Keenakan membuat Datuk apalagi Prem lupa diri, waktu 40 harian hampir tiba, yang artinya kapal yang akan membawa mereka ke Manila dalam hitungan hari akan tiba di Pulau Molo.Badalo bukannya tak tahu soal ini. Tapi dia seakan beri peluang buat kedua bangor tampan ini, bersama kedua wanita cantik ini.Kalau sudah sang kepala suku merestui, tak ada satupun warga pulau ini yang berani menganggu Prem dan Datuk. Apalagi keduanya dianggap pahlawan bagi warga pulau ini. Sehari jelang kapal itu datang dari Manila, malamnya Prem dan Datuk di panggil Badalo. Senyum merekah di bibir Badalo ketika menatap wajah sumringah Prem.“Terima kasih buat Prem, yang sudah hapuskan kutukan buat putriku, kutukan itu sudah berlangsung lebih 1 tahunan, kini anakku sudah bebas dari kutukan bau badan yang hampir saja bikin dia bunuh diri!”Prem langsung tercengang. Dia saling pandang dengan Datuk, yang anehnya senyum-senyum saja mendengar ucapan Badalo.Datuk seolah-olah sudah tahu hal ini, tapi sengaja meraha
“Pilihan yang sulit Bang!’ Prem menyedot rokok lintingan yang ternyata sangat nikmat, wajah cantik Imala masih membayang di pelopok matanya.Walaupun pandangannya ke laut lepas, tapi senyum Imala dan harum bunga mawar campur melati di tubuh gadis seakan masih melekat di hidungnya.Tapi Prem salah besar kalau mengira Datuk ikut-ikutan baper lihat kelakuannya, alih-alih begitu, Datuk malah senyum-senyum saja. “Dasar anak muda, segitunya.” Pikirnya senyum sendiri.“Bukannya di masa depan banyak cewek cantik?” Datuk sambil bicara begitu, dia menahan tawa melihat kelakuan Prem begitu.“Banyak sih…tapi..?” Prem menggantung kalimatnya.“Nggak ada yang seenak Imala ya goyangannnya?” Datuk sudah dari tadi ingin meledak tertawa.“Lhaa…kok…Abang tahu?” Prem balik bertanya.Datuk akhirnya tertawa lepas, lagi-lagi Prem harus akui, begitu tertawa lepas si Lee Min Hoo di masa lalu ini benar-benar seorang pria tampan paripurna. Apalagi cambang bauknya yang mulai tumbuh tipis, setelah di pangkas Amona
Begitu masuk ke hotel, Prem langsung menuju ke arah kamar di mana David berada, begitu mendekati kamar di mana David tadi masuk. Tiga centeng David langsung berniat menghalanginya.Tapi Prem kali ini tak mau bertindak tanggung, secepat kilat dia mencabut pistolnya, dorr…dorrr…dorr 3X tembakan tepat menembus dahi ke tiga centeng apes ini. Ketiganya melongsor di lantai tak bergerak lagi.Dengan tatapan dingin Prem kini menuju pintu kamar hotel ini, yang dia yakini di sinilah David tadi masuk bersama teman wanitanya.Sekali tendang pintu kamar hotel ini jebol, Prem mengarahkan pistolnya, tepat saat David aseek menggumuli teman kencannya."Heii bangsat...eh k-kau...!" David seolah melihat hantu di siang bolong.Usia berkata begitu, dorr…pistol Prem menyalak, sebuah timah panas langsung menerpa wajah si bule ini, David tersentak ke belakang dan tewas seketika, diiringi teriakan ngeri teman wanitanya. “Tenang, aku tak mengganggu kamu.” Prem mendekat mayat David, dia membalik tubuh yang s
“Ini misi berbahaya Prem?” Imelda rada ragu, Prem tertawa kecil.“Kerjaan kita kan memang selalu berbahaya Imelda. Jangan khawatir, aku siap dengan segala resiko!” Prem beri penegasan, hingga Imelda mengangguk.“Baiklah Prem, kita akan bertemu di tempat ini.” Imelda pun menyebutkan sebuah tempat. Prem mengangguk paham.“Aku harus kembali ke markas, untuk laporkan kematian David dan anak buahnya, sampai ketemu lagi.” keduanya bercipika-cipika.Saat Prem ingin memeluknya, tangan Imelda langsung mengibaskannya.“Jangan ganjen, saat kamu lihat aku telanjang, itu bonus. Tugas kita harus siap dengan segala resiko.” Ejek Imelda mengulang ucapan Prem tadi sambil mencubit perut pemuda ini.Imelda masih ingat bagaimana jelalatannya mata Prem melihatnya telanjang kala di kamar hotel itu, saat berkencan dengan David.“Apes dah, benar kata Bang Datuk, aku ini memang playboy cap biawak, tak bisa lihat yang denok-denok,” gumam Prem, lalu tertawa sendiri dan dia pun kembali ke hotel, karena ini sudah
“Bang…!” Prem berteriak sambil menggoyangkan tubuh Datuk, sampai 4 orang yang berada di perahu ini ikut menoleh.Tapi saat tahu kondisi Datuk, mereka hanya bisa menghela nafas, paham kondisi pria tampan berwajah mendung itu agaknya tak bisa di selamatkan lagi.Wajah Datuk yang makin pucat terbuka matanya. Dia memberi tanda agar Prem mendekat, dengan sisa tenaganya Datuk membisikan sesuatu. Lalu tubuh Datuk melemah dan lunglai sambil mulutnya komat-kamit.Datuk Hasim Zailani, generasi ke 7 keluarga Hasim Zailani meninggal dunia dalam pelukan paman sepupunya, yang selalu panggil dirinya Abang, karena usianya lebih tua.Datuk yang punya nama Dean Tanaka saat tinggal di Jepang, tewas setelah 2 peluru menembus dadanya dan mengenai jantungnya.Prem pun tak kuasa menahan tangis, dia menangis tanpa bersuara. Dua tetes bening mengalir di pipinya.Tak dia sangka, malam ini dia akan kehilangan kemenakannya yang memutuskan tinggal di alam masa lalu, di usia yang masih muda, 32 tahun.Prem terus m
Prem yang saat ini berdiri tak jauh dari depan hotelnya menoleh. Tanpa dia sadari, gaya elegan, dingin dan murung tercipta alami pada dirinya.Jas panjang baru dan topi fedora yang di beli Datuk namun tak sempat di kenakannya di ambil Prem dan kini di pakainya. Pakaian ini terlihat cocok dan serasi sekali di badan tinggi kokohnya.Prem lupa, Datuk pernah berkata, kelak dirinya akan ‘masuk’ alias reinkarnasi ke tubuh Prem. Apakah saat ini 'roh' Datuk sudah masuk ke tubuh Prem..?Pemuda ini makin murung ingat keluarganya di masa depan. “Moga saja Bang Dato dan Bang Nara tak marah aku gagal selamatkan Bang Datuk,” Prem menghela nafas panjang.Dan inilah yang terjadi saat ini, gaya Prem berbeda 180 derajat, tak lagi suka cengengesan, namun berubah cool dan pendiam.“Imelda…!” Prem menyapa dan menatap gadis cantik yang tadi memanggilnya.“Tuan Prem, aku turut berduka, kabarnya Abang tuan yang bernama Datuk Hasim Zailani turut jadi korban saat pertempuran melawan pemberontak beberapa hari y
Prem mendarat di Jepang setelah berjam-jam penerbangan, agak ngeri juga pemuda ini naik pesawat jaman dulu, yang tentu saja tak secanggih pesawat di masa depan.“Heran, kok Datuk betah sekali di masalalu, naik pesawat kayak naik andong saja. Goyang mulu hingga berjam-jam,” batin Prem sambil bergidik menatap kembali pesawat komersil milik perusahaan Eropa ini.Prem lalu pesan taksi menuju ke sebuah hotel di kota Tokyo ini. Jepang tentu jauh lebih maju di bandingkan Philipina.Kota Tokyo menjelma jadi kota metropolitan yang sangat pesat pembangunannya di jaman itu. Perang yang luluh lantakan Hiroshima dan Nagasaki seakan tak berdampak bagi kota Tokyo.Hanya satu jam istirahat di hotel bintang 5 yang termasuk paling mewah dan termahal di kota ini, pemuda ini jalan lagi.Prem menuju ke sebuah toko emas yang sudah di beritahu Datuk sebelumnya. Toko Mamato Royal inilah tujuannya, berada di sebuah mal mewah di jantung kota Tokyo.Pelayannya kaget saat Prem bilang ingin bertemu Tuan Mamato, s
Sampai di kamar hotel, Prem langsung menahan Nagai yang ingin lepas kimononya. “Tunggu dulu nona Nagai, kita ngobrol saja, waktu kita kan panjang. Seminggu loh, boleh kan..?”Nagai pun mengangguk, dia merapikan lagi kimononya, yang sempat terbuka di bagian dada, dan Prem nyalang juga melihat isinya yang wow.“Apakah Tuan Prem ada yang ingin di tanyakan..?”Terkaget-kaget juga Prem sempat bengong dengan pemandangan aduhai tadi. Nagai ternyata paham tatapan Prem itu, terlihat wanita ini sangat cerdik.Agaknya Nagai bisa menebak apa yang ingin Prem rencanakan buatnya.Prem mengambil minuman dingin yang ada di dalam kulkas, lalu menyodorkan ke Nagai, yang diterima dengan senyuman manis.“Kamu cantik sekali Nagai, aku jadi ingat pemain film dewasa dari negeri kalian ini, namanya persis nama kamu!”“Film dewasa…masa sih? Oh ya emank ada film begituan...baru dengar aku?" wajah Nagai terlihat bengong.“Waduhhh…maaf aku lupa ini masa lalu bukan masa depan!” Prem kaget sendiri, karena keceplosa
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman