Sejak hari inilah, Mas Bulay kembali dapat sahabat akrab, yakni Oto, yang berusia 25 tahunan dan sudah 12X naik ring, dengan rekor 10X menang dan 2X kalah.Mereka cocok karena sama-sama masih bujangan, sering ngobrol dan kadang jalan-jalan berdua, membicarakan pertandingan-pertandingan. Juga soal lawan-lawan yang kadang suka main curang.Mas Bulay juga tak sungkan sebut misi utamanya di Indonesia adalah mencari ayah kandungnya, Oto pun janji akan bantu mencari info soal Mayor Balang, ayah sahabat bule- nya ini.Saat Mas Bulay sebut nama Rocko ke Oto, kagetlah remaja ini, karena salah satu orang yang pernah kalahkan Oto, Rocko juga orangnya.“Tu orang memang sangat suka main curang kalau bertanding, dan selama ini selalu lolos dari penglihatan wasit!” Oto pun ceritakan pengalamannya, saat bertarung dan bertemu Rocko di ring ocatgon, di awal karirnya.Makin marahlan hati Mas Bulay terhadap petarung asal wilayah Timur Indonesia itu. Apalagi saat ini Rocko sudah sukses jadi juara Intercon
Bang Jo dan 3 rekannya di bengkel moge memahami keputusan Mas Bulay, yang ingin berhenti jadi montir. Alasan Mas Bulay hanya satu, ingin konsentrasi sebagai petarung bebas profesional.Jenderal Aria pun mendukung penuh keinginan Mas Bulay, apalagi ke 4 montirnya ini sudah serap ‘ilmu’ perbaikin moge dari remaja ini.Usai pertandingan ke 4 nya yang kembali ia menangkan dengan KO, Mas Bulay sudah putuskan untuk cari kos dan hidup mandiri.Namun karena sendiri itulah, baru dia teringat neneknya di Kazakstan, alangkah kaget tak kepalang remaja ini, saat Bibinya menyebutkan kalau neneknya sudah meninggal dunia, 2 bulan setelah dia pergi ke Indonesia.Mas Bulay pun menceritakan kenapa baru sekarang teringat untuk menelpon, dia menceritakan sebabnya. Setelah bercerita, giliran bibinya yang menceritakan sesuatu yang bikin Mas Bulay kembali terlonjak dari duduknya.Yakni saat bibinya menceritakan ada seorang pria yang mengaku bernama Balan
Setelah saling bertukar nomor ponsel, Mas Bulay antar Salman ke pinggir jalan utama. Karena taksi online pesanan Salman datang, sekaligus mengawal remaja ini, kalau-kalau di serang lagi. Kos Mas Bulay masuk ke dalam gang sekitar 60 meteran.Inilah interaksi pertama Mas Bulay dengan saudara sendiri, tanpa dia atau pun Salman ketahui. Kalau mereka sebenarnya ada hubungan darah dan sama-sama generasi ke 7 dari Datuk Hasim Zailani, dan bertemu secara tak sengaja hari ini.Inilah awal mula hubungan kedua bersaudara ini sangat akrab. Mungkin karena ada kesamaan genetika, membuat keduanya cepat akrab. Walaupun beda usia hampir 4 tahunan.Hari Minggu Mas Bulay kaget saat Salman menjemputnya di kos dan mengajaknya ke Sentul.Kagum juga remaja ini, melihat gaya menyeir Salman yang masih belum bisa bikin SIM karena masih di bawah umur, saat bawa mobil sport mahalnya dan meliuk-liuk di jalanan bebas hambatan.“Abang bisa bawa mobil nggak?”&
“Mba Lusy, tumben malam ini nggak nge Dj?” Mas Bulay yang baru datang dari latihan menyapa Lusy, yang terlihat belum berangkat kerja dan pintu kosnya terbuka setengahnya dan terlihat tidur-tiduran saja di kasurnya.Hari ini Mas Bulay memang agak cepat pulang, karena dia latihan sejak siang tadi, dan saat ini pukul 7 malam dia sudah tiba kembali di kos.“Masuk dulu Mas Bulay, iya nih aku ada dikit masalah!”Karena sudah biasa masuk ke kos wanita cantik ini, Mas Bulay pun mengiyakan, Lusy kini sudah baikan, setelah seminggu lalu kena rampok. Niatnya ingin kembali kerja agaknya batal malam ini.Mas Bulay duduk di kursi yang ada di kamar kos ini. “Kenapa mba, ada masalah apa, kena teror orang jahat lagi yaa?” Mas Bulay bertanya sambil menatap Lusy yang sedang rebahan.“Nggak mas, tapi kali ini aku kena teror debt collector, karena aku sudah nunggak 3 bulan nggak bayar cicilan mobil!”Lusy memang mencicil sebuah mobil jenis LGCG yang berharga cashnya 160 jutaan, yang perbulannya 4 jutaan d
Pelajaran berikutnya, Lusy meminta remaja ini mulai memasukan perabotannya yang sudah tegang maksimal, ke dalam perabotannya yang masih sempit dan berambut tipis.Lusy sudah tak bisa menahan hasratnya lagi, setelah remaja hijau ini bak kelaparan melahap hutan-nya, hingga Lusy merem melek dan terbang ke atas awan.Dulu Lusy melahirkan secara caesar, hingga perabotannya bak pecah perawan saja malam ini bersama si Mas Bulay.Lusy akhirnya benar-benar percaya Mas Bulay memang masih perjaka tong-tong, karena remaja ini tak mampu bertahan lama.Walaupun rada kecewa, karena Lusy masih belum apa-apa, tapi janda cantik ini memakluminya. Tapi hanya berselang 15 menitan, Lusy kaget tapi kemudian tertawa, saat Mas Bulay kembali ‘perkasa’ dan kini mulai menyerangnya.Akibatnya, sampai tengah malam, pelajaran bercinta keduanya terus berlangsung, hingga Lusy lupa ngitung sudah berapa kali dia terbang ke awan.“Gila kamu Mas Bulay, aku capek banget kamu ajak terbang mulu, udah ahh, besok lagi, yuks b
Tinggg….ronde ke 3 pun dimulai, Mas Bulay mulai rubah gaya bertanding, setelah di ronde pertama dan kedua banyak menghindar, hingga selalu di soraki pendukung Rocko.Kini Mas Bulay malah mengikuti gaya bertarung Rocko, yakni sengaja mengarahkan pukulan dan tendangan agak ke bawah. Akibatnya Rocko kaget, kenapa lawannya kini ikuti gaya khasnya, yakni suka curang.Rocko dengan licik ajukan protes dengan gaya bertarung Mas Bulay, inilah yang sebenarnya di kehendaki remaja ini. Ilmu yang di bisikan Oto, yakni pancing emosi Rocko, agar permainannya kacau.Wasit pun terpengaruh dan dia langsung menegur keras Mas Bulay. Begitu mereka bertanding lagi, Mas Bulay baru keluarkan kemampuannya yang sebenarnya.Secara membabi buta, dia menyerbu Rocko, tendangan dan juga pukulan keras bertubi-tubi dia kerahkan bak air bah. Akibatnya Rocko yang tadi marah-marah kini kelabakan tak terkira, pukulan-pukulan keras Mas Bulay tak terbendung lagi oleh double covernya itu.Serangan pukulan dan tendangan Mas
“Mba Menik, kita ke rumah sakit sekarang juga yaa, soal biaya aku semua yang bayarin. Mba Lina tolong yaa, temani mba Menik ke rumah sakit!”Mba Lina langsung mengangguk, mereka bertiga ke rumah sakit terdekat dan mba Menik langsung di tangani dokter spesialis, sesuai permintaan Mas Bulay.“Mas Bulay…kami sebenarnya sudah lama ingin pensiun jadi wanita komersil, umur sudah tak muda lagi, hampir 37 tahunan, kami tak laku lagi…!”Sambil nungguin mba Menik, Mas Bulay dan mba Lina kini ngobrol berdua. “Iya mba, mending berhenti saja..!” Mas Bulay setuju dengan niatan wanita ini.“Tapi kami tak punya tabungan banyak, bingung mau kerja apa kalau tak lagi jadi wanita komersil. Pulang kampung malu, dianggap wanita sampah oleh keluarga!”Mas Bulay tersenyum lalu memegang tangan wanita ini. “Mba Lina, kalau kalian berdua benar-benar ingin berhenti, aku akan bantu!”“Benarkah..?”“Iya, kalian berdua sudah ku anggap bibi-bibi sendiri, kalau tidak ada pertolongan kalian dulu. Entah jadi apa aku sa
“Eh kamu siapa yaa…?” Bella, istri kedua Balang lah yang menyapa Mas Bulay duluan. Dan inilah kesalahan pemuda ini, dia hanya menyebutkan nama julukannnya, bukan Balanara nama aslinya.Wajah Balang yang semula agak tegang kini terlihat biasa lagi, saat Mas Bulay sebut nama julukannya ini. Dipikirnya nama Mas Bulay itu nama asli..!Tapi hatinya masih rada bingung, wajah Mas Bulay mengingatkan Balang pada seseorang, nun jauh di Kazakstan sana dan sudah meninggal dunia.“Jadi kamu dulu itu yang pernah menolong Salman dari pengeroyokan anak SMU yang tawuran?” kali Viona yang menyela, Mas Bulay pun menganggukan kepala.“Dia itu jagoan lo mah, dia atlet tarung bebas!” potong Salman.“Nah mending gitu, ngapaian ikutan balap, tuh lihat kaki kamu sampai patah begitu. Mama pokoknya nggak restui lagi kamu balapan!” sungut Viona jengkel dengan hobby anak tunggalnya ini.“Lohh…kalau tarung bebas, bonyok dong wajah kamu? Jangan ahh, Mama nggak setuju kamu ikutan jadi atlet tarung bebas!” sela Bella
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman