“Oke saya ambil yang itu saja, tolong disiapkan ya.”“Baik nyonya, mohon ditunggu sebentar.”Saat ini Kania sedang berada di sebuah butik ternama yang merupakan langganan keluarganya. Tujuan wanita itu datang ke butik adalah untuk mencari dress yang akan ia kenakan di acara pesta Anniversary perusahaan Raga yang akan dilaksanakan besok malam.Tadinya Kania sudah meminta Raga menemaninya ke butik sekalian minta dipilihkan dress apa yang cocok untuknya, namun seperti biasa Raga selalu menolak dengan alasan sibuk. Karena tidak ingin berdebat dengan suaminya akhirnya Kania memutuskan untuk pergi sendiri, toh sudah biasa juga ia pergi kemana-mana sendiri.Saat sedang menunggu dress yang ia inginkan disiapkan, tidak sengaja Kania melihat suaminya baru saja datang ke butik yang sama dengan dirinya. Namun sepertinya suaminya itu tidak datang sendiri melainkan bersama selingkuhannya, Kezia. Melihat hal itu lantas Kania pun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri mereka.“Oh in
“Pa, apa tidak sebaiknya kita tunda dulu pengumumannya? Saya takut mas Raga marah.”“Sampai kapan harus ditunda? Kamu tidak lelah melihat suamimu selingkuh dengan wanita itu? Kamu tidak ingin hubungan mereka berakhir?”Kania hanya terdiam mendengar pertanyaan ayah mertuanya. Malam ini akan diadakan acara pesta Anniversary perusahaan milik keluarga Raga. Di acara nanti tuan Salim berniat ingin memberitahu semua orang jika Kania adalah istri Raga. Hal itu tua Salim lakukan agar Kezia tidak lagi berani mendekati Raga secara terbuka. Jika semua orang tahu Kania adalah istri Raga, otomatis Kezia dan Raga tidak akan bisa leluasa berduaan ditempat umum. Dengan begitu diharap hubungan keduanya akan segera berakhir. Jika dipikir ide tuan Salim itu bagus, tapi Kania ragu. Wanita itu yakin pasti nanti suaminya akan marah begitu hubungan mereka dipublikasikan. Dialah yang akan mendapat amukan dari Raga bukan tuan Salim.“Kania, percaya sama papa. Semua ini papa lakukan demi keselamatan rumah tan
Dengan sangat kasar Raga menarik tangan Kania masuk kedalam rumah. Pria itu tampak begitu marah karena kejadian diacara tadi, tentang ayahnya yang tiba-tiba saja mengumumkan hubungannya dengan Kania didepan umum. Raga mengira jika itu semua pasti rencana Kania yang sengaja ingin semua orang tahu tentang hubungan mereka.“Mas Raga lepas, sakit!” Pekik Kania sambil menarik tangannya hingga terlepas dari cengkraman Raga. Bisa dilihat betapa merahnya pergelangan tangan Kania akibat cengkraman kuat Raga, bahkan wanita itu sempat meringis karena merasakan sakit. Selama mereka menikah, ini adalah pertama kalinya Raga berbuat kasar padanya seperti ini. Selama ini mereka hanya sering beradu mulut tanpa melibatkan fisik.Dengan tatapan yang sangat tajam Raga menatap Kania sambil bertanya “Kamu kan yang sengaja meminta papa memberitahu semua orang kalau kita sudah menikah? Kenapa, kamu ingin hubunganku dan Kezia berakhir?!”“Aku juga tidak tahu, Mas. Papa sendiri yang ingin melakukannya, aku sa
Semenjak tuan Salim memperkenalkan Kania sebagai istri Raga pada seluruh rekan kerja serta karyawan yang bekerja di perusahaannya, Raga dan Kezia jadi jarang bertemu. Bukan karena keduanya mengakhiri hubungan mereka melainkan karena Raga tidak ingin sampai dirinya dicoret dari hak ahli waris papanya jika sampai papanya tahu ia dan Kezia masih menjalin hubungan. Meskipun Raga dan Kezia jarang bertemu di kantor, namun siapa sangka keduanya masih sering bertemu diluar kantor. Contohnya saja sekarang. Saat ini Raga sedang dalam perjalanan menuju apartment tempat dimana selingkuhannya yakni Kezia tinggal sepulang dari kantor. Pria itu segaja pulang lebih awal agar bisa menyempatkan dirinya menemui selingkuhannya. Ngomong-ngomong Kezia masih bekerja diperusahaan milik orang tua Raga, hanya saja wanita itu dipindahtugaskan di gedung kantor yang berbeda dengan Raga. Jangan tanya siapa yang memindahkannya, tentu saja tuan Salim.Ditengah perjalanan Raga yang tadinya sedang fokus mengemudi sek
“Bagus, sudah berani pulang diantar pria lain?”Kania yang baru saja masuk kedalam rumah langsung dikejutkan dengan keberadaan mama mertuanya. Wanita itu baru saja pulang dengan diantar oleh Naren setelah keduanya selesai bercerita di cafe sepulang dari kantor tadi.“Siapa yang barusaja mengantarmu pulang? Jadi seperti ini kelakuanmu kalau suamimu tidak ada dirumah? Bebas pergi dengan pria lain.”“Mama salah paham, tadi itu Naren yang anterin Kania pulang. Kebetulan Naren kerja dikantor mas Raga jadi dia nawarin buat antar pulang.”“Cih alasan. Kenapa tidak pulang dengan suamimu? Bahkan suamimu juga sekantor denganmu. Bilang saja kalau kamu ini memang gatal suka pergi dengan pria lain.” Tepat setelah mengatakan hal ini nyonya Anggun langsung melangkahkan kakinya pergi.Kania hanya bisa menghela napasnya panjang. Ibu mertuanya selalu saja menuduhnya yang tidak-tidak. Ingin menjelaskannya pun percuma, wanita paruh baya itu tidak akan pernah percaya karena Kania selalu saja salah di mata
Saat ini Kania sedang dalam perjalanan menuju kantor bersama Raga. Selama perjalanan Kania tidak berhenti tersenyum mengingat dirinya dan Raga sudah melakukan kewajiban yang biasanya dilakukan sepasang suami istri. Menyadari istrinya sejak tadi tidak berhenti tersenyum membuat Raga langsung menoleh. “Ngapain kamu sejak tadi tersenyum terus? Seneng ya lihat aku kena amukan papa tadi pagi?” Tanyanya kemudian. Raga merasa jika alasan yang membuat Kania sejak tadi tidak bisa berhenti tersenyum adalah karena melihatnya mendapat amukan dari papanya tadi pagi.“Nggak kok. Mas Raga lupa ya apa yang sudah terjadi semalam?”“Apa? Oh jangan bilang kamu yang sudah mengadu ke papa kalau aku pulang mabuk?” Mendapat tuduhan seperti itu lantas Kania langsung menggeleng. Wanita itu berani bersumpah jika bukan dirinya yang memberitahu tuan Salim. Bahkan Kania juga bingung kenapa tuan Salim bisa tahu kalau semalam Raga pulang dalam keadaan mabuk karena seingatnya ia sudah membawa Raga kekamar dengan a
“Beresin kerjaanmu, aku tunggu dimobil!”Kania yang tadinya sedang fokus mengerjakan pekerjaannya dibuat kaget saat tiba-tiba Raga masuk kedalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Dengan tatapan bingung Kania melirik jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 9 pagi. Bukankah masih cukup lama untuk jam istirahat? Lalu kenapa tiba-tiba suaminya memintanya membereskan pekerjaannya dan menunggunya di mobil? Pikir Kania.“Mau kemana mas? Ini masih pagi untuk jam makan siang.”“Bisa tidak turuti saja perintahku tanpa bertanya? Aku kasih waktu 5 menit, kamu sudah harus menyusul ke mobil.” Tepat setelah mengatakan hal ini Raga langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Kania, meninggalkan Kania yang tampak masih kebingungan memikirkan kenapa suaminya memintanya untuk segera membereskan pekerjaannya sekarang juga.Beberapa saat yang lalu tuan Salim mendatangi Raga diruangannya. Melihat kedatangan papanya tentunya membuat Raga cukup terkejut. Pria itu takut papanya masih in
“Mas Raga kemana sih daritadi dihubungin nggak bisa. Dikantor juga nggak ada lagi tadi!”Sejak tadi Kezia tidak bisa berhenti mengomel karena Raga sangat sulit dihubungi. Siang tadi wanita itu sudah sempat mendatangi kantor Raga tapi ternyata Raga tidak ada disana.“Aneh, nggak biasanya mas Raga susah dihubungin. Apa jangan-jangan dia sengaja ngehindarin aku karena nggak mau tanggung jawab nikahin aku?”Seketika semua pikiran-pikiran buruk pun keluar dari isi kepala Kezia. Wanita itu takut jika dugaannya itu benar, tentang Raga yang sengaja menghindar agar tidak jadi menikahinya.“Apa aku kerumahnya saja? Tapi kalau sampai pak tua itu lihat aku datang kerumahnya yang ada aku bisa diusir. Ckk mas Raga juga kemana sih!”:::Ditempat lain tepat pukul 10 malam Raga dan Kania akhirnya sampai dikampung halaman tempat kedua orang tua Kania tinggal. Hampir 10 jam lamanya keduanya menempuh perjalanan dari Jakarta dengan menggunakan mobil. Sebenarnya bisa saja mereka pergi naik kereta atau pes
“Malam ini kamu menginap disini saja. Biar kalau ada apa-apa Raga bisa langsung datangin kamu. Lagipula kamu juga baru keguguran pasti butuh perhatian lebih, iya kan Raga?”Sambil tersenyum nyonya Anggun menatap sang anak. Menunggu anaknya itu mengiyakan pertanyaannya. Tapi sayangnya sang anak hanya diam dan malah langsung pergi begitu saja.“Maaf ya Kezia, mungkin Raga masih sedih karena kehilangan calon anak kalian. Ayo mama antar ke kamarmu.”Kezia mengangguk sebelum kemudian berjalan mengikuti nyonya Anggun kekamar yang akan dia tempati.Beberapa saat yang lalu sepulang dari klinik, nyonya Anggun sengaja mengajak Kezia pulang dan menginap dirumahnya. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan lantas Kezia pun langsung setuju untuk menginap dirumah yang mungkin sebentar lagi akan menjadi rumahnya juga...Disisi lain Raga yang baru saja masuk kedalam kamar langsung berjalan menuju jendela kaca. Pria itu tampak menghela napasnya panjang tat kala tidak melihat keberadaan istrinya. Walaupu
“Keguguran dok?”“Iya, pasien mengalami pendarahan yang cukup parah sampai akhirnya keguguran.”Saat ini Raga sedang berada disebuah klinik yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tadi saat dalam perjalanan Kezia pura-pura merasakan kesakitan, wanita itu meminta Raga membawanya ke klinik alih-alih rumah sakit dengan alasan sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya.Alasan kenapa Kezia memilih klinik adalah karena jika wanita itu dibawa kerumah sakit maka semua kebohongannya akan terbongkar. Dokter akan mengatakan jika dia tidak hamil. Berbeda dengan klinik karena tanpa disengaja ternyata ada salah satu teman dekatnya yang bekerja diklinik itu. Kezia sempat meminta tolong pada teman dekatnya untuk berpura-pura mengatakan jika ia keguguran dengan begitu ia tidak akan kesusahan pura-pura hamil lagi. Bodohnya Raga dan nyonya Anggun percaya begitu saja. Padahal mereka sama sekali tidak tahu bahkan melihat Kezia mengalami pendarahan.“Mas.” Dengan ekspresi wajah yang dibuat penuh kesed
“Kezia, ngapain kamu kesini?”Malam-malam Raga sudah dikejutkan dengan kedatangan Kezia kerumahnya. “Loh bukannya mas Raga tadi yang kirim pesan ke aku dan minta aku kesini?”Beberapa saat yang lalu Kezia mendapat pesan dari nomor Raga. Raga memintanya datang kerumahnya, setelah membaca pesan itu lantas Kezia pun langsung bergegas pergi. Tapi anehnya kenapa sampai rumah Raga justru Raga terlihat terkejut melihat kedatangannya?“Aku yang suruh dia datang kesini, Mas. Aku kirim pesan kedia lewat ponselmu,” sahut Kania yang tiba-tiba datang menghampiri suami dan selingkuhan suaminya itu.Yup benar, Kania lah yang meminta Kezia datang kerumahnya. Untuk apa? Jelas untuk membongkar kebohongan Kezia.Setelah berhari-hari diam memikirkan masalahnya dengan Naren, Kania memutuskan untuk segera membongkar kebohongan Kezia, dengan begitu ia bisa segera memberitahu kehamilannya pada Raga sebelum adanya fitnah-fitnah tentang kehamilannya. Itulah kenapa saat ini Kania meminta Kezia datang kerumahny
Sepanjang perjalanan pulang Kania tidak henti-hentinya menangis, bahkan tangisannya itu berhasil membuat seorang supir taxi kebingungan dan khawatir dibuatnya. Beberapa kali supir itu menanyakan apa yang membuatnya menangis tapi bukannya menjawab pertanyaan supir itu, Kania justru hanya diam dan terus menangis.Alasan yang membuat Kania menangis adalah karena kejadian beberapa saat yang lalu. Saat dirinya dikejutkan dengan kejadian yang amat sangat tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kania dan Naren terbangun disebuah ranjang yang sama dengan Naren yang bertelanjang dada. Kaget? Jelas sekali. Bahkan kaget saja tidak cukup untuk mendeskripsikan apa yang Kania rasakan tadi. Semuanya terjadi begitu saja, entah bagaimana ceritanya keduanya bisa tidur diranjang yang sama. Bahkan karena saking kaget dan marah Kania sempat menampar Naren karena wanita itu merasa dijebak oleh Naren.Setelah menempuh perjalanan hampir 20 menit akhirnya Kania sampai dirumahnya. Sekarang waktu sudah menunjukk
“Kamu lagi, ngapain sih kamu datang kesini? Belum cukup jelas dengan apa yang aku bilang kalau aku benar-benar hamil anaknya mas Raga?”Lagi, entah untuk keberapa kalinya Kania kembali menemui Kezia. Wanita itu bahkan sama sekali tidak memperdulikan peringatan Raga untuk tidak lagi menemui Kezia. Kania tidak akan berhenti menemui Kezia sebelum Kezia mengakui kebohongannya.“Kamu pikir aku bisa dengan mudah mempercayaimu? Aku tahu kamu itu tidak hamil. Sudahlah Kezia, lebih baik kamu mengakuinya saja.”“Kalau iya kenapa? Iya aku berbohong! Aku tidak hamil!” Bentak Kezia kemudian. Tampaknya wanita itu sudah cukup muak mendapat penekanan dari Kania. Kezia mengakui kebohongannya didepan Kania karena merasa sudah cukup muak. Kezia berpikir jika hanya Kania yang mengetahui itu tidak akan berdampak buruk baginya karena Kezia yakin Raga lebih mempercayai kebohongannya dibanding kebenaran yang istrinya katakan. Jadi untuk sekarang tidak masalah jika Kania tahu, pikir Kezia.Sebuah senyuman pu
Sejak hari dimana Kania mendatanginya ke apartment dan menuduhnya berpura-pura hamil, Kezia tidak pernah lepas dari teroran Kania. Lebih tepatnya hampir setiap hari ada saja hal yang Kania lakukan demi membongkar kebohongannya. Hal itu tentunya membuat Kezia sangat merasa terancam, karena kalau sampai Kania berhasil memberikan bukti bahka Kezia tidak hamil, maka bukan hanya tidak jadi dinikahi Raga, Kezia pasti juga akan langsung dijauhi oleh Raga.“Sial*n! Wanita itu selalu saja menerorku. Aku tidak bisa tinggal diam, kalau sampai dia berhasil temuin bukti kalau aku tidak hamil, bisa mati aku nanti.”Sepulang bekerja Kezia tidak berhenti mengumpat. Wanita itu benar-benar kesal dengan Kania. Kezia juga heran memikirkan bagaimana Kania bisa tahu alamat tempat tinggalnya karena kalau saja Kania tidak tahu tempat tinggalnya pasti wanita itu tidak akan menguping obrolannya dengan sepupunya tempo hari.Saat hendak masuk kedalam lift menuju lantai tempat dimana unit apartmennya berada, Kezi
“Kamu yakin ini alamatnya?”Naren mengangguk.“Kebetulan aku punya teman yang tinggal disini dan dia pernah melihat Kezia disini. Kamu masuk sendiri tak apa kan? Takutnya kalau Kezia lihat kamu datang sama aku yang ada dia bakal fitnah-fitnah kamu.”Kania mengangguk. Wanita itu segera turun dari mobil Naren dan mulai berjalan memasuki gedung apartment yang diyakini adalah tempat tinggal Kezia.Hari ini, setelah beberapa hari berpikir akhirnya Kania memberanikan diri menemui Kezia. Kania ingin memastikan apakah Kezia benar-benar hamil anak Raga atau bukan karena jujur saja ia tidak ikhlas suaminya menikahi Kezia apalagi jika terbukti Kezia tidak hamil.Setelah cukup lama mencari unit apartment yang ditinggali Kezia, akhirnya Kania menemukannya. Baru ingin berjalan menuju unit itu, tiba-tiba langkah Kania terhenti begitu melihat Kezia baru saja keluar dari apartmentnya bersama seorang wanita entah siapa Kania juga tidak kenal.Karena penasaran akhirnya Kania pun memilih untuk bersembuny
Sejak hari dimana Raga meminta izin pada Kania untuk menikahi Kezia, sikap Kania langsung berubah. Wanita itu jadi sering melamun dan bahkan beberapa kali terlihat menghindar dari suaminya. Bukan tanpa alasan kenapa Kania melakukan hal itu, selain karena masih cukup kecewa, ia juga takut ditagih jawaban oleh suaminya itu karena jujur saja sampai saat ini ia belum mempunyai jawaban. Walaupun sebenarnya ingin sekali mengatakan tidak ingin memberikan izin.Perubahan sikap Kania itu juga disadari oleh Raga. Pria itu berusaha untuk berbuat baik pada istrinya, setidaknya perbuatannya itu bisa sedikit menebus kesalahannya. “Mas pulang duluan saja, aku masih ada pekerjaan sedikit lagi.”Baru ingin diajak pulang, tiba-tiba Kania sudah mengatakan jika wanita itu masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan dan belum bisa pulang. Sebagai suami sekaligus CEO dikantor, Raga pun langsung meminta istrinya itu untuk melanjutkan pekerjaannya esok hari.“Pekerjaan apalagi? Lanjutkan besok saja. Kamu ti
“Mas Raga kenapa? Aku perhatikan sejak tadi kok diam? Ada yang lagi dipikirin? Atau lagi ada masalah dikantor?”Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah 3 hari sejak Kania dirawat dirumah sakit, sejak saat itu sikap Raga sangat baik padanya. Keduanya sering pergi bersama kerumah sakit untuk menjenguk tuan Salim. Raga sendiri sudah melarang Kania ikut dengannya kerumah sakit agar wanita itu bisa istirahat dirumah tapi Kania terus memaksa ikut sehingga akhirnya pria itupun mengalah. “Aku cuma kepikiran papa. Apa papa seperti ini karenaku? Sebelumnya papa tidak pernah sakit seperti ini, tapi setelah bertengkar denganku waktu itu papa langsung sakit seperti ini.”Jujur saja Raga merasa sangat bersalah atas sakit yang saat ini papanya derita. Pria itu merasa jika ialah penyebab papanya sakit.Selama beberapa hari ini tepatnya saat Raga sering menjenguk papanya, Kania juga sudah menyadari perubahan sikap suaminya itu. Raga jadi lebih sering melamun dan sedih. Ternyata penyebabnya kare