Saat ini Kania sedang dalam perjalanan menuju kantor bersama Raga. Selama perjalanan Kania tidak berhenti tersenyum mengingat dirinya dan Raga sudah melakukan kewajiban yang biasanya dilakukan sepasang suami istri. Menyadari istrinya sejak tadi tidak berhenti tersenyum membuat Raga langsung menoleh. “Ngapain kamu sejak tadi tersenyum terus? Seneng ya lihat aku kena amukan papa tadi pagi?” Tanyanya kemudian. Raga merasa jika alasan yang membuat Kania sejak tadi tidak bisa berhenti tersenyum adalah karena melihatnya mendapat amukan dari papanya tadi pagi.“Nggak kok. Mas Raga lupa ya apa yang sudah terjadi semalam?”“Apa? Oh jangan bilang kamu yang sudah mengadu ke papa kalau aku pulang mabuk?” Mendapat tuduhan seperti itu lantas Kania langsung menggeleng. Wanita itu berani bersumpah jika bukan dirinya yang memberitahu tuan Salim. Bahkan Kania juga bingung kenapa tuan Salim bisa tahu kalau semalam Raga pulang dalam keadaan mabuk karena seingatnya ia sudah membawa Raga kekamar dengan a
“Beresin kerjaanmu, aku tunggu dimobil!”Kania yang tadinya sedang fokus mengerjakan pekerjaannya dibuat kaget saat tiba-tiba Raga masuk kedalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Dengan tatapan bingung Kania melirik jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 9 pagi. Bukankah masih cukup lama untuk jam istirahat? Lalu kenapa tiba-tiba suaminya memintanya membereskan pekerjaannya dan menunggunya di mobil? Pikir Kania.“Mau kemana mas? Ini masih pagi untuk jam makan siang.”“Bisa tidak turuti saja perintahku tanpa bertanya? Aku kasih waktu 5 menit, kamu sudah harus menyusul ke mobil.” Tepat setelah mengatakan hal ini Raga langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Kania, meninggalkan Kania yang tampak masih kebingungan memikirkan kenapa suaminya memintanya untuk segera membereskan pekerjaannya sekarang juga.Beberapa saat yang lalu tuan Salim mendatangi Raga diruangannya. Melihat kedatangan papanya tentunya membuat Raga cukup terkejut. Pria itu takut papanya masih in
“Mas Raga kemana sih daritadi dihubungin nggak bisa. Dikantor juga nggak ada lagi tadi!”Sejak tadi Kezia tidak bisa berhenti mengomel karena Raga sangat sulit dihubungi. Siang tadi wanita itu sudah sempat mendatangi kantor Raga tapi ternyata Raga tidak ada disana.“Aneh, nggak biasanya mas Raga susah dihubungin. Apa jangan-jangan dia sengaja ngehindarin aku karena nggak mau tanggung jawab nikahin aku?”Seketika semua pikiran-pikiran buruk pun keluar dari isi kepala Kezia. Wanita itu takut jika dugaannya itu benar, tentang Raga yang sengaja menghindar agar tidak jadi menikahinya.“Apa aku kerumahnya saja? Tapi kalau sampai pak tua itu lihat aku datang kerumahnya yang ada aku bisa diusir. Ckk mas Raga juga kemana sih!”:::Ditempat lain tepat pukul 10 malam Raga dan Kania akhirnya sampai dikampung halaman tempat kedua orang tua Kania tinggal. Hampir 10 jam lamanya keduanya menempuh perjalanan dari Jakarta dengan menggunakan mobil. Sebenarnya bisa saja mereka pergi naik kereta atau pes
“Mas Raga mau kemana? Ini sudah malam loh.”Sekitar 1 jam yang lalu Raga dan Kania baru saja sampai di Jakarta. Mereka sampai pukul 7 malam, dan sekarang setelah waktu menunjukkan hampir jam 8 malam Kania melihat suaminya sudah berpakaian rapi dan terlihat ingin pergi. Melihat hal itu Kania pun langsung bertanya kemana suaminya itu akan pergi malam-malam begini.“Aku ada urusan diluar sebentar, nanti tidur duluan saja tidak usah menungguku.”“Urusan apa? Mas mau menemui Kezia kan?” Tanya Kania dengan tatapan penuh kecurigaan.Bukannya ingin memfitnah suaminya atau menuduh tanpa alasan, tadi saat Raga sedang berada dikamar mandi, Kania sempat melihat ada cukup banyak panggilan dan pesan yang masuk dari Kezia tepat saat ponsel suaminya itu sedang di charger. Kania yakin sekarang suaminya pasti ingin menemui Kezia dengan dalih ada urusan diluar.“Kita baru sampai, mas Raga juga pasti capek nyetir seharian. Sebaiknya besok saja temuin Kezia nya, sekarang mas Raga istirahat karena besok ju
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah 1 bulan berlalu sejak Raga dan Kania pulang dari kampung halaman rumah orang tua Kania. Semenjak itu sikap Raga jadi berubah semakin dingin pada Kania. Bukan hanya Kania, Kezia pun juga mendapat perlakuan dingin dari pria itu.Bukan tanpa alasan kenapa Raga tiba-tiba bersikap seperti itu terlebih pada Kezia yang selama ini pria itu bahkan tidak pernah cuek padanya.Alasan yang membuat Raga berubah menjadi dingin adalah karena beberapa alasan, salah satunya adalah karena pusing memikirkan kehamilan Kezia dan ancaman papanya tempo hari. Ancaman jika dirinya ketahuan bertemu dengan Kezia sekali lagi saja maka papanya akan benar-benar mencoret namanya dari ahli waris kekayaannya.Ditengah aktifitasnya mengerjakan pekerjaan kantor, Raga dikejutkan dengan ponselnya yang tiba-tiba berdering. Terlihat nama Kezia yang saat ini sedang menghubunginya.Bingung, mungkin kata itulah yang bisa mendeskripsikan apa yang saat ini Raga rasakan. Pria itu bi
“Mas Raga? Mas ada yang mau aku kasih tahu ke kamu. Aku sedang..,”“Darimana saja kamu? Enak habis keluyuran bersama pria lain sampai baru pulang jam segini?”Kania yang baru saja pulang dari rumah sakit dan hendak memberitahu kabar kehamilannya pada suaminya itu seketika langsung terdiam tat kala mendapat bentakan. Wanita itu cukup terkejut saat Raga menuduhnya pergi bersama pria.“Tadi Naren bilang kamu pulang lebih awal karena pusing, tapi kenapa saat aku pulang kamu tidak ada dirumah? Dan sekarang dengan santai kamu pulang jam segini? Pergi sama siapa kamu? Naren?”“Mas, aku..,”“RAGA!!” Belum sempat Kania melanjutkan ucapannya guna menjelaskan kemana ia pergi tadi, suara teriakan tuan Salim memanggil nama Raga terdengar sangat keras, bahkan suaranya itu cukup terdengar keras sampai dikamar Raga dan Kania yang berada dilantai 2.Tanpa pikir panjang Raga pun segera turun kebawah untuk menemui papanya dengan diikuti oleh Kania dibelakangnya. Begitu sampai bawah, betapa terkejutnya
“Mas Raga.”Raga yang baru saja menyesap kopi miliknya langsung menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya. Pria tersenyum tat kala seseorang yang sejak tadi ia tunggu akhirnya datang juga.“Kania, duduklah.”Yup Kania. Saat ini wanita itu sedang berada disebuah cafe guna menemui sang suami yang beberapa saat lalu menghubunginya kemudian mengajaknya bertemu.Terhitung sudah 1 minggu lamanya Raga diusir dari rumahnya. Selama 1 minggu itu juga Raga tidak diperbolehkan datang ke kantor oleh papanya. Raga benar-benar terancam dikeluarkan namanya dari ahli waris keluarganya. Karena tidak ingin hal itu sampai terjadi, akhirnya Raga memutuskan untuk meminta bantuan Kania membujuk papanya agar mau memaafkannya.“Kania, kamu apa kabar?” Tanya Raga basa-basi.Mendengar suaminya menanyakan kabarnya tentu membuat Kania tersenyum kecut. Oh bukankah jarang sekali bahkan hampir tidak pernah suaminya itu menanyakan kabarnya? Lalu lihatlah sekarang, tiba-tiba pria itu menanyakan kabarnya. Ap
“Ma, bagaimana keadaan papa? Kenapa papa bisa masuk rumah sakit?”Dengan ekspresi penuh kekhawatiran Raga yang baru saja sampai di rumah sakit langsung menghampiri mamanya untuk menanyakan kondisi papanya. “Nggah tahu, papamu masih diperiksa didalam. Tadi papamu tiba-tiba saja merintih kesakitan terus pingsan.”Tidak lama setelahnya dokter yang menangani tuan Salim keluar dari ruangan periksa. Melihat hal itu nyonya Anggun pun segera menanyakan kondisi suaminya.“Bisa ikut saya sebentar? Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan pada anda mengenai kondisi suami anda. Mari ikut saya,” ucap sang dokter sebelum kemudian melangkahkan kakinya keruangannya dengan diikuti oleh nyonya Anggun.Kini hanya ada Raga, Kania dan Naren yang berada didepan kamar inap tempat dimana tuan Salim dirawat. Raga yang baru saja menyadari keberadaan istrinya dan Naren langsung menatap curiga kearah mereka.“Naren, ngapain kamu disini?”“Maaf pak, tadi saya mengantar bu Kania kesini.”“Memangnya Kania tidak
“Malam ini kamu menginap disini saja. Biar kalau ada apa-apa Raga bisa langsung datangin kamu. Lagipula kamu juga baru keguguran pasti butuh perhatian lebih, iya kan Raga?”Sambil tersenyum nyonya Anggun menatap sang anak. Menunggu anaknya itu mengiyakan pertanyaannya. Tapi sayangnya sang anak hanya diam dan malah langsung pergi begitu saja.“Maaf ya Kezia, mungkin Raga masih sedih karena kehilangan calon anak kalian. Ayo mama antar ke kamarmu.”Kezia mengangguk sebelum kemudian berjalan mengikuti nyonya Anggun kekamar yang akan dia tempati.Beberapa saat yang lalu sepulang dari klinik, nyonya Anggun sengaja mengajak Kezia pulang dan menginap dirumahnya. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan lantas Kezia pun langsung setuju untuk menginap dirumah yang mungkin sebentar lagi akan menjadi rumahnya juga...Disisi lain Raga yang baru saja masuk kedalam kamar langsung berjalan menuju jendela kaca. Pria itu tampak menghela napasnya panjang tat kala tidak melihat keberadaan istrinya. Walaupu
“Keguguran dok?”“Iya, pasien mengalami pendarahan yang cukup parah sampai akhirnya keguguran.”Saat ini Raga sedang berada disebuah klinik yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tadi saat dalam perjalanan Kezia pura-pura merasakan kesakitan, wanita itu meminta Raga membawanya ke klinik alih-alih rumah sakit dengan alasan sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya.Alasan kenapa Kezia memilih klinik adalah karena jika wanita itu dibawa kerumah sakit maka semua kebohongannya akan terbongkar. Dokter akan mengatakan jika dia tidak hamil. Berbeda dengan klinik karena tanpa disengaja ternyata ada salah satu teman dekatnya yang bekerja diklinik itu. Kezia sempat meminta tolong pada teman dekatnya untuk berpura-pura mengatakan jika ia keguguran dengan begitu ia tidak akan kesusahan pura-pura hamil lagi. Bodohnya Raga dan nyonya Anggun percaya begitu saja. Padahal mereka sama sekali tidak tahu bahkan melihat Kezia mengalami pendarahan.“Mas.” Dengan ekspresi wajah yang dibuat penuh kesed
“Kezia, ngapain kamu kesini?”Malam-malam Raga sudah dikejutkan dengan kedatangan Kezia kerumahnya. “Loh bukannya mas Raga tadi yang kirim pesan ke aku dan minta aku kesini?”Beberapa saat yang lalu Kezia mendapat pesan dari nomor Raga. Raga memintanya datang kerumahnya, setelah membaca pesan itu lantas Kezia pun langsung bergegas pergi. Tapi anehnya kenapa sampai rumah Raga justru Raga terlihat terkejut melihat kedatangannya?“Aku yang suruh dia datang kesini, Mas. Aku kirim pesan kedia lewat ponselmu,” sahut Kania yang tiba-tiba datang menghampiri suami dan selingkuhan suaminya itu.Yup benar, Kania lah yang meminta Kezia datang kerumahnya. Untuk apa? Jelas untuk membongkar kebohongan Kezia.Setelah berhari-hari diam memikirkan masalahnya dengan Naren, Kania memutuskan untuk segera membongkar kebohongan Kezia, dengan begitu ia bisa segera memberitahu kehamilannya pada Raga sebelum adanya fitnah-fitnah tentang kehamilannya. Itulah kenapa saat ini Kania meminta Kezia datang kerumahny
Sepanjang perjalanan pulang Kania tidak henti-hentinya menangis, bahkan tangisannya itu berhasil membuat seorang supir taxi kebingungan dan khawatir dibuatnya. Beberapa kali supir itu menanyakan apa yang membuatnya menangis tapi bukannya menjawab pertanyaan supir itu, Kania justru hanya diam dan terus menangis.Alasan yang membuat Kania menangis adalah karena kejadian beberapa saat yang lalu. Saat dirinya dikejutkan dengan kejadian yang amat sangat tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kania dan Naren terbangun disebuah ranjang yang sama dengan Naren yang bertelanjang dada. Kaget? Jelas sekali. Bahkan kaget saja tidak cukup untuk mendeskripsikan apa yang Kania rasakan tadi. Semuanya terjadi begitu saja, entah bagaimana ceritanya keduanya bisa tidur diranjang yang sama. Bahkan karena saking kaget dan marah Kania sempat menampar Naren karena wanita itu merasa dijebak oleh Naren.Setelah menempuh perjalanan hampir 20 menit akhirnya Kania sampai dirumahnya. Sekarang waktu sudah menunjukk
“Kamu lagi, ngapain sih kamu datang kesini? Belum cukup jelas dengan apa yang aku bilang kalau aku benar-benar hamil anaknya mas Raga?”Lagi, entah untuk keberapa kalinya Kania kembali menemui Kezia. Wanita itu bahkan sama sekali tidak memperdulikan peringatan Raga untuk tidak lagi menemui Kezia. Kania tidak akan berhenti menemui Kezia sebelum Kezia mengakui kebohongannya.“Kamu pikir aku bisa dengan mudah mempercayaimu? Aku tahu kamu itu tidak hamil. Sudahlah Kezia, lebih baik kamu mengakuinya saja.”“Kalau iya kenapa? Iya aku berbohong! Aku tidak hamil!” Bentak Kezia kemudian. Tampaknya wanita itu sudah cukup muak mendapat penekanan dari Kania. Kezia mengakui kebohongannya didepan Kania karena merasa sudah cukup muak. Kezia berpikir jika hanya Kania yang mengetahui itu tidak akan berdampak buruk baginya karena Kezia yakin Raga lebih mempercayai kebohongannya dibanding kebenaran yang istrinya katakan. Jadi untuk sekarang tidak masalah jika Kania tahu, pikir Kezia.Sebuah senyuman pu
Sejak hari dimana Kania mendatanginya ke apartment dan menuduhnya berpura-pura hamil, Kezia tidak pernah lepas dari teroran Kania. Lebih tepatnya hampir setiap hari ada saja hal yang Kania lakukan demi membongkar kebohongannya. Hal itu tentunya membuat Kezia sangat merasa terancam, karena kalau sampai Kania berhasil memberikan bukti bahka Kezia tidak hamil, maka bukan hanya tidak jadi dinikahi Raga, Kezia pasti juga akan langsung dijauhi oleh Raga.“Sial*n! Wanita itu selalu saja menerorku. Aku tidak bisa tinggal diam, kalau sampai dia berhasil temuin bukti kalau aku tidak hamil, bisa mati aku nanti.”Sepulang bekerja Kezia tidak berhenti mengumpat. Wanita itu benar-benar kesal dengan Kania. Kezia juga heran memikirkan bagaimana Kania bisa tahu alamat tempat tinggalnya karena kalau saja Kania tidak tahu tempat tinggalnya pasti wanita itu tidak akan menguping obrolannya dengan sepupunya tempo hari.Saat hendak masuk kedalam lift menuju lantai tempat dimana unit apartmennya berada, Kezi
“Kamu yakin ini alamatnya?”Naren mengangguk.“Kebetulan aku punya teman yang tinggal disini dan dia pernah melihat Kezia disini. Kamu masuk sendiri tak apa kan? Takutnya kalau Kezia lihat kamu datang sama aku yang ada dia bakal fitnah-fitnah kamu.”Kania mengangguk. Wanita itu segera turun dari mobil Naren dan mulai berjalan memasuki gedung apartment yang diyakini adalah tempat tinggal Kezia.Hari ini, setelah beberapa hari berpikir akhirnya Kania memberanikan diri menemui Kezia. Kania ingin memastikan apakah Kezia benar-benar hamil anak Raga atau bukan karena jujur saja ia tidak ikhlas suaminya menikahi Kezia apalagi jika terbukti Kezia tidak hamil.Setelah cukup lama mencari unit apartment yang ditinggali Kezia, akhirnya Kania menemukannya. Baru ingin berjalan menuju unit itu, tiba-tiba langkah Kania terhenti begitu melihat Kezia baru saja keluar dari apartmentnya bersama seorang wanita entah siapa Kania juga tidak kenal.Karena penasaran akhirnya Kania pun memilih untuk bersembuny
Sejak hari dimana Raga meminta izin pada Kania untuk menikahi Kezia, sikap Kania langsung berubah. Wanita itu jadi sering melamun dan bahkan beberapa kali terlihat menghindar dari suaminya. Bukan tanpa alasan kenapa Kania melakukan hal itu, selain karena masih cukup kecewa, ia juga takut ditagih jawaban oleh suaminya itu karena jujur saja sampai saat ini ia belum mempunyai jawaban. Walaupun sebenarnya ingin sekali mengatakan tidak ingin memberikan izin.Perubahan sikap Kania itu juga disadari oleh Raga. Pria itu berusaha untuk berbuat baik pada istrinya, setidaknya perbuatannya itu bisa sedikit menebus kesalahannya. “Mas pulang duluan saja, aku masih ada pekerjaan sedikit lagi.”Baru ingin diajak pulang, tiba-tiba Kania sudah mengatakan jika wanita itu masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan dan belum bisa pulang. Sebagai suami sekaligus CEO dikantor, Raga pun langsung meminta istrinya itu untuk melanjutkan pekerjaannya esok hari.“Pekerjaan apalagi? Lanjutkan besok saja. Kamu ti
“Mas Raga kenapa? Aku perhatikan sejak tadi kok diam? Ada yang lagi dipikirin? Atau lagi ada masalah dikantor?”Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah 3 hari sejak Kania dirawat dirumah sakit, sejak saat itu sikap Raga sangat baik padanya. Keduanya sering pergi bersama kerumah sakit untuk menjenguk tuan Salim. Raga sendiri sudah melarang Kania ikut dengannya kerumah sakit agar wanita itu bisa istirahat dirumah tapi Kania terus memaksa ikut sehingga akhirnya pria itupun mengalah. “Aku cuma kepikiran papa. Apa papa seperti ini karenaku? Sebelumnya papa tidak pernah sakit seperti ini, tapi setelah bertengkar denganku waktu itu papa langsung sakit seperti ini.”Jujur saja Raga merasa sangat bersalah atas sakit yang saat ini papanya derita. Pria itu merasa jika ialah penyebab papanya sakit.Selama beberapa hari ini tepatnya saat Raga sering menjenguk papanya, Kania juga sudah menyadari perubahan sikap suaminya itu. Raga jadi lebih sering melamun dan sedih. Ternyata penyebabnya kare