Prem lalu berbisik pada Datuk, pria ini mengangguk dan dengan cepat Prem bergeser, dia tak peduli dengan desingan peluru, gerakankannya sangat cepat.Tapi inilah yang bikin musuh-musuhnya kelabakan. Prem yang terkenal nekat tanpa ampun sambil berlari memberondong para kelompok komunis ini dengan senjata otomatisnya.Di sisi lain, Datuk juga menembaki mereka dengan senjatanya, hingga kocar-kacirlah para pemberontak ini sudah puluhan orang yang kena dan tewas.“Kita di serbu, selamatkan diri masing-masing,” teriak pemimpin pemberontak ini, termasuk Panglima Syamsu yang kini membalas tembakan Prem dan dengan pongahnya berdiri di tempat terbuka, karena dia percaya diri sebab kebal senjata.Panglima Syamsu malah seakan nantang-nantang Prem dan Datuk, tangan kanan memegang pistol dan tangan kiri menepuk dada.“Bangsat betul ni orang, mentang-mentang kebal senjata malah nantang begitu!” sungut Prem jengkel bukan main.Prem sama dengan Balanara dan juga Datuk, kebal bacok, tapi tak kebal pelu
Pembicaraan mereka terpotong, karena sarapan selesai. “Prem, saatnya kamu kembali ke alam masa depan. Untuk kali ini tugas kamu sudah selesai!”“Abang mau kemana lagi..?”“Aku…mungkin akan ke Jepang, kayaknya aku harus kembali ke sana. Tak ada lagi yang harus aku perjuangkan di sini…istriku tak ada lagi…anakku di alam lain sebagai putra mahkota. Aku ingin kunjungi anakku satunya yang kini ada di Jepang!”“Alam lain…maksudnya bagaimana Bang? Eh Jepang, emank anak Abang ada lagi ya di negeri itu?”Datuk pun mengangguk, dengan nada sendu sambil menghela nafas, pria menceritakan jati diri kedua anaknya tersebut.Yakni Pangeran Hirosi Ichiwa Tanaka di Jepang anaknya dengan Putri Saiko dan Pangeran Hasim anaknya dengan Putri Ratu di Kerajaan Bateni.Dia tak bisa bertemu apalagi mengaku sebagai ayah pada kedua buah hatinya itu (baca bab-bab terdahulu, kisah cinta Datuk dengan kedua putri jelita berdarah biru tersebut).Terdiamlah Prem kini, dia malah memandang iba Datuk yang sebenarnya sanga
“Nggak ngomong apa-apa kok, kamunya aja paling salah dengar!” sahut Prem cepat-cepat. Barabe juga ni anak kalau sampai marah-marah, pikir Prem.“Sorry yee…gini-gini gue ahli beladiri,” sungut Angelina, hingga Prem terbahak dan lucu melihat si cantik tomboy ini bicara begitu, masa iya tangan mulus dan halus di tambah kaki jenjang begitu ahli beladiri.Saat ini keduanya sengaja pakai Bahasa Indonesia, Angelina walaupun lahir dan besar di Seoul, tapi dia di rumah dengan ibunya selalu gunakan bahasa Indonesia.“Bang, ntar malam sibuk nggak, kita jalan-jalan yuks?” ajak si tomboy.“Boleh, kebetulan malam ini free. Kemana kita?”“Nonton konser BTS, aku punya dua tiket VVIP, temanku ga jadi nonton. Dia lagi ada masalah dengan kekasihnya!”“Oh artis yang rata-rata wajahnya oplas itu ya?” ejek Prem, mata indah bak bintang kejora Angelina kembali melotot.“Dasar udik, emank kenapa kalau oplas?”“Yaa…siapa tahu aslinya jelek…eh kamu oplas juga ya, kok wajah kamu cantik pakai bingit?”“Huhh dasar
Usaha Prem akhirnya berhasil menahan godaan luar biasa ini, kekuatan sesama keturunan Hasim Zailani membuat akal sehat pemuda ini jalan.“Ingat jangan macam-macam, kita sepupuan!” kalimat 'peringatan' dari Angelina ini bak air dingin memadamkan api dalam hati Prem.Merekapun tidur bersama tanpa ada kejadian apapun, mereka jadinya tidur tak ubahnya dua bersaudara, walaupun beda warna kulit.Prem lalu mengecup dahi Angelina dan si cantik ini senyum sendiri, dan makin erat memeluk tubuh kokoh pemuda ini.Saat terbangun, Prem kaget ketika melihat Angelina tak berada di sisinya, dia menoleh samping kanan. Makin terperanjatlah pria ini, Angelina ternyata sedang khusuk sholat subuh!Wajah Angelina dengan mukena putihnya di matanya sangat teduh dan pastinya aura kecantikan gadis ini terpancar kuat, Terpesonalah pemuda ini…!“Ternyata benar kata Bang Nara, Angelina tak pernah melewatkan ibadahnya!” batin Prem. Diam-diam dia malu juga…pelan-pelan Prem bangun dan menuju ke toilet dan ambil wudh
Balang, Mami Bella dan Mami Viona saling pandang, saat ini Balanara blak-blakan minta agar di lamarkan Anastaysa buat jadi istrinya.“Nara, papa sih oke-oke saja…tapi bagaimana dengan Su Cen..? Kan kamu berencana akan melamar gadis itu buat jadi istrimu” pancing Balang, walaupun dalam hati dia tak kaget dengan keputusan ini.“Aku akan terbang ke London pa, aku akan bicara dengan Su Cen.” Sahut Balanara jantan. Balang salut juga, anaknya ini berani berbuat berani sekaligus bertanggung jawab.“Hmm…ya udahlah, secepatnya kedua mami dan papa kamu akan ke Sukabumi, menemui kedua orang tua Anastasya dan melamarkan buat kamu. Sekalian lama juga tak bersua Paman Banon, adik dari Paman Brandon, mertuanya si Dato!” sela Mami Viona.Anastasya yang tak sengaja menguping pembicaraan ini, senyum sendiri. Diam-diam dia sebetulnya sudah menyukai Balanara sejak akan di tunangkan dengan Salman dahulu.Hari ini mendengan sang pujaan hati ingin melamarnya, hatinya membuncah, Bahagia!Balanara kini menemu
Lee Cen Long memeluk erat adik iparnya dan juga adik tercintanya ini. “Selamat yaa…Abang juga restui kalau kamu ingin jadi warga negara Indonesia ikut suamimu!”Lee sampai berkaca-kaca matanya melihat kebahagian adiknya, yang dulu sempat koma dan hampir saja di vonis dokter tak berusia panjang.Tapi secara ajaib bisa sembuh dan kesembuhannya salah satunya berkat pria yang kini jadi suaminya. Balanara! Pria yang jadi suami adiknya ini menjadi penyemangat Su Cen untuk sembuh dan bisa normal seperti saat ini.Balanara juga di peluk mertuanya yang bilang tak menyangka anak mantan musuh besarnya malah jadi besannya saat ini.“Bilangin ke papa kamu di Jakarta, papa mertua kangen ingin taklukan dia di ring!” cetus Cen Long dengan wajah serius.Balanara melongo, tapi anehnya Lee Cen Long tertawa juga Su Cen.“Udah sayang, papa hanya bercanda, jangan diambil hati. Emank tega lihat papa pake kursi roda lagi, udah aki-aki masa mau bertarung!” sela Su Cen, hingga Balanara ikutan tertawa dan bar
Dua minggu kemudian…!Balanara beringsut dari ranjang, pemuda ini bahagia, Su Cen sudah buktikan omongannya, dia mampu jaga kesuciannya sampai akhirnya menikah.Dengan pengalamannya, Su Cen alih-alih merasakan sakit di malam pertama, tapi malah sebaliknya, si bintang drakor ini langung mabuk kepayang dan ibarat makanan enak, minta lagi dan lagi."Hadeuhh...kamu kok nggak ada puas-puasnya sayang...?" goda Balanara."Tau gini, kenapa nggak dari dulu saja yaaa...tapi punya Abang juga hebat, cepat banget naiknya, lama-lama aku yang keteteran nihh hi-hi!" Su Cen terkekeh dan gemas melihat belalai pemuda ini yang tak ada turun-turunnya. Mereka berlayar hingga saat ini pagi hari. Bulan madu yang tak mungkin mereka lupakan selamanya. Selama semingguan mereka selalu bersama di rumah mewah milik keluarga Balanara ini.Begitu memasang kimono, Balanara kaget, ada 3 panggilan tak terjawab dan ada chat dari papanya, agar Balanara segera menelpon balik.“Kamu di mana Nara?” suara papanya terdengar
Suatu ketika Prem sedang olahraga pagi, kebiasaan jogging ini akan dilanjutkan dengan latihan beban di di gym yang ada di hotel bintang 5 tersebut.Namun, kali ini jogging Prem terhenti, saat tak sengaja dia melihat di sebuah gazebo yang ada di taman hotel mewah ini ada seorang wanita mirip Tika.“Hmm…Santi,” batin Prem, dia pun langsung mengintai dari jauh, apa yang dilakukan wanita itu sendirian di gazebo tersebut. Kecurigaan Prem pun langsung bangkit, diapun berbelok dan mulai mengintai.Santi saat itu sedang menunggu seseorang, wanita itu memakai bando di rambutnya dan juga kacamata hitam.Dengan baju tanpa lengan dan celana kain ketat. Wanita ini berakali-kali menatap arlojinya, seakan jengkel orang yang di tunggu belum nongol-nongol juga. Prem beringsut-ingsut mendekati gazebo tersebut, gerakannya tertolong oleh taman yang rimbun dan penuh bunga-bunga. Di tambah tempat ini sepi, sehingga aksinya tak ada yang memperhatikan.Kini Prem bisa dengan leluasa mendengarkan apa yang aka
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman