Opah Lim menatap wajah Dean, kakek tua ini seakan mengingat masa lampau! Wajah Dean memang membuatnya kaget. Tapi Opah Lim diam saja tidak bertanya, karena mendengar kisah Naomi yang di culik Marina cs membuatnya marah.“Kalau nggak ada Abang Dean, mungkin Naomi sudah mereka perkosa Mah!” Naomi menutupi kisahnya, mulai dari di culik hingga ingin di perkosa.“Hmm…kita tunggu kakak kamu,” sela Tante Lisa sangat marah, tapi ditahannya, karena ada Dean di samping anaknya ini.Tak lama orang yang di tunggu datang. Cen Long langsung kaget dan memeluk Naomi, hatinya lega adiknya pulang dengan selamat.Dean hanya memperhatikan, pria ini seperti Naomi, berkulit putih Asia dan matanya agak sipit, tapi memiliki tubuh kokoh kuat.Pakaiannya pun perlente, seperti seorang eksekutif muda, jauh dari kesan gangster seperti yang dikisahkan Marina. Wajah Cen Long juga tampan, layaknya artis drakor, dengan tubuh jangkung hampir sama dengan Dean. “Thank’s ya Mr Dean, kamu sudah selamatkan adikku, kelom
Sejak mulai dekat dengan Naomi, Dean sudah tak lagi datang ke klub Marina, sehingga wanita ini mulai curiga.“Jangan-jangan dia dulu yang membebaskan adik si Cen Long, apakah dia mata-mata mereka, yang sengaja di susupkan ke kelompok kami?” batin Marina mula bertanya-tanya. Lalu diam-diam memerintahkan anak buahnya, mulai menyelidiki siapa sebenarnya Dean ini.Cen Lon seakan memberi jalan agar Dean mendekati adiknya, walaupun sepintas dia tahu Dean bukanlah pria yang setia pada satu wanita.Tapi pria muda itu punya misi khusus buat Dean, sehingga dia membiarkan saja. “Aku percaya kamu lelaki yang bisa jaga adikku. Sehingga tak perlu lagi pakai bodyguard kemana-mana,” bisik Cen Long saat berduaan dengan Dean.Dean hanya tersenyum saja, inilah untuk pertama kalinya, gadis yang dia incar, saudaranya malah mendukung.Namun, kali ini Dean gunakan gaya berbeda, Naomi ternyata bukan tipikal wanita yang bisa langsung di ajak bobo, juga tak silau dengana hartanya.Gadis yang masih pelajar ini
“Balang…!” Dean yang masih nanar matanya karena pengaruh obat bius, kaget melihat adiknya kini duduk di samping ranjangnya.“Hmm…siapa yang melakukan ini padamu Bang…?” tanya Balang kalem.“Kapan kamu datang Balang? Bukannya kamu masih pendidikan di Magelang, inikan baru jalan 2 tahun?” Dean malah balik bertanya pada adiknya ini.“Aku tiba dari Jakarta kemarin dan di suruh papa langsung ke sini, kebetulan aku liburan selama 1,5 bulan, lalu masuk pendidikan lagi…ceritalah, siapa orang yang tega menembak kedua kaki Abang dan apa masalahnya?”Dean terdiam sesaat, seakan mengumpulkan ingatannya. Lalu meluncurlah kisahnya dan saat teringat nasib Naomi, Dean sampai memerah matanya.“Semoga Naomi tak kenapa-kenapa dan kakak nya Cen Long bisa membebaskannya!” lirih suara Dean, bak orang putus asa, karena Dean ingat Naomi dulu hampir di perkosa.Selama Dean bercerita, Balang hanya diam mendengarkan. Kini Balang langsung paham, tanpa di duga dia minta alamat Marina cs, sekaligus alamat Naomi, D
“Brisia…!” Balang lalu mengulurkan tangan, agar waitress bule ini bisa bangun lagi, setelah tadi sempat terjatuh, usai di begal dua orang yang kini lari lintang pukang, usai di pukul Balang.Keduanya naik taksi, awalnya Brisia mau naik kereta api, tapi Balang melihat ada beberapa orang keluar dari pub dan menunjuk-nunjuk dia.Pemuda inipun buru-buru menarik Brisia dan mencegat taksi yang lewat. “Cukup dulu malam ini bikin geger, nanti lanjut lagi kalau ketemu wanita yang bernama Marina itu!” batin Balang.Balang cukup cerdik, dia tahu kalau masih bikin ulah, tak tertutup kemungkinan dia bakal meringkuk di tahanan polisi.Brisia menyebutkan alamatnya, sehingga kini si sopir taksi mengarahkan ke sebuah flat. Tempat tinggal Brisia. “Mampir dulu Balang?” Balang terdiam sesaat, akhirnya ia mengangguk.Brisia hanya tinggal sendiri di flat yang tak terlalu besar ini. Brisia ternyata kerja paruh waktu di pub itu. Dia masih melanjutkan pendidikannya di sebuah universitas.Saat Balang membuka g
“Dean ini dokter Qorry, anakku, dia dokter umum di rumah sakit Batupecah. Kalau sore sampai malam dia buka praktek di klinik ini,” Bidan Dayang mengenalkan si cantik ini pada Dean.“Dean…!” Bidan Dayang mengulangi ucapannya. “Eh iyaa…iya Nek Bidan…kakinya sudah enakan, Qorry dokter…iya dok!” sahut Dean tergagap, dokter Qorry tertawa kecil melihat kelakuan Dean yang gelagapan begitu.“Hadeuhhh…!” Bidan Dayang geleng-geleng kepala. Nggak jauh beda dengan kelakuan kakeknya, pikir si nenek ini.Bidan Dayang lalu permisi keluar ruang perawatan ini, dia paham, ini porsinya anak muda.Sejak hari ini, Dean pun mulai jalani therapi pengobatan, kombinasi tradisional dan obat modern.Sudah bisa di duga, Dean betah berada di sini…karena setiap hari bertemu dokter cantik yang sangat mirip artis yang ngaku kena bipolar, Marshanda.Bidan Dayang sehari sekali mengurut kaki Dean, dan 2 kali sehari di beri dokter Qorry suntikan anti biotik dan pereda rada sakit.Sambil memijat kaki Dean, Bidan Dayang k
Dua pemuda ini saling tatap, aroma permusuhan langsung terasa, Balang tak undur sedikitpun, matanya tajam menusuk. Teringat penderitaan Dean membuatnya nekat.Pemuda ini tak takut sedikitpun, padahal saat ini berada di sarang Cen Long. Tiba-tiba pria cerdik dan licik ini tersenyum.“Tuduhan kamu sangat ngawur Balang, kamu tak punya bukti, asal nuduh saja…apa tak sebaiknya kita berteman saja. Abang kamu saja sering main ke sini..dan dekat dengan Naomi adikku itu!”Balang langsung berdiri. “Maaf, aku bukan teman kamu Cen Long! Ingat, kalau kamu sengaja menjebak Dean. Aku tak segan hajar kamu dan bikin kamu lebih menderita dari Dean, terima kasih minumannya, permisi…!”Dua orang anak buah Cen Long langsung ingin maju menghajar Balang. Tapi Cen Long menahan dengan tangannya.Balang menatap keduanya. “Kelak kita akan bertemu!” desis Balang menatap tajam dua anak buah Cen Long.Tiba-tiba satu orang itu memukul secepat kilat ke wajah Balang. Tapi lebih cepat lagi Balang menyingkir dan…plakkk
Anak buah Marina kini tegang semua, mereka tak berdaya melihat si Queen kini bangkit perlahan dan sedang di todong Balang.“Kamu jangan salah paham, bukan aku yang menembak kaki Dean!” cetus Marina, hingga Balang terdiam sesaat.“Hmm…tak usah ngeles Marina!” dengus Balang dingin.“Baiklah, kamu lihat rekaman CCTV ini,” Marina lalu mengambil ponselnya dan memberikan pada Balang.Dalam rekaman itu terlihat Marina memang mengarahkan pistolnya ke Dean…tapi secara tak terduga, seorang anak buahnya yang berkulit hitam, menembak Dean dua kali di kaki, yang membuat Dean ambruk.Dan…Marina secara mengejutkan balik menembak ‘anak buahnya’. “Anak buahku itu ternyata menerima sogokan dari si Cen Long, dia di bayar Cen Long untuk mengadu domba aku dan Dean. Bangsatnya lagi, adiknya di amankan mereka, lalu Dean salah sangka dan menuding kami penculiknya!”Marina lalu bercerita, melihat Dean tertembak di kaki, dia lalu memerintahkan anak buahnya secepatnya membawa Dean ke rumah sakit.Tapi Marina sa
“Kamu di mana bro…?” Harden sahabat dekatnya di pendidikan perwira menelpon.“Aku…masih di Jakarta Den, kenapa?” Balang terpaksa berbohong, tak mungkin ia ngaku ada di London.Sampai kini teman-temannya di pendidikan tidak ada yang tahu jatidiri Balang sesungguhnya, kalau dia merupakan anak seorang crazy rich.“Eh jangan kelamaan seminggu lagi kita masuk pendidikan ini, ntar ente kena finalti dan tertunda kelulusan,” sahut Harden memperingatkan sahabat dekatnya ini.“Iya, aku bakal datang tepat waktu,” sahut Balang, lalu klik telpon pun ditutup. Marina hanya menatap adik se ayahnya ini.“Jadi kamu masuk pendidikan di tentara ya…?” Marina bertanya dan Balang langsung mengangguk.“Hmm…pantas…kamu itu dingin dan tak kenal ampun!” kini Marina tak heran lagi dengan sepak terjang adiknya ini.Entah kenapa, dengan Balang inilah dia merasa lebih dekat di bandingkan Dean sebagai saudara se ayah.“Ka Marina…kenapa kamu sampai jadi gangster, kalau tak keberatan, ceritalah!”Kini keduanya sengaja
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman