Kakek Aldot tersenyum melihat cucu tersayangnya ini datang dan ceritakan soal Shafira. “Kakek sudah tahu…kamu jangan anggap remeh kakek, gini-gini kan mantan jenderal bintang 4. Tapi kakek sengaja, mau tahu sampai di mana kamu atasi penjahat wanita itu!” cetus Kakek Aldot. “Hmm…jadi kakek hanya bersandiwara doang saat bertemu Shafira?” Balang bertanya penasaran. “Iya donk, kakek sengaja, kakek jadi kangen berpetualang dan bikin kejutan-kejutan, biar seru kaleee!” canda kakek Aldot sambil terkekeh, hingga Balang geleng-geleng kepala. “Tapi apa benar Datuk Brandon punya hubungan dengan seorang putri dan istri seorang pangeran dari Dubai?” Balang masih penasaran. “Iya…datuk kamu itu memang dulu punya hubungan dengan Putri Zeremiah, namun nggak pernah terdengar punya anak. Tapi dalam perjalanannya si putri itu bernasib tragis, justru di bunuh kaki tangan Emir Thamrin hingga koma berbulan-bulan lalu tewas. Tak kusangka keturunan pangeran jahat itu ada dan malah bikin masalah! “Tapi he
Setelah di obati, kondisi serdadu yang di keroyok puluhan warga kini sudah membaik, untung saja hanya luka luar.Dua hari kemudian, si serdadu berpangkat Sersan Kepala ini di hadapkan pada Kolonel Balang. “Kamu ini memalukan korps saja, kenapa sampai jadi penjambret, pakai seragam lagi,” tegur Balang pelan.“Siap Ndan…saya terpaksa!” terdengar lemah suara serdadu yang usianya tak berselisih jauh dengan Balang, hanya tua 2 tahunan, yakni 30 tahun.“Terpaksa…kenapa harus terpaksa…coba jelaskan yang benar, agar aku tak menghukum berat kamu!” tegur Balang.“Istri saya sedang sakit Ndan dan mau di operasi…gaji di potong bayar hutang…sehingga sebulan saya hanya menerima kurang dari 1 juta…pernah berbisnis, tapi malah kena tipu seorang perwira, hingga uang istri saya habis..!”“Kamu tak bohong bukan…?”“Siap Ndan…saya tak bohong!” si serdadu ini menegaskan ucapannya.“Sekarang kamu berdiri, antar aku di mana istri kamu di rawat.”“Siap Ndan!” si serdadu ini lalu mempersilahkan Balang jalan d
“Kenapa kalian berdua, ku lihat sejak tadi bisik-bisik,” Balang menatap sopir dan ajudannya, yang kini mengantarnya balik ke hotel, tak jadi ke kantor, karena sudah sore.“Siap Ndan…maaf, kami hanya mikir, betapa beruntungnya Serka Najoeng,” sahut Serda Agus. “Betul Ndan…kami jujur ikut terharu lihat pa Serka Najoeng yang terus menangis sejak di rumah sakit sebelumnya!” sang sopir Kopral Aman juga menyela.“Bukan beruntung, tapi dia kena musibah, dia nekat jadi jambret, apa nggak memalukan? Pakai seragam dinas lagi. Istrinya kena tumor ganas, uang habis kena tipu, gaji kena potong hutang…kurang apa menderitanya si Serka Najoeng itu!”“Siap salah Ndan…maaf, tadi Kopral Aman cerita, anaknya terancam gagal wisuda jadi bidan, karena tak cukup biaya bayar UKT dan ini itunya!” sahut Serda Agus, sambil menatap Kopral Aman yang masih nyiter.“Hmm…berapa biayanya?” Balang bertanya.“Siap…sekitar 18 juta Ndan..!”“Kamu Serda Agus…ada masalah apa juga?”Balang malah bertanya ke ajudannya ini. Ko
Balang manfaatkan waktu keliling tinjau semua Dandim nya di seluruh propinsi ini, dari 15 Makodim, hanya 5 yang di anggapnya baik.Sisanya, Balang mengerutkan kening, rata-rata komandannya gaya bak orkay…tapi banyak serdadunya yang masih sangat ‘miskin’. Sampai ada yang tak memiliki rumah dan kendaraan dan terpaksa tinggal di asrama, padahal sudah punya anak-anak yang gede.Sampai Balang sindir anak buahnya ini mirip ular, kepalanya gede, tapi makin ke ujung makin kecil…!Komandan-komandannya kaya raya, tapi anak buahnya miskin. Saking jengkelnya, Balang lalu usulkan 10 Dandim di ganti. Usulan Balang langsung di setujui Panglima Kodam nya.Lalu melalui komandan-komandan yang baru-baru ini, Balang minta data yang mana saja prajurit yang tak punya rumah dan kendaraan.Hasilnya Balang geleng-geleng kepala, setiap Makodim rata-rata 25 orang serdadu tak punya rumah dan 50 orang masih kredit motor dan 20 an yang tak punya kendaraan sama sekali.“Gimana mau sejahtera serdadu kalau gini…panta
Hari ini Kolonel Balang ada tugas kunjungan ke Kabupaten Tomasin, sekaligus akan serahkan bantuan pada para serdadunya. Ini adalah bantuan tahap kedua bagi para serdadu Balang yang tak punya rumah dan kendaraan.Balang kaget, di ruang tamunya yang datang bukan Kopral Aman, tapi hanya ajudannya, Serda Agus, yang sudah kembali bertugas. Setelah cuti selama 3 minggu usai menikah dan resepsi dengan Sonia, selain Serda Agus juga ada…Viona.“Ayah kamu mana Viona?”“Maaf Bang, ayah mendadak sakit, tadi pagi kepala beliau berasa pusing, agaknya maag beliau kumat. Ayah utus Viona untuk sampaikan izin ke Abang!”Balang sebenarnya sudah ingin mengganti Kopral Agus sebagai sopir, selain faktor usia, yang sudah 55 tahunan, ayah Viona ini juga sering ngantuk kalau lagi bawa mobil.Apalagi mata sang kopral tua ini juga minus, sehingga bahaya juga kalau terus jadi sopir, terlebih kalau perjalanan malam hari, saat ini Balang memang sudah mulai seleksi calon pengganti Kopral Aman, yang akan dia usulkan
“Bang…kenapa sampai sekarang belum berumah tangga, kan usia Abang udah matang tuh,” pancing Viona. Sambil buru-buru merapikan pakain tidurnya, karena tadi sempat mengintip pahanya yang putih bersih dan berbulu halus.Terdiam sesaat Balang. “Apa aku harus terbuka atau nggak yaa…kalau aku masih memiliki musuh berbahaya, inilah yang membuat aku belum niat ber RT,” pikir Balang, bingung antara jujur dan berbohong.Viona mendiamkan saja Balang yang terlihat sedang berpikir itu. Setelah menghela nafas, Balang menatap Viona.“Sebenarnya…ada keinginan itu Viona! Tapi saat ini, masih ada persoalan berat yang harus aku selesaikan…dan ini taruhannya nyawa…kalau aku ber RT, kasian istriku…juga kalau ada anak…!”Kaget juga Viona, tak dia sangka pria yang dipikirnya sangat ‘sempurna’ ini ternyata mempunyai masalah yang cukup pelik, malah nyawa lagi taruhannya.“Kamu sendiri gimana Viona, kata Agus di mobil siang tadi kamu juga punya kekasih?”“Dulu iya Bang, bahkan kami sudah rencana mau nikah, set
Viona sangat bahagia, kini dia sudah resmi jadi istri Kolonel Balang, walaupun pernikahan ini harus di rahasiakan.Balang bahkan sampai kini bingung sendiri, tanpa pacaran, hanya kenal singkat, dia sudah menjadi suami wanita jelita berkulit putih ini.“Ini mimpi apa bukan sih!” pikir Balang, tapi dia kaget sendiri saat menatap di pelukannya Viona sedang enak ketiduran, setelah mereka kembali berlayar ke angkasa, usai melangsungkan pernikahan tadi pagi.Viona selalu memeluk erat tubuh Balang setiap pria ini klimaks, dia bilang ingin segera beri keturunan buat suaminya ini. Walaupun Balang sangsi, apakah bisa memberi istrinya ini anak, karena selama ini tak ada wanita yang dia gauli hamil olehnya.“Kalau sampai Viona hamil, artinya aku tak mandul,” pikir Balang.Dan saat hari ke 3, Viona melongo sekaligus senyum senang, Balang minta istrinya batalkan kerja di Kabupaten Tomasin ini.“Kita kembali ke Manado, kamu nanti aku buatkan klinik sendiri, nggak usah kerja jadi pegawai ya…?” bisik
Kolonel Balang menatap 5 Dandim nya, mereka saat ini rapat terbatas setelah Balang resmi jabat Danrem. Latua Puncak merupakan wilayah pemekaran, dulu hanya satu propinsi, lalu kini berubah jadi 4 propinsi. Latua Puncak memiliki 5 Kabupaten.“Jadi kelompok kriminal bersenjata Black Panther makin merajalela dan sudah banyak korban jatuh?” Balang menatap tajam anak buahnya. Para perwira ini rata-rata berusia 35 dan 40 tahunan, namun dari segi ke pangkatan, di bawah Balang yang Kolonel.“Siap Ndan, benar sekali, barusan minggu yang lalu pasukan kita di sergap dan jatuh korban jiwa 2 orang,” sahut Letkol Enjang, Dandim Latua Barat.Latua Barat di anggap paling rawan dan sering terjadi aksi tembak menembak dengan pasukan kriminal bersenjata itu. Apalagi wilayah ini berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini.“Berapa pasukan kamu di sana Letkol Enjang?”“Siap Ndan, hanya 300 orang Ndan, kini sisa 298 orang!” “Baik…kamu data pasukan kamu itu, siapa yang sudah bertugas lebih dari 3 tahun,
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman