“Kamu mau kemana?” Datuk memandang Prem yang terlihat berpenampilan rapi malam ini. Prem menoleh lalu tertawa kecil. “Ada dehh…!!”Ini adalah hari ke 10 kapal ini meninggalkan pelabuhan di Jakarta, yang artinya masih lebih dari separu perjalanan lagi baru sampai di pelabuhan Osaka Jepang.Sejak bertemu Kimberly, baru kali ini Prem ada kesempatan bisa berkunjung ke kamar gadis cantik itu.Dua hari yang lalu Kimberly bilang malam ini dia santai, sedangkan beberapa hari yang lalu dia sibuk bersama teman dan keluarganya. Juga David yang terus menempatkan anak buahnya, menjaga dirinya.“Ada janji dengan seseorang Bang, buat happy-happy saja!” sahut Prem santai, Datuk hanya memandang sekilas.“Ya sudah hati-hati…aku dapat kabar burung. Di kapal ini ada kelompok mafia kejam yang ikut berlayar!” Datuk memperingatkan.Prem kaget, tapi setelahnya dia bersikap biasa lagi. “Bawalah senjata, kita tak tahu apa yang terjadi.” Lagi-lagi Datuk memperingatkan paman sepupunya ini. Prem yang awalnya i
Datuk langsung berbisik agar mereka menyerah dan jangan bersikap melawan. “Kondisi kita masih lemah dan tak tahu ada di mana kita kini.” bisik Datuk tenang, Prem pun mengangguk. Kagum dengan ketenangan sang kemenakan ini.Keduanya di giring puluhan orang ini ke desa mereka. “Bang wajah mereka kok kayak orang-orang Kalimantan? Jangan-jangan ini pulau Kalimantan!!??” bisik Prem sambil jalan menuju ke desa orang-orang ini.“Ntahlah Prem, bisa jadi! Tapi logat bahasanya asing, kalau Kalimantan aku tahu logatnya!” sahut Datuk lagi.Datuk pernah dulu pernah lama berada di Serawak Malaysia dan bertemu kakek buyut mereka yang namanya sama dengannya (baca bab-bab terdahulu).Desa ini ternyata lumayan ramai, pulau ini pun bukannya kecil, tapi sangat luas. Banyak yang menatap keduanya dengan wajah keheranan. Wajah Datuk dan Prem dianggap beda bagi warga di sini. Keduanya lalu di masukan ke sebuah rumah kosong kecil yang di jaga ketat.Prem lalu coba berkomunikasi dengan dengan bahasa isyarat, y
Prem dan Datuk pun mulai mengajarkan para warga kampung ini cara hadapi musuh. Gara-gara inilah, keduanya makin mahir berbahasa warga di sini.Kepala Suku Badalo pun tak perlu lagi pakai Amona dan Imala, dia kini bisa langsung bercakap dengan kedua pria ini.Tapi satu hal yang bikin keduanya penasaran, terutama Prem, apa yang di sembunyikan warga desa pulau ini, hingga para musuh nekat menyerbu..?“Benar-benar bikin penasaran,” cetus Prem, saat mereka santai usai persiapan hadapi musuh yang bakalan datang sewaktu-waktu.Datuk biasanya hanya senyum saja, tak menyahuti ucapan Prem. Benar-benar tenang dan tak grasa-grusu gaya si Datuk ini, bikin Prem makin kagum saja.Tak lama datang si rambut panjang, yang makin hari di mata Prem makin manis saja. Seakan paham, dengan alasan mau jalan-jalan, Prem menjauh. Beri kesempatan buat Datuk dan Amona berduaan.Saat bersisian dengan Amona, Prem tersenyum dan mengedipkan mata, seakan beri kode buat wanita cantik ini. Amona tertawa kecil saja, lalu
“Apa hubunganmu dengan orang yang pernah jadi Perdana Menteri Jepang itu? Jawab cepat!” bentak Prem.“Dia…pamanku…!” duarrrrr…dan tubuh Kurata Yosiko tersentak ke belakang, dahinya berlubang terkena tembakan senjata api milik salah satu bajak laut yang di rampas Prem sebelumnya.Semua melongo. Hanya satu orang yang tak aneh dengan kelakuan Prem, dialah Datuk.“Sudah…jangan bikin penduduk pulau ini makin jantungan akibat ulahmu liarmu itu!” Datuk menepuk bahu paman sepupunya ini. Prem pun seakan baru sadar.Anak buah para bajak laut yang kini tersisa ketar-ketir tak karuan, mereka ketakutan lihat gaya Prem.Walaupun terlihat paling ‘ramah’ di banding Datuk, tapi justru di balik senyum pemuda ini, tersimpan jiwa yang ganas dan tak kenal ampun.Badalo lalu perintahkan sisa para bajak laut ini di persilahkan pergi dengan sisa perahu yang belum sempat di bakar dan diminta jangan coba-coba lagi ke sini, atau nyawa mereka melayang.Tapi semua senjata dan harta yang mereka bawa di minta di ti
“Sihir…???!!” wajah Prem langsung serius, dia tak pernah takut hadapi musuh-musuh yang kuat sekalipun. Tapi hadapi sihir, ini baru pertama kalinya. Tentu saja hatinya langsung was-was.Namun, lagi-lagi dia harus angkat topi dengan Datuk, pria ini tetap tenang dan tak ada perubahan sama sekali dari wajah mendung tampannya.“Bang…jadi, tadi malam itu yang aku gauli siapa..?”“Mahluk halus yang sengaja menyerupai Imala!”“Astaga..!!!” hampir melompat Prem dari tempat duduknya. Kopi di tangannya sampai tumpah dan mengotori pakaiannya. “Kamu hampir terbawa ke alam roh halus, tapi aku berhasil menarik kamu dan membawa kembali ke alam nyata!” sahut Datuk tetap kalem.“L-lalu…apa yang kulihat Abang dan Amona…apakah itu nyata ataukah ilusi..?”“Itu hampa…aku malah tak tidur semalaman jaga kamu, yang hampir saja masuk ke alam gaib!”Barulah Prem kaget dan sadar saat melihat mata Datuk agak merah, tanda tak tidur satu malaman.Rahang Prem langsung mengeras. “Kurang ajar, siapa orangnya yang mel
Imala sebenarnya lebih cantik dari Amona, juga usianya baru 17 tahun. Kenapa Prem agak risih dan sebenarnya dalam hati menolak mendekati gadis cantik ini…???Saat dulu jadi penterjemah, sebelum kini Prem dan Datuk kini mahir gunakan bahasa Pulau Molo ini, ada keanehan yang di rasakan Prem.Bau badan…!Ya…Imala memiliki bau badan yang aneh dan lebih bau daripada ikan yang mau busuk. Inilah yang bikin Prem risih mendekati Imala.Tapi dari semua wanita yang ada di pulau ini, selain kedua orang ini, tak ada lagi yang terbilang manis dan cantik.Yang bikin Prem merasa aneh, kenapa hanya dia yang merasakan bau badan Imala itu, sedangkan Datuk biasa-biasa saja, termasuk Amona dan sang Kepala Suku, ada apa ini?"Apakah karena pengaruh sihir itu, sehingga hanya aku yang merasakan bau badan Imala?" batin Prem bingung sendiri.Hari kedua setelah bertemu Badalo sang kepala suku yang juga bisa jadi dukun, lagi-lagi Prem mimpi aneh, kali ini lebih serem. Bahkan sangat menakutkan, dalam mimpi dia di
Kita tinggalkan sejenak Prem yang lupa waktu dan lupa diri saat tahu tubuh Imala secara ajaib berubah jadi sangat wangi. Prem kali ini benar-benar mabuk, tapi bukan mabuk karena bau tubuh Imala yang busuk. Tapi bau harum bunga mawar dan melati yang keluar secara ajiab dari tubuh Imala. Termasuk wangi yang keluar dari perabotan gadis cantik berkulit kuning langsat ini.Kita kembali ke tokoh satunya, Datuk yang makin hari makin dekat saja dengan Amona.Kedua pemuda ini sungguh beruntung. Dua primadona bisa mereka taklukan dengan pesona keduanya yang memang tampan paripurna.Bonus keduanya, sangat gagah berani melawan para penjahat, walaupun cara menghabisinya tergolong sadis.Datuk kini jalan-jalan di pantai di pagi hari yang indah bersama si rambut panjang, Amona.“Jadi Abang tetap akan ke Jepang, untuk balas dendam pada musuh-musuh Abang?” Amona bertanya sambil menatap wajah Datuk yang berkurang mendungnya.“Benar sekali Amona, aku harus bongkar kejahatan yang memfitnah aku. Apalagi
Keenakan membuat Datuk apalagi Prem lupa diri, waktu 40 harian hampir tiba, yang artinya kapal yang akan membawa mereka ke Manila dalam hitungan hari akan tiba di Pulau Molo.Badalo bukannya tak tahu soal ini. Tapi dia seakan beri peluang buat kedua bangor tampan ini, bersama kedua wanita cantik ini.Kalau sudah sang kepala suku merestui, tak ada satupun warga pulau ini yang berani menganggu Prem dan Datuk. Apalagi keduanya dianggap pahlawan bagi warga pulau ini. Sehari jelang kapal itu datang dari Manila, malamnya Prem dan Datuk di panggil Badalo. Senyum merekah di bibir Badalo ketika menatap wajah sumringah Prem.“Terima kasih buat Prem, yang sudah hapuskan kutukan buat putriku, kutukan itu sudah berlangsung lebih 1 tahunan, kini anakku sudah bebas dari kutukan bau badan yang hampir saja bikin dia bunuh diri!”Prem langsung tercengang. Dia saling pandang dengan Datuk, yang anehnya senyum-senyum saja mendengar ucapan Badalo.Datuk seolah-olah sudah tahu hal ini, tapi sengaja meraha
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman