Pria ini langsung pucat, tak dia kira orang yang pernah dia olok-olok kini sudah berdiri di hadapannya. “Bangunlah kamu bangsat, kita selesaikan secara laki-laki!” tantang Balanara.Lelaki ini pun bangkit, tapi belum juga siap, sebuah tendangan berputar Balanara lepaskan, akibatnya pria ini terjengkang dan menimpa kursi di ruangan karaoke ini, matanya langsung berkunang-kunang.“Bangkitlah bangsat, tunjukan kelihaian kamu,” Balanara kini mendekati pria ini dan sebuah jotosan lurus langsung bikin hidung si pria ini berdarah, pukulan kilat yang tak sempat dia tangkis.Akhirnya sama seperti rekannya si cepak sebelumnya, si centeng apes ini jadi bulan-bulanan Balanara. Hingga pria ini pingsan dengan wajah bengap sampai sulit melihat dan kondisinya pun pingsan.Puas menghajar, Balanara lalu ambil pistol si centeng tadi dan sambil perbaikin jaket kulitnya, dia keluar dari room ini, lalu mendekati pintu 1403.Terkunci dari dalam, sekali tendang pintu ini jebol, dan Balanara kaget sampai meme
Bertahun-tahun tak pulang kampung, Balanara pun minta izin pada ketiga orangtuanya, untuk pulang ke Kazakstan. Balang, Mami Bella dan Mami Viona tak keberatan anak sulung mereka izin pulkam.Walaupun di suruh bawa private jet, Balanara tak mau bawa pesawat milik ayahnya itu. Dia lebih suka naik pesawat komersil.Karena tak ada penerbangan langsung ke negara ibu kandungnya, Balanara mau tak mau harus transit via Inggris terlebih dahulu.Sampai di London, ada laporan penerbangan di tunda, karena salju tebal di Kazakstan, termasuk London sendiri, sehingga Balanara mau tak mau bertahan dulu di London.Walaupun ada rumah mewah ayahnya, Balanara lagi-lagi lebih suka tinggal di hotel, itupun bukan yang mewah, hanya hotel bintang 3 saja. Balanara tak ingin dirinya yang miliuner jadi sorotan.Ada sesuatu di hati Balanara yang membuat dia malah ingin bertahan di London Inggris ini, sesuatu yang tak bisa di ungkapan dengan kata-kata.Tanpa Balanara sadari, wilayah hotel tempatnya nginap dulunya
“Kamu tak apa-apa!” Balanara ikut bantu membenahi jualan yang tadi berantakan. Setelah di obrak-abrik 3 anak buah Lee.“Tak apa tuan, hadueh tuan kenapa menolong aku. Aku kini justru khawatir dengan keselamatan tuan. Cukup sudah dadyku yang jadi korban!”Aneh jadinya, si bule ini malah mengkhawatirkan keselamatan Balanara, bukan memikirkan dagangannya yang rusak.“Oh jadi Tuan Edward itu ayah kamu ya..?”“Iya, eh darimana tuan kenal?” keduanya saling bertatapan, dan Balanara teringat dengan selebgram bule asal Jerman yang dijuluki barbie dan sangat populer di Indonesia. Wajah wanita ini sangat mirip sekali, juga rambutanya bukan lagi kuning, tapi sudah putih bak uban.Balanara lalu menjelaskan di mana dia kenal dan si bule ini pun mengangguk paham. “Thanks ya Tuan, kondisiku ayahku kini lumayan membaik. Namaku Karen Edward!” keduanya pun berkenalan.“Karen kenapa kamu malah mengkhawatirkan aku, apakah kelompok Lee Chen Long itu segitu kejamnya pada penjual-penjual yang berniaga di sek
Balanara berhenti menyuap makanan di restoran yang berada di depan hotelnya, saat sebuah kertas kecil di sodorkan seorang waitress padanya.“Maaf tuan ini ada seseorang yang memberikan pada saya, dan diminta di serahkan pada tuan!” waitress ini lalu pergi usai serahka surat kecil itu.“Kalau kamu ingin Karen selamat, datang ke alamat ini, jangan lupa bawa uang 5 juta poundsterling”Tertanda, Lee Cen LongBalanara menggemerutukan giginya. “Hmm…kalian cari perkara rupanya.” Balanara pun bangkit dan selera makannya mendadak hilang.Setelah berpikir sejenak, dia pun pergi ke sebuah bank dan menarik uang 5 juta poundsterling pecahan 100 pound. Dengan sebuah tas hitam berisi uang tak sedikit ini, yang kalau di rupiahkan lebih dari 80 miliaran, Balanara naik taksi menuju ke alamat yang di sebutkan itu.Tanpa sadar, Balanara bak napak tilas ayahnya dulu, saat membebaskan Clara, ibunda dari Karen ini dari sekapan Cen Long, ayah dari Lee.Bedanya, karena Lee tak tahu siapa Balanara, dia hanya m
20 an anak buah Lee kaget dan saking kagetnya mereka malah melongo dan tidak berbuat apa-apa. Kaki Lee terkilir, kaki Balanara pun sama, keduanya kini saling tatap lalu bangun.Wajah keduanya sama-sama bengap, tapi bedanya hidung Lee masih mengeluarkan darah, hingga wajahnya terlihat belepotan darah.“Auchhhhh…!” keduanya kembali sama-sama terduduk dan bersandar di tali ring, Lee langsung mengelap hidungnya dengan handuk yang diberikan anak buahnya.Dua anak buah Lee masuk ke dalam ring, Karen pun sama, dia masuk dan mendekati Balanara. Pemuda ini tersenyum, walaupun harus meringis juga, hingga Karen makin khawatir.“Tak apa-apa, hanya bengap dan terkilir sedikit, kamu tak diapa-apakan mereka-kan,” bisik Balanara, Karen langsung mengangguk dan ini bikin Balanara lega.Lee malah meminta kedua anak buahnya menjauh. “Kamu hebat sekali Balanara, aku kagum dengan kehebatan kamu!”“Hmm…kamu juga, kakiku sampai terkilir dan wajahku bengap kamu hajar, pukulan dan tendangan kaki kamu luar bias
Si pemimpin yang di todong tepat di dahinya terlihat menoleh ke arah anak buahnya, lalu mereka mulai mundur pelan-pelan. Keder..!Awalnya masih ada yang ingin ngotot, tapi saat todongan pistol mengarah ke dahinya bahkan Balanara sampai maju dua tindak, si pemimpin rombongan ini kaget juga.Padahal dia juga nodong pistolnya ke tubuh Balanara, namun dia lama-lama ternyata nyalinya ciut juga melihat kenekatan Balanara.Tapi bahasa tubuhnya menyiratkan ini tak berhenti di sini, tapi akan ada lanjutannya. Balanara menatap tajam kepergian mereka dengan beberapa buah mobil. Lalu dia menghela napas lega.Balanara kini balik lagi ke dalam gym merangkap markas Geng Lee, begitu masuk di mana Lee dan Karen berada. Lee dan anak buahnya kini benar-benar kagum dengan nyali dan kenekatan Balanara ini.Lee termasuk nekat, tapi dia harus akui Balanara lebih nekat lagi, andai terjadi tembak menembak, Lee sudah bisa membayangkan, pasti saat ini Balanara tinggal nama.“Lee…di mana markas Geng White dan Ge
Tiga minggu kemudian…!Seorang pemuda tampan kini duduk santai di sebuah pub, dengan jaket kulitnya, dia menatap tajam dan kadang cuek ke semua orang yang lalu lalang di pub ini.Kepalanya di tutup topi kupluk untuk atasi cuaca yang sangat dingin menusuk tulang. Karena ini bak puncak musim dingin, salju tebal turun dan malam terasa panjang. Saat melihat 5 orang masuk dan langsung duduk di sebuah meja, pemuda yang tak lain Balanara ini mulai terlihat tegang.Balanara sebenarnya 'jalan-jalan' malam ini tanpa sepengetahuan Lee dan anak buahnya. Tujuan awalnya sebenarnya ingin bersantai saja. Tak ada niat untuk bertindak sendirian.Dia terus menatap 5 orang ini, yang terlihat berpesta malam ini.Yang membuat Balanara tegang dan diam-diam murka, salah satu dari 5 orang itu adalah pria yang 3 mingguan sebelumnya datang bersama 19 rekannya untuk bikin masalah dengan Geng Lee.Balanara juga sudah menjenguk adik Lee yang masih koma di rumah sakit. Ia trenyuh dan sangat iba, gadis cantik blas
Tiga orang langsung terjengkang kena tembakan, 6 orang lainnya membalas menembak. Tapi Balanara sudah berlindung di sebuah kursi.Wanita yang dijambak rambutnya tadi juga sudah di tariknya, dan kini ikut berlindung di dekatnya, agar tak kena peluru nyasar.Seluruh pengunjung geger dan berebutan keluar dari pub ini, kepanikan melanda tempat ini. Saling adu tembak tak terelakan, lama-lama posisi Balanara terpojok juga, lengan kirinya sudah terkena serempetan tembakan dan kini keluarkan darah.Balanara tak sadar kalau Joker sudah berhasil kabur dari tempat ini, memanfaatkan kepanikan pengunjung yang sejak tadi berebutan keluar. Takut terkena peluru nyasar.Kini berbalik, Balanara terpojok bersama wanita yang dia tolong tadi. Pelurunya pun sudah habis, Balanara menyesal juga kenapa tadi tak bawa amunisi cadangan.tapi nasib baik berpihak padanya dan wanita ini, saat genting itu tiba-tiba masuk 10 orang dan balas menembaki 6 orang musuh Balanara. Akibatnya ke 6 orang ini kelabakan dan kini
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman