Radin diam saja melihat istrinya menyediakan makan malam buatnya, sejak sore tadi dia bingung bagaimana menyampaikan pada Amai.Kalau ayahnya meminta segera pulang ke Jakarta, lalu seminggu kemudian harus terbang ke London untuk lanjutkan pendidikannya dan sepulang dari sana, dia sudah jadi Pewaris Tunggal kerajaan bisnis orang tuanya.“Kenapa bang, kok sejak sore tadi Amai lihat abang banyak termenung, apakah makanannya tak enak atau…Abang nggak puas siang tadi…dan pingin lagi?”“Tidak sayang…!” Radin menatap lama wajah istrinya yang makin cantik saja sambil tertawa kecil mendengar kalimat terakhir tadi.Amai memang kadang protes, sebab setiap hari harus keramas, akibat suaminya makin candu saja dengan tubuhnya.“Lantas…ada apa..?”Setelah menghela nafas panjang, Radin akhirnya mengungkapkan apa adanya, kalau ayahnya menelpon dan memintanya segera ke Jakarta, dan minggu depan pergi ke Inggris, melanjutkan pendidikan S2 nya.Kini gantian Amai yang terdiam, kebahagian yang dia rasakan
Pertemuan tak sengaja dengan Amanda membuat Radin hari ini seharian tak konsen kuliah. Rasa penasarannya membuat dia jadi ingin tahu,Kenapa Amanda dulu sengaja meninggalkannya, lalu kini tahu-tahu berjalan dengan seorang pria dan memiliki seorang anak kecil...?Usai perkuliahan, Radin sengaja memanfaatkan waktu jalan-jalan lagi, jalanan sangat rame, karena para supporter bola yang identik dengan warna biru sedang pesta, merayakan klubnya juara Liga Inggris tahun ini.Walaupun bukan penggemar bola fanatik, Radin juga sempat ke nonton langsung bersama Peter dan Andrew, dua sahabat satu kampusnya pertandingan terakhir klub ini, dua hari yang lalu.Ia ikut merasakan eufhoria para supporter yang gila-gilaan berpesta, bahkan sampai ada yang telanjang sambil mabuk.Dan hari ini rupanya pesta kemenangan sampai juga ke London, saat itulah Radin kaget melihat ada seorang anak kecil berambut pirang, yang usianya sekitar 4 tahunan hampir terlempar ke jalanan, karena tersenggol para supporter bol
Radin duduk termangu, dr Laura sudah menjelaskan kondisi Amanda secara detil padanya. Pemuda ini hanya bisa menatap sendu gadis cantik yang makin kurus ini di ruang perawatan.Dr Laura, ahli penyakit kanker paling senior di rumah sakit yang ada di rumah sakit London ini menjelaskan secara medis, usia Amanda tinggal menghitung bulan.“Sel-sel kanker itu sudah menyebar ke seluruh tubuhnya, kalaupun dilakukan therapi hanya akan mengurangi sakit saja…tapi tak bisa menyembuhkan!”Itulah kalimat dr Laura, hingga Radin hanya bisa berjalan gontai dan menatap Amanda yang kini sedang menjalani therapi di ruangan perawatan, ini adalah minggu ketiga gadis jelita ini masuk kembali ruang perawatan.Dr Laura juga meminta agar Radin membawa Amanda ke tempat-tempat yang bisa membangkitkan gairah hidupnya. Radin pun mengangguk.London sedang memasuki musim gugur, cuaca mulai dingin, Radin memegang jari lentik kurus Amanda.“Kamu sebutin Manda…apa mimpi mu yang belum kesampaian…aku akan mewujudkannya!”
Radin tetap terkontrol dan pelan-pelan memperlakukan Amanda, saat melakukan penetrasi, dia pun kaget, Amanda ternyata masih perawan dan kembali pria yang sangat berpengalaman ini harus mengeluarkan ‘ilmu’ bercintanya yang sudah masuk kategori suhu.Amanda sampai memuji betapa hebatnya suaminya ini membuat dia melayang ke angkasa, dan tak merasakan perih berlebihan, yang ada malah kenikmatan yang baru pertamakali dia rasakan.Dan Amanda dengan senang hati menerima siraman di rahimnya, bahkan dia berbisik semoga rahimnya bisa jadi seorang janin, atau anak mereka berdua kelak.Saat beristirahat sambil berpelukan, Amanda akhirnya terbuka, kalau penyakitnya ini sudah terdeteksi sejak dia duduk di kelas 11 atau kelas dua SMU.“Saat itu kankernya di bilang masih jinak dan bisa di atasi dengan obat, namun setelah kuliah, ternyata kanker itu itu makin lama makin mengganas dan akhirnya menghantam ke ginjalku…itulah sebabnya aku tak mau bablas dengan kamu dulu…aku takut dengan penyakitku itu!”R
Radin kini duduk termangu di rumah mertuanya, sehari setelah acara penguburan Amanda Hasim Zailani Klorst.Tak dia sangka kebahagian Amanda bersamanya hanya berlangsung singkat, yakni 10 bulanan. Ayah dan ibunya, serta mertuanya terlihat berbincang santai di teras rumah kecil sederhana ini.Aldot sudah menawarkan James dan Tante Nengsih pulang kembali ke Indonesia, dan rumah serta pekerjaan sudah disiapkan buat mertua Radin ini.Tak lama Aldot dan Mami Melly izin balik ke hotel ke James dan Tante Nengsih dan berencana besoknya akan pulang ke Indonesia.Saat melihat Radin masih termangu seorang diri di ruangan tengah, Aldot menowel istrinya agar jangan di ganggu.“Biarkan saja dulu, kita maklumi kondisi kejiwaannya!” bisik Radin, Mami Melly pun mengangguk paham.Saat duduk termangu itulah, Radin melihat ada sebuah foto lama di dinding, yakni dua gadis kecil, yang satu berumur 1 tahunan dan satunya berumur 7 tahunan.Si gadis kecil itu sedang menggandeng si kecil itu, keduanya terlihat
Seorang mamah muda, cantik berkulit putih dengan kerudung, memiliki badan tinggi semampai, terlihat aseek menyapu halaman.Terlihat seorang bayi di kereta nya sedang aseek di suapi seorang wanita setengah tua, bayinya ini terlihat sangat tampan, berkulit putih bersih dan selalu tertawa kalau di candai.“Amai, bunda mau pulang dulu, nanti ayahmu bentar lagi pulang ceramah dari desa tetangga!”“Iya bunda…biarkan saja Dean di sana, nanti Amai yang lanjutin kasih makan!” mamah muda yang ternyata Amai ini lalu meletakan sapunya, dan kini mendorong kereta bayinya dan masuk ke dalam rumah. Amai tak sadar, dari jauh semua gerak geriknya di perhatikan seorang pria tampan, di samping mobil mewahnya.Setelah Amai masuk ke rumahnya, pria muda ini lalu masuk ke mobilnya dan menjalankan pelan-pelan dan kini parkir di halaman rumah model minimalis ini.Pria ini melepas jaketnya, dan kini hanya dengan baju him warna krim yang lengannya di gulung dan celana agak slim.Dia lalu masuk ke teras dan mu
Tapi saat menatap wajah Radin, Amai melengus dan kembali pasang wajah jutek.Bahkan saat di dalam rumah, langsung merentakan diri saat Radin memeluk dan menciumi bibirnya. Masih…malu-malu campur marah..!“Wanita emank susah di mengerti, tadi ada mertua, pegang-pegang mulu, pas berduaan, marah-marah,” batin Radin bingung sendiri.Di tinggalkan berduaan di rumah, Amai terlihat tetap merajuk dengan suaminya. “Kenapa sih kalau malam hape selalu di off kan..?” Radin sengaja bicara pelan, agar istri jelitanya yang kumat manjanya ini tak makin merajuk.“Lahh Abang sendiri kenapa nggak mau ngalah nelpon bini yang gulang-galing membawa perut gede, hingga lahiran nggak ada suami di samping. Jahat banget sih jadi suami, nanam saham doang bisanya, tapi giliran hamil dan lahirin di tinggalin!”Suara Amai masih ketus sambil menatap tajam wajah tampan suaminya ini.“Iya dehh, Abang ngaku salahhhh…pokoknya abang salahhh…!”Radin tentu saja ingat, yang namanya wanita walaupun salah tak bakal ngaku, se
Amai tentu saja awal-awalnya terkaget-kaget begitu tahu kaya rayanya mertuanya, bahkan saat melihat garasinya, wanita jelita ini melongo melihat jejeran mobil mewah yang mengalahkan showroom mewah sekalipun.“Ini semua milik abang dan papi serta mami mertua…?”“Iya…yang khusus punya abang tuh yang di bagian timur, jumlahnya ada 50 buah, yang ini milik papa dan mami serta Sonia juga Rianti dan Resa!”“Gila…banyak banget, kapan makenya, punya abang saja 50 buah, punya papi mertua hampir 100 an, punya mami mertua 60 an, ka Sonia 15 buah belum lagi di rumah sendiri dengan suaminya, adik Rianti dan Resa masing-masing 20 buah…?” Radin tertawa saja melihat istrinya ini ngi-tung semua jejeran mobil ini, tapi dia salut juga, istrinya ini ternyata sangat cerdas, cepat sekali kalau soal hitungan.“Itu baru di sini sayang, di apartemen dan rumah-rumah yang lain masih banyak kok, ahh sudah lah yukss masuk ke dalam, sudah di tunggu orang rumah makan siang bersama!”Sebulan kemudian, rumah besar Al
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman