Hanya tiga hari di rumah sakit, Radin memutuskan pindah ke hotel dan dia mengontak sahabatnya Bardi, yang kini sudah naik pangkat jadi AKBP dan malah jadi Kapolres Cicangi.Begitu bertemu di lobby hotel, Bardi geleng-geleng melihat si crazy rich ini kembali harus berhadapan dengan musuh-musunya.Dan yang bikin AKBP Bardi kaget, lengan Radin yang sebelumnya tertembak kini sepertinya sudah sembuh dengan cepat.“Kami menduga pelakunya adalah Irwan, mantan suami mendiang Rose!” Bardi menatap Radin yang terlihat tidak kaget dengan informasi yang dia sampaikan.“Hmm…aku pun menduga demikian, bagaimana dengan motor para pelaku itu Bardi?”“Plat yang mereka gunakan ternyata palsu Radin, tapi kami sudah berhasil melacak persembunyian mereka, paling lama dua hari lagi kami akan lakukan penyergapan, kali ini aku sendiri yang memimpin!” “Aku ikut..!” sela Radin cepat.“Tapi…bagaimana dengan luka kamu mas?” potong AKBP Bardi, Radin hanya tersenyum sambil menepuk bahunya yang baru saja ganti perb
“Apa kabar Irwan, kita bertemu kembali!” Radin kini sudah berada di dekat ke 3 pria ini tanpa rasa takut.Alangkah terperanjatnya ketiganya. Semuanya langsung kalang kabut mencabut senjata masing-masing.Tapi Radin lebih cepat. Dorrr…dorrr dua kali tembakan yang Radin lesakan membuat orang yang tadi sedang membersihkan pistol rakitan, dan yang satunya terburu-buru mencabut pistol dari pinggangnya terjungkal dari kursi.Irwan dengan nekat langsung menyeruduk Radin hingga keduanya terjungkal di tanah, dan keduanya bergulingan hingga agak menjauh dari pondok ini. Saling belit dan pukul pun tak terelakan, pertarungan hidup dan mati bagi Irwan, tapi bagi Radin hanya ingin memberi pelajaran keras saja pada pria kasar ini.Radin yang tak menyangka Irwan senekat ini, langsung memukul sekerasnya tengkuk Irwan, tapi karena dalam posisi terjungkal dan sama-sama bergulingan, pukulannya meleset, pukulan keras Radin menyeleweng dan hanya mengenai bahu pria ini.Irwan sempat menyeringai kesakitan, p
Bola mata Radin langsung membulat mendengar ucapan Citra, pria ini memang nakal, tapi untuk mempertemukan dua wanita yang dia cintai ini. Rada ngeri juga!“Kenapa Abang takut..?” Citra tertawa melihat pria yang sudah dia kenal nekat dan tak pernah mundur dengan musuh yang ganas sekalipun, kini bak siput saja, takut dengan niatnya bertemu Amai.“Hmm…mau nambah bini, kok nyali Abang ciut sihh?”Radin tertawa masam, ia pun ingat pernah Amai keceplosan bilang, kasian dengan dirinya yang kini sering tak merasa puas, karena Amai masih menyusui kedua anak mereka, Dean dan Balang.Bahkan setelah Dean dan Balang berhenti menetek karena usia keduanya 3 dan 2 tahunan, Amai pun mengakui kewalahan dengan kekuatan suaminya ini.“Mending Abang tambah bini deh, aku rela kok, tapi ada syaratnya, kenalkan wanita itu denganku, kalau kalau aku nggak sreg, mau secantik bidadari jangan harap aku kasih izin!”Itulah syarat Amai dan kini Citra malah ingin bertemu istrinya…? “Udah yuks, kita kembali ke
Dengan mantap Radin ucapkan ijab kabul di depan seorang penghulu, inilah pernikahan ketiganya, di usia 3 tahunan pernikahannya dengan Soraya Amani. Citra Andini, sah menjadi istri ketiganya 2 bulan setelah bertemu Amai.Untuk menjaga perasaan istri pertamanya, Radin sengaja tidak berbulan madu jauh-jauh, cukup di Jakarta saja.Ayah dan kedua ibunya, juga Opah dan dua Omah-nya malah salut dengan Amai, yang ikhlas mengizinkan Radin berpoligami.“Hebat banget kamu Amai, mami salut, tak mudah loh mengalahkan ego berbagi suami. Tapi kamu jangan berkecil hati, kan Mami berdua dan Omah berdua adalah contoh, asal ego diturunkan, kalian bisa rukun dan bahagia kok, daripada Radin nakal dan berselingkuh diluaran.”Itulah nasehat Mami Melly pada menantunya ini, hingga Amai mendapatkan dukungan moril dan kini dia tak lagi sedih.Dan di sebuah apartemen mewah, Citra benar-benar memberikan semuanya buat Radin yang kini sudah sah sebagai suaminya.Citra akhirnya paham, kenapa madunya memberi izin Rad
Setelah menyelesaikan urusan Balang, besoknya Radin harus terbang ke Kalimantan. Ada persoalan di anak perusahaannya yang tak bisa diwakilkan, sehingga dia harus berangkat.Radin jadi kangen dengan makanan di daerah ini, ia pun meminta sopir yang menjemputnya di bandara, agar mengantarnya ke sebuah rumah makan. Sedangkan tiga anak buahnya yang ikut diminta langsung ke hotel.Gugun, sang sopir dari anak perusaahan Kanah Group di Banjarbaru awalnya mikir, pasti sang bos tajir ini akan menuju ke sebuah rumah makan yang mewah.Namun anggapan itu salah besar, pria yang tetap tampan walaupun sudah 42 tahunan ini, meminta Gugun ke sebuah rumah makan sederhana, bahkan lantai warungnya pun masih tanah.Si pemilik warung langsung kaget saat melihat tamu istimewanya ini datang. Walaupun sudah lebih 16 tahunan, tapi Paman Ujai dan istrinya Bik Galuh yang sudah menua ini tetap ingat wajah Radin yang tak banyak berubah.“Duhh nak Radin, kok baru sekarang muncul!” Bik Galuh dengan terburu-buru memp
“Ma-maafkan aku…aku lupa dengan janjiku dulu!” Radin kini menyahut lemah, seakan menyesali keteledorannya.“Bang…aku kayaknya akan segera pindah lagi, lelaki yang mengancamku itu sudah tahu alamatku…!”“Mau pindah ke mana Hanum..?” Radin kaget juga, tak di nyana Hanum sampai begini.“Kemana saja, yang penting aku terhindar dari pria itu, dia bisa bertindak di luar kendali dan punya anak buah!” Hanum kini terlihat cemas. Radin langsung trenyuh dan iba melihat Hanum begitu.Baru saja akan bicara tiba-tiba ada yang mengedor pintu dan muncullah seorang lelaki yang terlihat kasar. Kaget saat melihat Hanum menerima tamu seorang pria tampan dan styles di rumah kontrakannya ini.Hanum langsung pucat pasi, tanpa sadar dan mendekati Radin dan berlindung di samping tubuh kokoh ini.“Bang…inilah orang, namanya Bang Uhai, kok bisa muncul tiba-tiba yaa…” bisik Hanum dengan suara bergetar, karena ketakutan.“Sudah tenang saja, biar aku atasi orang ini!” balas Radin perlahan, melihat Hanum dan Radin
Hanum bergelayut manja pada suaminya, Radin Hasim Zailani, wanita mungil cantik ini akhirnya bersedia jadi istri ke 3 sang crazy rich ini.Si sopir Gugun senyum-senyum saja melihat sang big bosnya kini memiliki 3 istri. “Kaya raya, ganteng, masih muda juga…kurang apalagi, wajar beliau punya bini sampai 3 orang, cantik-cantik lagi bak bidadari.” Pikir Gugun dan kini mengantarnya ke hotel mewah di Banjarmasin.Gugun kenal dua istri Radin sebelumnya, karena dia merupakan sopir khusus kalau Radin berkunjung ke sini. Kadang kedua istrinya ikut juga jalan-jalan dan Gugun otomatis kenal baik dengan dua nyonyah besar tersebut.Kini Gugun harus menambah sebutan. Nyonyah besar ke tiga pada si cantik mungil ini.Hanum sudah memantapkan hati menerima lamaran Radin dan paginya dia langsung di jemput Radin.Mereka menuju ke sebuah ponpes kecil di Desa Gambut, yang berjarak 16 kilometer dari Kota Banjarmasin, dan Gugun lah yang rekomendasikan tempatnya, lalu pernikahan sederhana pun dilakukan seoran
Teriakan-teriakan nyaring terdengar, puluhan warga berlarian ketakutan. Sekelompok remaja tanggung dengan mengacung-acungkan senjata tajam berupa golok. Bahkan ada yang bawa clurit dan samurai menakuti-nakuti warga.“Kaburrrr…cepat, ada geng motor ngamuk…” teriakan bergema kemana-mana. Suasana jalan raya kacau balau, banyak pemotor dan mobil yang balik arah ketakutan jadi sasaran para geng motor ini.Tapi ada satu remaja tanggung yang sama sekali tidak kabur, seragamnya masih biru putih, tanda dia masih bersekolah SMP, tubuhnya jangkung kurus, tapi wajahnya tampan bak cewek saja.Dia sedang berdiri di halte menunggu bus yang lewat, saat itulah lewat sebuah motor yang di tunggangi dua orang. Satu orang yang duduk di jok belakang menebaskan goloknya ke arah remaja tanggung ini.Kaget dan secara refleks dia langsung menghindar, tebasan itu luput, tiba-tiba motor ini berhenti dan penumpang di jok belakang yang tadi menebaskan goloknya, malah mengejar si remaja tanggung ini.Remaja tanggun
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman