya Allah. Sesuatu yang berharga dari Syakila yang akan ia tunjukkan pada
Aku bahkan tidak bisa menjelaskan perasaan macam apa yang aku rasakan saat ini. Yang kutahu saat ini aku terlalu lelah untuk bertahan tapi malas untuk memulai semuanya dari awal lagi.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Setelah sarapan, Syakila pamit pada Kasyaf dan Bik Sumi. Thania pun juga akan berangkat ke sekolah. Sopir pribadi yang bertugas mengantarkan bocah cantik itu pun sudah siap.“Papa, boleh tidak aku berangkatnya naik motor Kak Syakila? Kan sekalian dia pulang,” pintanya pada sang papa. Syakila melihat ke arah Bik Sumi yang sama tercengang seperti dirinya. Ia menunggu reaksi Kasyaf.Kasyaf melihat Syakila yang melihat ke arah Bik Sumi. Ingin ia memperbolehkan, tapi hatinya kembali bergejolak. Ia masih trauma disakiti dan dikhianati. Ia tidak ingin Thania merasakan hal yang pernah dialaminya. Ia tidak mau Thania terlalu dekat dengan Syakila yang ujungnya kecewa. Kasyaf sadar diri, ia hanya seorang duda beranak satu. Sedangkan Syakila gadis cantik yang tentu saja mengharapkan pernik
Kadang, saat berada di suatu titik, diam adalah pilihan terbaik daripada berbicara. Namun, selalu salah di matanya. Biarkan waktu yang membuktikan semua.(Syakila Zanitha Firdaus)Kasyaf mencoba untuk tenang dan memilih mengesampingkan kemarahannya supaya sang putri tidak takut. Ia langsung fokus pada sang putri saat Bik Sumi mengatakan suhu badan Thania naik. Ia tidak mau Thania mengalami kejang lagi.“Sayang, kamu tenang dulu. Minum air putih dan enggak boleh nangis. Papa ada di sini,” ucap Kasyaf membujuk.“Aku mau Kakak Cantik, Pa,” isaknya. Kasyaf memang sering kesulitan membujuk sang putri yang sangat keras kepala. “Iya, Kak Syakila masih repot. Makanya enggak ke sini,” ucapnya.“Kenapa Kak Syakila tidak bilang? Pasti Papa bohong. Kak Syakila marah padaku, makanya enggak ke sini.”“Enggak, Sayang. Enggak ada yang marah sama Thania. Thania ‘kan anak baik,” ucap Kasyaf lembut sambil membelai rambut sang putri. Kasyaf mulai merasakan tubuh Thania yang semakin panas.“Bik, tolong a
***Cinta itu aneh dan membingungkan, makin aku berusaha menghapusnya dari hati, makin sering dia muncul dalam pikiranku.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Syakila masih menumpahkan tangisnya, ia duduk sendiri di taman kompleks yang awalnya sepi sekarang sudah mulai ramai. Setelah sedikit tenang, ia buru-buru menghapus air matanya. Di ujung taman sudah ada anak-anak kompleks perumahan tersebut bermain bola. Syakila memutuskan untuk pulang ke rumah sakit melihat keadaan dan ayah.Ia tidak masalah, Kasyaf menggantinya dengan pengajar lain. Yang membuat hatinya kecewa, Kasyaf tidak mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Laki-laki itu sudah menjudgenya tidak profesional.“Meskipun ayah sakit, aku tetap berusaha untuk datang mengajar. Dan dia bilang aku tidak profesional hanya karena satu kesalahanku saja,” ucapnya menggerutu. “Aku tahu aku salah, tapi setidaknya dia mendengarkan aku dulu, dasar laki-laki egois. Untung saja tampan, tapi untuk apa tampan kalau setiap hari makan hati,” ocehnya
Aku mencintaimu, cinta yang berusaha kusembunyikan dalam setiap sikap dinginku. Dalam tembok keegoisan yang kubangun untuk membentengi hatiku. Namun, sekarang kamu berhasil merobohkannya.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Thania masih memeluk erat tubuh Syakila seolah tidak mau terpisah. “Kak Syakila, Gendong aku!” pintanya penuh harap. Syakila mencoba menerbitkan senyum untuk bocah cantik itu.“Kakak Cantik habis nangis, ya?” tanya Thania dengan wajah polosnya.“Sayang, kamu turun, ya. Tubuh kamu ‘kan gemuk, kasihan Kak Syakila,” ucap Kasyaf. “Ndak mau, aku mau dipeluk dan digendong Kak Syakila. Aku sangat rindu padanya,” tolak Thania. Bocah cantik itu makin mengeratkan tangannya ke pinggang Syakila.“Silakan masuk, Pak!” ucap Syakila sambil menggendong Thania.“Si-siapa yang meninggal?” tanya Kasyaf ragu setelah Syakila mempersilakannya duduk di ruang tamu.“Ayah saya, Pak,” jawab Syakila tanpa melihat ke arah Kasyaf. Gadis cantik itu lebih fokus dengan Thania.“Aku turut berduka. Sak
Aku tidak pernah merencanakan untuk jatuh cinta padamu. Semua terjadi begitu saja. Cinta itu tumbuh dan tumbuh semakin besar seiring berjalannya waktu.(Kasyaf – Syakila ~ Pilot Pencuri Hati)*Syakila mendongakkan kepala yang sejak tadi menunduk. Ia tercengang dengan apa yang dikatakan Kasyaf. Lirih, tapi ia masih bisa mendengar jelas. Telinganya tidak bermasalah. Ia rajin membersihkan telinganya setiap satu minggu sekali.“What? Beneran yang dikatakan kapten songong itu? Apa telingaku bermasalah? Apa setelah ini aku harus pergi ke spesialis THT?” gumam Syakila.Gadis cantik itu bergeming di tempatnya berdiri sambil terus menatap ke arah Kasyaf yang semakin salah tingkah. Laki-laki itu tidak bisa berkata lagi, setelah mengatakan apa yang ia simpan selama hampir satu bulan ini. Ia grogi, tidak menyangka bisa mengatakan kata sakral itu dengan tegas dan mantap di hadapan Syakila. Mulut tidak bisa disinkronkan dengan hatinya.Usianya sudah dua puluh delapan tahun, sudah tidak remaja l
*Untuk mendapatkan kepastian, dibutuhkan kesabaran dan kegigihan yang besar. Karena sejatinya cinta membutuhkan pengorbanan.(Syakila – Kasyaf ~ Pilot Pencuri Hati)*Tujuh hari sudah Dimas meninggal. Setiap malam diadakan tahlil bersama para warga. Syakila, Dita dan Fauzi senang dengan kerukunan warga tempat tinggalnya. Bahkan untuk persiapan tahlil warga yang mengatur semua. Makanan pun warga yang menyediakan. Syakila dan keluarga tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya tahlil.Pagi ini Dita sudah menyiapkan peralatan jualan. Membuat Syakila yang baru keluar dari kamar tercenung.“Ibu sudah mau jualan?” tanya Syakila mendekat. Sudah menjadi kebiasaannya setiap pagi membantu sang ibu memasak.“Rencananya iya, Nak.”“Jualan di depan rumah ‘kan, Bu?”“Iya, Nak. Seperti biasanya. Ibu enggak mau kuliah kamu berantakan, begitu juga Fauzi. Ibu pingin Fauzi juga melanjutkan pendidikannya setelah SMA,” ucap Dita lembut.“Ibu ‘kan masih dalam masa Iddah, nanti ya
***Celahmu akan dianggap sempurna oleh hati yang memang ditakdirkan untukmu yang mau menerimamu apa adanya(Kasyaf – Syakila)***Kasyaf menggandeng Syakila menuju kamar yang sudah disiapkan untuk mereka tadi. Sebelumnya Kasyaf, Hanum, dan Reno membujuk Thania terlebih dulu. Bocah cantik itu merengek untuk ikut tidur di hotel. Syakila pun membujuk Kasyaf untuk mengizinkan Thania ikut mereka, tetapi Kasyaf menolak.Entah, apa yang dikatakan Kasyaf untuk membujuk sang putri. Seketika bocah cantik itu mau diajak pulang. Syakila pun heran, padahal sebelumnya Thania sulit ditaklukkan.Saat ini keduanya sudah berada di dalam kamar. Kasyaf langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Syakila melepas gaunnya, mengganti dengan gamis. Mumpung Kasyaf berada di kamar mandi. Biasanya laki-laki itu lama berada di kamar mandi.Ternyata apa yang dipikirkan Syakila salah. Saat ia sudah melepas hijab dan gaunnya, tiba-tiba Kasyaf keluar dari kamar mandi. Bahkan laki-laki itu hanya memakai h
Hanya orang yang tahu caranya bersyukur yang bisa menikmati keindahan dan arti dari kebahagiaan hidup.(Kasyaf Syahrizki Irsyad ❤️ Syakila Zanitha Firdaus)***Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Sejak tadi Kasyaf gelisah, ia sampai berkeringat dingin. Habib, sang sahabat yang berprofesi sama dengannya sudah berulang kali menenangkannya. Reno hanya bisa tersenyum melihat tingkah sang putra. “Baca salawat, Bro. Siapa ya tenang. Anggap saja kamu sedang menerbangkan pesawat, jangan ragu dan tetap tenang. Baca Basmalah sebanyak-banyaknya,” ucap Kapten Habib menenangkan.“Aku udah berusaha tenang. Aku udah baca semua salawat yang aku bisa. Bahkan ini kedua kalinya aku mengucapkan ijab qobul, tapi tidak seperti saat ini,” ungkapnya lirih Bisai karena rasa cintamu begitu besar pada Syakila. Makanya kamu takut tidak bisa memberi yang terbaik. Kamu pasti bisa, kok.”“Bismillah, semoga aku bisa. Mohon doanya.”“Pasti aku doakan yang terbaik.”“Kalau sudah siap, kita berangkat sekarang!” ajak Ren
Tanamlah benih kebahagiaan, harapan, kesuksesan, dan cinta. Karena semuanya akan kembali padamu dengan berlimpah. Sebaliknya, jika menanam keburukan, kedengkian, dan dendam semua akan kembali padamu berlimpah juga. (Kasyaf Syahrizki Irsyad – Syakila Zanitha)***Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan mata. Syakila dibawa kembali ke ruang rawat inapnya. Kasyaf, Dita, dan Fauzi masih setia menunggu di ruang itu.“Bagaimana hasilnya, Dok?” tanya Kasyaf khawatir.“Hasilnya akan keluar nanti sore, Mas. Tolong ditunggu sembari berdoa supaya hasilnya baik.”“Aamiin ... semoga, Dok,” ucap Dita lirih. Setelah itu dokter keluar dari ruangan tersebut.“Bu, apa aku akan buta selamanya?” tanya Syakila lirih. “Tidak, Sya. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan melakukan apapun demi kesembuhanmu,” ucap Kasyaf tegas.“Maaf, aku hanya bisa merepotkan Mas Kasyaf,” ucapnya.“Sama sekali tidak merepotkanku, Sya. Kamu itu tanggung jawabku.”“Kita belum menikah, Mas. Aku bukan tanggung jawabmu
Bagaimana pun kondisimu, aku akan tetap selalu ada untukmu. menemani, mencintai, dan selau menjagamu.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Kasyaf segera berdiri. Apa yang dikatakan Fauzi memang benar. Yang dibutuhkan Syakila saat ini selain penanganan rumah sakit adalah doa, bukan keluhan dan rintihan. Syakila gadis yang kuat, tidak akan suka bila melihatnya terpuruk.“Sebaiknya kita ke masjid dulu Zi. Kita salat Zuhur sambil berdoa memohon kesembuhan Syakila.”“Baik, Mas.”Setelah pamit pada Dita, Kasyaf dan Fauzi pergi ke masjid yang masih satu lingkungan dengan rumah sakit.“Ya Allah, sembuhkanlah Syakila. Jangan ambil dia dariku. Izinkan aku membahagiakannya,” ucapnya lirih.Selepas salat hati Kasyaf sedikit tenang. Ia mengajak Fauzi Kembali ke depan ruang IGD. Ia melihat di depan ruang IGD sudah ada kedua orang tuanya bersama Dita. Menyadari kedatangan sang putra Hanum dan Reno berdiri, mereka mencoba menguatkan sang putra.“Inshaallah semua akan baik-baik saja, Nak.”“Aamiin … terima k
Orang yang kuat bukan mereka yang selalu menang. Melainkan mereka yang berusaha bangkit ketika terjatuh.(Pilot Pencuri Hati)Kasyaf melajukan mobil cukup kencang, ia ingin segera sampai ke rumah Syakila.“Assalamualaikum,” ucapnya sambil mengetuk pintu.Tidak lama Dita membukakan pintu itu. “Wa’alaikumussalam, Nak Kasyaf ...,” Jawab Dita heran. Ia belum pernah melihat Kasyaf memakai seragam kebesarannya sebagai pilot. Syakila tadi bilang akan pergi bersama Kasyaf, tapi nanti selepas salat Zuhur.“Syakila ada, Bu?” tanya Kasyaf gelisah.“Syakila masih belanja ke pasar. Tadi perginya kesiangan jadi belum pulang. Memangnya ada apa, Nak? Kenapa Nak Kasyaf terlihat gelisah?”“Saya tidak tahu, Bu, tapi hati saya gelisah sejak tadi. Makanya dari maskapai saya langsung ke sini.”“Masuklah! Ibu buatin minum dulu supaya tenang. Sebentar lagi Syakila pasti datang,” ujar Dita. Ia juga merasakan kegelisahan, tapi ia berusaha tenang.“Saya menunggu Syakila di depan saja, Bu.”“Ya sudah terserah
Pemenang dalam kehidupan adalah mereka yang mampu berteduh di tengah panas, mampu bersikap manis di tengah pahit.(Kasyaf -Syakila)***Syakila melihat ada yang beda dengan laki-laki yang ada di sampingnya itu. Ia pun ikut melihat arah pandang Kasyaf. “Ada apa dengan wanita itu? Kenapa Mas Kasyaf menatapnya dengan tatapan penuh kebencian?” gumam Syakila.Tata dan Pak Adit berjalan ke arah Kasyaf dan Syakila untuk memberi selamat atas pertunangannya.“Selamat Mas Kasyaf, semoga lancar sampai hari pernikahan nanti,” ucap Pak Adit tulus. Kasyaf memang sudah lama mengenal laki-laki yang menjadi klien sang papa itu, tidak menyangka saja laki-lali yang seusia papanya itu menjalin hubungan dengan Tata. Kasyaf yakin, Tata hanya simpanan Pak Adit, karena laki-laki itu sudah beristri. Hal itu hanya membuat hati Kasyaf miris juga semakin illfeel melihat kehidupan sang mantan istri. “Aamiin ... terima kasih, Om,” ucap Kasyaf berusaha tenang dengan mengembangkan senyumnya. Sedangkan Syakila hany
Terima kasih, kehadiranmu berhasil membuatku bahagia. Terima kasih, kehadiranmu berhasil mengalihkan duniaku. Bersamamu aku nyaman, bersamamu aku bisa tersenyum.(Kapten Kasyaf Syahrizki)***Saat ini Kasyaf masih dalam penerbangan ke negara Afrika. Kemungkinan pulang pada hari Sabtu pagi. Itu pun kalau pesawat yang ia terbangkan tidak mengalami kendala atau pun keterlambatan. Sedangkan pertunangannya dengan Syakila akan diadakan pada Sabtu malam. Saat ini gadis cantik itu masih berada di kampus. Ini sidang terakhirnya, berharap dosen pembimbing menyatakan dirinya lulus. Sudah satu jam setengah ia menunggu dengan hati berdebar. Bibirnya terus berkomat-kamit berzikir. Akhirnya Syakila bisa bernafas lega, bibirnya tidak berhenti mengucap syukur saat dinyatakan lulus sidang skripsi. Ia keluar dari ruangan sidang dengan hati riang. Alina menyambut kedatangan Syakila dengan senyuman hangat. Dilihat dari wajah Syakila yang bersinar ceria, ia tahu Syakila membawa kabar bahagia. “Bagaimana
Bukan seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang kita nikmati, yang membuat kebahagiaan kita sempurna. Meskipun itu hanya dengan melihat senyummu.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Kasyaf tersenyum lega. Rencananya hari ini berhasil. Padahal rencana ini dibuatnya dadakan. Bahkan Thania baru saja ia beritahu saat berada di toilet.Sedangkan untuk Fauzi, saat Syakila sibuk dengan pembeli ia sudah mengatakan niatnya pada calon adik iparnya itu. Bahkan ia harus meyakinkan pemuda tampan tersebut. Ia juga meminta Fauzi untuk mengatakan pada Alina dan Azizah akan rencananya. Beruntung keduanya mau membantu.“Kakak Cantik akan jadi Mamaku ‘kan?” tanya Thania sambil tersenyum manis.Sebelum menjawab Syakila melihat Kasyaf terlebih dahulu. Laki-laki itu tersenyum sambil memejamkan mata. Syakila memang masih ragu mengatakan hal itu. Jujur, ini seperti mimpi. Dilamar dengan romantis di hadapan kedua orang tua Kasyaf. Sayangnya kebahagiaan itu pun membuatnya sedih karena teringat
Aku harus bertahan untuk menantimu meski penantian ini begitu berat. Namun, kesabaran dalam iman telah menepis kegalauan hatiku. Kian mengukuhkan rasa cinta ini.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)***Apa yang ditakutkan Syakila benar-benar terjadi. Apa yang ia harapkan dari orang kaya? Mereka selalu memandang rendah orang miskin sepertinya.Syakila menahan air matanya supaya tidak keluar. Ia tidak mau menangis di depan Kasyaf dan Thania. “Papa, kenapa kita pulangnya cepat? Aku masih kangen sama Oma dan Opa? Kita juga belum malam sama mereka,” ujar bocah cantik itu kesal. Tanpa mengatakan apa-apa Kasyaf langsung menggandeng jemari mungilnya dan membawa keluar.“Kita makan sama Kak Syakila di luar, enggak di rumahnya Opa,” ujar Kasyaf.“Kenapa, enggak di rumah mereka? Biasanya mereka kan selalu masak banyak bila kita berkunjung,” ucap Thania dengan polosnya.“Sayang kita makan di luar saja. Ayo!” ajak Kasyaf pada sang putri. Laki-laki tampan itu membukakan pintu belakang untuk Thania. Setelahn