Aldot pun sesaat mengenang ke masa lalu, kala dia yang masih remaja. Saat itu sedang liburan di sekolah kepolisian, lalu sengaja jalan-jalan ke tempat Joko.Tanpa sengaja di dalam bus, Aldot berkenalan dengan Mona, yang saat itu membawa Ayu yang masih berusia 3-4 tahunan di sebuah bus (baca bab terdahulu).Aldot termenung, karena Mona sudah tiada. Tak menyangka janda denok dan manis itu sudah meninggal dunia.Lama Aldot menatap Ayu, wajah gadis cantik ini bak pinang di belah dua dengan Mona. Bahkan saat Aldot menatap lengan Mona yang di penuhi bulu-bulu halus. Sama persis dengan milik Mona.“Kamu…cantik sekali Ayu…tak jauh beda dengan ibu kamu..?” gumam Aldot tanpa sadar. Sambil memegang lengan Mona, lalu membelai pipi gadis cantik ini.Tanpa di duga Ayu malah memeluk Aldot dan dia merasa bukan hanya memeluk sosok ayah, tapi lebih dari itu.Aldot hanya membelai punggung si cantik ini dan kenangan bersama Mona menyeruak dalam dadanya. Aldot malah ingat, Ayu kala itu sangat pintar sekal
Balang tak mau berpusing ria dengan kelakuan Kakeknya. Setelah kakeknya menikahi Tante Ayu. Lalu memboyongnya ke rumah mewah yang ada di Malang, milik kakeknya juga.Dengan alasan mau sekolah, Balang meluncur ke Surabaya.“Daripada telingaku kena jewer dua nenek, mending kabur duluan aahhh..!” pikir Balang.Padahal aslinya Balang masih tak enak dengan Cindy, yang kini harus dia panggil Tante Cindy.Cindy adalah yang pertama mengajarinya bercinta. Setiap kali berbincang dengan Cindy, Balang pasti menunduk malu. Cindy sendiri senyum-senyum saja. Baginya apa yang terjadi dengan Balang cukup jadi rahasia mereka selamanya.Cindy di minta Kakek Aldot berhenti kerja di minimarket. Karena Cindy akan naik pangkat. Si kakek yang tengah berbahagia ini tak tanggung-tanggung beri anaknya anugerah.Cindy langsung diangkat jadi Direktur Utama jaringan minimarket Cabang Jawa Timur itu. Karena sahamnya sebagian besar milik Kanah Group. Satu rumah mewah yang ada di Surabaya di serahkan buat Cindy, len
Sesuai janji siang tadi, Balang dan Khamila kini jalan-jalan berdua…!Khamila mencubit paha Balang dengan gemas. “Kamu tu yaa…sudah kamu apain adikku, sampai di belikan mobil mewah itu?” cetus Khamila curiga, saat berduaan dalam mobil sport Balang.Tentu saja tanpa sepengetahuan Grace, dari rumah Khamila naik taksi, lalu bertemu Balang di sebuah tempat dan kini mereka sudah berduaan di mobil mewah remaja ini.“Suwerr Khamila, belum diapa-apain, di cium ajak kagak!” sahut Balang polos. Khamila antara percaya dan tidak dengan ucapan Balang ini.“Jahat banget sih kamu, udah nge-rujak punya aku, hingga dua hari dua malam. Tapi aku nggak di beli’in apapun. Adikku belum di apa-apain udah dapat mobil ajahh!” Khamila pura-pura merajuk.“Kan kalo mau dekatin kakaknya, harus kasih hadiah ke adiknya!” gombal Balang.“Iiihh nge-rayunya pinter bingitttt…ntar lama-lama perawan si Grace jebol sama kamu. Enak benar kamu ini, dapat satu paket komplet. Kakaknya di embat, adiknya kelak dapat!” olok Kham
“Hmm…jadi kamu menghajar anak buah si Dato Simon?”“Iya pah…saat Balang hajar dia ngaku di suruh orang yang bernama Dato Simon, papa tau nggak siapa sih si Dato Simon itu?Walaupun tetap tenang, Radin kaget saat Balang menceritakan dia bentrok dengan pembunuh bayaran, yang mengaku anak buah musuh besarnya itu.“Balang, kamu mulai kini harus hati-hati.” Radin pun lalu menceritakan secara singkat siapa Dato Simon itu.“Apa perlu papa kirim pengawal ke sana, agar kamu di kawal kemana-mana?”“Nggak usah pah, Balang bisa jaga diri kok!”“Baiklah, papa percaya dengan kamu. Sesekali kamu datangin Om kamu, Irjen Bardi, yang baru jadi Kapolda di sana!” Balang pun mengiyakan ucapan ayahnya.Irjen Bardi adalah kakak Mami Citra, karir Bardi menanjak setelah dia makin akrab dengan Radin, ayah Balang dan juga iparnya ini. “Pantasss…dendam masalalu yang rumit! Awas saja, Kalau ketemu lagi, aku tak akan beri ampun!” Balang menggemelutukan giginya saking marahnya.Inilah yang dikhawatirkan Opah Bran
Perjalanan klub basket SMU 78 di kejuaraan basket se Propinsi Jatim cukup berat, mereka sering tertatih-tatih sejak babak awal, karena lawan-lawannya sangat berat.Apalagi sejak David dan Boni tidak ada lagi, keduanya sudah lulus. Otomatis Balang jadi tulang punggung pendulang angka bagi tim nya.David dan Boni memang jadi bintang saat keduanya masih berseragam SMU 78. Masih untung tandem Balang, si penembak Aman mulai meningkat kehebatannya, walaupun masih di bawah David atau Boni dahulu.Pa Andi sang pelatih sekaligus guru olahraga di SMU 78, mau tak mau terpaksa mengandalkan sang kapten Balang. Sardono kadang jengkel sekali dengan rekan-rekannya selain Balang, yang sulit memasukan bola ke keranjang lawan, sebagai pengumpan jitu wajar Sardono sering kesal.Dan petaka itupun datang juga, saat di semifinal mereka bertemu klub basket yang juga juara bertahan dari SMU 32 Malang.Balang yang sudah habis-habisan berjuang dan jadi pendulang angka terbanyak, harus merasakan kekalahan dari s
“Balang…aku ikut yaa…?”Balang menatap wajah Grace yang mau ikut ke Desa Dudur di Kalimantan Selatan, tempat kakek sambungnya tinggal.Bingunglah Balang, kalau Grace ikut apa kata kakek dan neneknya kelak di sana nanti. Dia juga harus siap kuping panas di marahi Mami Hanum! Berani bawa-bawa cewek ke sana.“Jangan takut, aku nggak bakal bikin kamu repot kok, pleasee…kan ini liburan, aku pingin jalan-jalan ke Kalimantan!”“Oke…tapi kalau kakek dan nenekku di sana tanya. Kamu harus bilang sepupu aku ya!”“Oke dehhh siappp…!” Grace melonjak kegirangan, Balang terpaksa mengalihkan pandangan. Saat melompat kegirangan begitu, bukit kembar gede Grace seakan ikut ‘melompat’. “Hadeuhh…bikin senewen ni anak…!” pikir Balang.Balang hanya 3 hari di rumah sakit, tusukan salah satu dari 3 orang yang mengeroyoknya hanya menyerempet perutnya, sehingga tidak fatal lukanya.Seminggu kemudian, Balang dan Grace sudah bersiap terbang ke Bandara Syamsudinor Banjarbaru.Balang sengaja tak ingin naik privat
Balang harus mengakui, walaupun daya tarik Grace sangat kuat. Tapi Grace tak berpengalaman seperti Khamila, yang bisa memanjakan dirinya.Biarpun memiliki tubuh bak pemuda dewasa, kadang sifat kekanak-kanakan Balang muncul. Hanya Khamila dan Tante Cindy-nya memahami jiwa Balang saat ini.Grace lebih muda setahun dari Balang, dan tipikal Grace mirip dengan remaja ini, kadang kumat kekanak-kanakannya.Balang masih remaja, jam terbangnya belum terasah dengan baik. Balang pun tak takut selalu lakukan pelepasan di rahim Grace. Tak mikir apa akibat ke depannya. Hanya mikir enaknya doank!Sudah bisa di duga, mereka malah aseek ‘bulan madu!’Hingga hari ke 3 barulah mereka ke Desa Dudur. Kembali Grace sangat bahagia bisa jalan-jalan melewati hutan, hingga kebun sawit yang sangat luas menuju ke Desa Dudur.Kakek Darlan dan Nenek Sola, kedua orangtua Mami Hanum, kaget sekaligus senang, cucu mereka datang berkunjung.Saat melihat Grace, Nenek Sola langsung mencubit Balang. “Kamu pintar banget mi
“Sebelum ku bikin badan kamu patah-patah, sebutkan siapa yang menyuruh kamu ingin membunuhku?”“Huhh…lagak kamu bocil, tak perlu kamu tahu siapa orangnya, yang jelas malam ini kamu akan ku selesaikan. Mayat kamu akan ku lempar ke laut biar di makan hiu!” lalu orang ini terkekeh mengejek Balang.“Hmm baiklah…jangan salahkan aku kalau mulutmu bergeser,” cetus Balang dan kini bersiap.“Ha-ha-ha gaya mu selangit bocil!” pria ini langsung mencabut belatinya. Dan mulai pasang kuda-kuda dan tasss…dia mulai menyabetkan belati itu ke tubuh Balang.Tempat ini sepi, tak ada orang yang melihat keduanya sedang bertarung hidup dan mati. Padahal di dalam GOR suara ribuan penonton terus terdengar, saat partai tambahan berlangsung sangat sengit.Pria ini ahli gulat, dia beberapa kali ingin mengajak Balang gulat, sambil berniat akan menusuk tubuh Balang.Sedangkan Balang ahli teakwondo dan mengandalkan tendangan serta pukulan keras. Saat sama-sama maju, Balang melontarkan pukulan keras di sertai tendan
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman