Timothy benar-benar bahagia liburan bersama Balanara, bayangan suram masa depannya akibat penculikan Geng White sirna. Dia pun juga memberitahu ayah dan ibunya di Moscow, kini dia sudah selamat dan sedang berlibur bersama Balanara di Swiss.Ortunya makin lega saat Timothy menceritakan siapa sosok Balanara, karena masih ada ikatan keluarga walaupun lumayan jauh dari bibinya Timothy, Airil Manov.Mereka juga berbincang dengan Balanara dan mengundang pemuda ini datang ke Moscow.Kini mereka kembali jalan-jalan di sebuah pegunungan yang Alpen yang indah. Keduanya terpaksa menahan hasrat tinggi, karena…Timothy sedang merah.Gadis jelita ini tertawa dan minta maaf tak bisa menuntaskan hasrat tinggi Balanara. Balanara ikut larut dalam kebahagian gadis jelita, Timothy juga blak-blakan sudah tak memiliki kekasih sejak 6 bulanan yang lalu.“Pacar kamu sekarang siapa Balanara?” tentu Balanara langsung menggeleng, karena dia memang tak memiliki kekasih saat ini.Wajah Timothy langsung ceria. “Bol
Kalau sudah tiada baru terasa…begitulah perasaan Balanara saat ini, kematian tragis Timothy membuatnya bak layangan putus.Walaupun belum begitu lama bersama, kini setelah Timothy tidak ada lagi di sisinya, barulah Balanara merasa bagaimana baiknya si cantik itu.Andai Timothy masih ada, agaknya tak ragu lagi, Balanara akan ajak gadis berambut pirang itu untuk tinggal di Indonesia dan menua bersama.Salman kaget juga mendengar cerita Abang nya ini, keduanya memang selalu berkomunikasi dan Balanara mengisahkan tentang kematian Timothy yang tragis.Selain Lee saat ini, Salman yang juga adiknya orang yang menjadi teman curhatnya, dan adiknya ini hanya minta agar Abang nya bersabar dan jangan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan.Tapi nasi sudah jadi bubur, Timothy sudah pergi selamanya dari sisinya. Bukannya menemui Shu Cen, Balanara malah menghibur diri di sebuah klub malam.Di temani dua wanita pirang sekaligus, dia minum sampai mabuk, membawa hati yang nelangsa. Usai minum-minum
“Oalahhh kamu ya Bang Nara, eh masa sih badan kamu berubah gini, besar dan tinggi banget!” puji Lova sambil bikinkan kopi kesukaan Balanara.“Kan rajin olahraga, daripada aku selalu di olok di kurus ya kan?” sahut Balanara, lalu menyeruput kopi buatan Lova.Terhalang meja memanjang, Lova yang menjaga warung mirip kafe ini bersama dua anak buahnya, kini memandang kagum wajah Balanara.“Iya juga sih, oh ya Bang Nara, kampung kita kini tak lagi aman, semenjak si Kovick pulang ke sini!”“Si Kovick, siapa dia Lova?!” Balanara tertarik juga, sambil menyalakan rokoknya.“Suaminya Modiva! Dia juga sering bikin keributan di kampung sini. Pokoknya kalau ada yang berani sama dia, akan di hajarnya hingga babak belur. Dia juga sering malak warga yang nggak mau kasih dia uang. Banyak warga kita yang resah dengan ulah preman si Kovick itu!”“Hmm begitu, kenapa tak lapor aparat Lova?” walaupun dalam hati kaget juga Balanara, ternyata Modiva punya suami preman begitu.“Nggak ada yang berani Bang, apal
Siraman air di kepalanya membuat Kovick gelagapan dan sadar dari pingsannya. “Siapa kamu bangsaaattt!” Kovick langsung marah bukan main. Tapi mulutnya langsung diam, saat melihat sepucuk pistol mengarah ke wajahnya, nyali pria kasar ini menciut seketika, keringat dingin mulai keluar di dahinya.Apalagi saat melihat tampang orang yang menodong pistol tersebut. Sebab inilah orang yang gagal dia kirim ke akhirat sewaktu di Swiss dulu.“Kalau kamu ingin selamat, katakan siapa yang order kamu ingin membunuhku!” suara Balanara dingin saja, tapi bagi Kovick bak suara guntur di siang bolong.“Apa yang kamu bicarakan, aku tak paham!” Kovick langsung pakai jurus pura-pura tak tahu. Walaupun hatinya makin menciut karena orang yang ada di depannya saat ini sudah tahu kedoknya.Tanpa banyak bicara, Balanara menempelkan pistolnya ke paha Kovick dan melolong lah pria ini, saat kedua pahanya di tembus langsung dua kali tembakan pistol berperedam. Sakitnya sampai ke ubun-ubun, benar-benar sakit tak te
Saat akan berangkat, tiba-tiba Balanara terdiam, ia teringat pesan Lee Cen Long dan Irjen Aria, agar dia harus berhati-hati dan tidak gegabah bertindak.Balanara pun membatalkan niatnya langsung ke tempat di mana Riona meminta tolong, dia lalu mengambil senjatanya dan mengisi full 12 peluru.Dan satu pistol kecil lainnya dia bawa dan yang ini dia taruh di sepatu, yang ini isinya 6 peluru saja. Setelah merasa mantap, Balanara pun membawa mobil SUV nya, dan berangkat menuju di mana Riona di sekap.Ya…Riona mengaku di sekap Tatra Syamsu di sebuah tempat, dan dia meminta tolong agar Balanara mau membebaskannya.Balanara kini berpikir, kalau memang di sekap, kenapa Riona bisa menelpon dirinya? Kenapa bukan keluarganya atau polisi yang harusnya di hubungi mantan kekasihnya ini..?!“Hmm…agaknya ada permainan di balik ini semua! Tapi baiklah, aku akan siap hadapi permainan ini,” pikir Balanara dan kini mobilnya meluncur ke arah puncak, sesuai petunjuk Riona, dia di sekap di sebuah vila.Tempa
AKP Sunjaya datang ke vila Balanara, Riona yang masih belum sadar kini dibaringkan di kamar. Balanara sebelumnya nelpon perwira ini, agar menyusulnya ke sini, karena dia sudah berhasil selamatkan Riona.“Hmm…jadi begitu, Riona sengaja di umpankan ibunya sendiri, atas suruhan Tatra Syamsu yang jadi borunan sejak dulu?” AKP Sunjaya bertanya ke pemuda ini.“Benar Bang Sunjaya, di sana ada 8 orang dan ada beberapa orang yang memegang. Kalau kalian lakukan penyergapan, hati-hati,” pesan Balanara pada polisi ini, saat akan permisi, datang seorang dokter yang sebelumnya di telpon Balanara.“Aku pergi dulu Mas, kami akan sergap anak buah si Tatra Syamsu itu!” setelah AKP Sunjaya dan 9 anak buahnya pergi, Balanara ajak dokter itu memerikasa kondisi Riona. Setelah di beri suntikan dan di tinggali obat, dokter inipun permisi. “Paling lama 1 jam lagi dia sadar, nanti langsung minumkan obat ini,” pesan dokter ini.Balanara menunggui Riona sadar, setelah menyelamatkan Riona dari sekapan anak buah
Balanara tak tahu berapa lama dia pingsan, saat sadar dia sudah berada di ruangan mirip kamar yang tak terlalu luas, dan didudukan di sebuah kursi dengan tangan dan kaki terikat.Kamar ini memiliki jendela, tapi jendela berteralis itu tertutup, dan ruangan ini di terangi sebuah lampu listrik 15 watt.Begitu kepalanya yang puyeng mulai baikan, barulah Balanara terdiam sejenak, sambil berpikir apa yang terjadi.“Hmmm…kopi itu, agaknya sudah di beri obat tidur…Riona, tak salah lagi pasti dia dalangnya!” pikir Balanara, sambil menyesali diri karena anggap remeh seorang Riona.Balanara tak perlu berlama-lama berpikir, begitu pintu kamar terbuka, orang-orang yang selama ini memusuhinya telah berdiri di depannya dengan wajah menyeringai puas. Seolah serigala yang sukses bikin mangsanya terpojok.Yang bikin Balanara heran, Tatra Syamsu terlihat begitu hormat dengan Riona. Riona pun nampak sekali seperti menunjukan belang aslinya. Gayanya angkuh bak seorang yang sangat berkuasa, benar-benar se
Usai menyiksa Balanara, Riona dan Tatra Syamsu beserta anak buahnya pergi dari vila ini. Mereka ingin mencari tempat santai di sebuah kafe. Mengatasi dingin yang makin menusuk tulang di sore hari ini.Hanya ada dua orang yang di minta berjaga di sini, mereka pun malah aseek minum sampai mabuk. “Nggak usah di jaga berlebihan, wong orangnya sudah setengah mampus, kaki dan tangannya saja patah!” ejek anak buah Riona pada rekannya, sebelum mereka buka botol miras dan menengaknya di ruang tamu vila ini.Balanara tersadar dan dia merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya. “Bangsat…awas kalian, aku tak akan beri ampun,” kutuk Balanara sambil mencoba gerakan kaki dan tangannya. Hampir saja dia berteriak kesakitan, karena kaki kananya, dan tanganya yang sebelah kiri patah.Setelah ambil nafas, Balanara mencoba tenang, benar-benar siksaan yang tak pernah dia bayangkan. Dengan bergulingan berlahan-lahan, Balanara keluar dari ruangan yang pintunya tak terkunci ini.Butuh waktu baginya untuk
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman