Di saat Radin sedang bertemu Gabrille, di waktu bersamaan Aldot juga sedang bertemu seorang kolega bisnis di sebuah restoran mewah di pusat kota Paris.Aldot hanya bersama Horman pengawalnya, dan mereka bertemu dengan Tuan Santana, seorang pengusaha terkenal Prancis, terkait kerjasama bisnis yang selama ini sudah terjalin lumayan lama.Tanpa Aldot sadari, 3 pembunuh bayaran sudah mengincarnya saat datang ke restoran ini, namun mereka belum bertindak, karena saat itu suasana agak rame dan Aldot juga membawa pengawal setianya ini.Setelah melakukan metting hingga 2,5 jam, di mana Aldot akan menambah sahamnya di perusahaan Tuan Santana terkait pencaplokan sebuah operator seluler di Maroko dan Monaco yang rencana investasinya mencapai 25 triliun ini, serta akan menjadi sponsor sebuah klub bola elit di Liga Perancis.Lalu kelak pertemuan lanjutan akan di gelar di Jakarta satu bulan dari sekarang, kemudian Aldot pun keluar dari restoran ini.Begitu keluar dari restoran ini, salah seorang p
Pria berwajah agak Afrika ini terlihat tergesa-gesa masuk ke sebuah flat mewah bercat putih, matanya celingak-celinguk melihat ke kiri dan kanan sambil berkali-kali memencet bel, seakan takut ulahnya kepergok.Tak lama kemudian pintu terbuka dan pria ini buru-buru masuk, di seberang jalan flat putih ini terlihat Radin melihat kelakuan orang ini, lalu dia dengan tenang mengisi pelurunya, lalu memasang peredam dan kini dengan langkah santai melangkah menuju flat ini.Topi koplok dia pasang dan di tangannya ada sekotak makanan seperti pizza, Radin memencet bel itu, satu kali…dua kali dan kini kali ke tiga.Lalu terlihat seseorang seperti mengintipnya lewat lubang kecil di pintu flat ini, Radin memperlihatkan sekotak pizza, seolah-olah dia seorang kurir makanan ini.Pintu pun terbuka. “Siapa yang mesan pizza, di sini tidak ada yang mesan itu!” ucap pria ini dalam Bahasa Inggris aksen Perancis. Radin mengangkat kotak pizza ini. lalu…duppp…pria ini langsung terjengkang tanpa sempat berteri
“Radin…kamu mau kemana..?” Radin terdiam sesaat, baru saja dia ingin menyusul Gabrille, tapi tak di duganya di lobby hotel ini malah bertemu papanya yang baru saja datang dari kantor kepolisian Kota Paris.“Ee…mau jalan-jalan saja pah!”Aldot menatap wajah anaknya yang terlihat dingin dan cambang bauknya pun kini mulai lebat lagi, termasuk rambutnya yang mulai gondrong.“Hmm…hati-hati, kamu sudah tau kan apa yang barusan terjadi?”Radin mengangguk dan bilang dia barusan lihat breakingnews di TV terkait tembak menembak dan juga apa yang barusan papa nya alami.“Kenapa kamu tak bawa pengawal…?”“Tak apa pah, Radin bisa jaga diri…!”“Ya sudah, kabari kalau ada apa-apa!” Aldot pun berlalu, dia pikir Radin bisa jaga diri, karena…Aldot percaya ada sebuah rahasia besar yang anaknya ini simpan, dan rahasia besar itu sangat menakutkan bagi musuh-musuhnya.Radin sebenarnya sudah paham, ayahnya ini punya jiwa intelijen yang sangat kuat, sebagai polisi yang masih aktif namun non job, ia bisa meli
Jani kini mengikat tangan dan kaki, serta menyumpal mulut Radin, yang membuat Renita terbahak, Jani secara kurang ajar menyumpalkan CD kekasih nya ini ke mulut Radin, CD yang belum di cuci dan tentu saja ada bau-bau kewanitaannya.Ini membuat wajah Radin yang tadi hampir pingsan dan kini sadar sepenuhnya tersebut merah padam menahan amarah di dadanya, tapi Radin tak berdaya dan pasrah saya di perlakukan Jani secara kurang ajar ini, namun otaknya mulai jalan mencari cara agar bebas.“Sekarang apa yang akan kita lakukan, kita bunuh di sini lalu mayatnya kita buang ke laut atau di jalan, atau bagaimana?”Jani kini menatap Renita minta pendapat, bingung juga apa yang harus mereka lakukan sekarang.“Apa perlu kita kasih tahu Dato Simon atau Dato Lim?’ Renita malah balik bertanya sambil menatap Jani.“Sejak si Dato Simon ketakutan, karena katanya di kejar-kejar pembunuh bayaran dari Dato Aldot, keduanya tak bisa di hubungi lagi sampai hari ini,” sela Jani.“Lantas apa yang akan kita lakukan
Radin yang terus berlari mengejarnya terjeblos ke sebuah lubang yang tertutup tumpukan salju, sehingga kalau tadi jaraknya dengan Renita tinggal 20 meteran kini menjauh, karena Renita terus berlari.Sepatu kulitnya yang berhak 5 centimeteran membuat Renita agak kesulitan berlari cepat, Radin berusaha menarik kakinya yang kejeblos tadi, setelah berusaha keras, kini Radin melupakan rasa dingin yang menusuk tulang, dia kembali mengejar Renita yang kabur ke arah jalanRenita kembali panik melihat Radin sudah mengejarnya lagi dengan cepat, jalan raya sudah berada di depannya.Melihat mobilnya sudah terlihat di seberang jalan, Renita lalu berlari menyeberang jalan ini, tanpa menoleh kiri dan kanan lagi, karena matanya terfokus ke mobilnya saja.Tiba-tiba…brakkkk….!”“Renitaaaa…!” Radin terbelalak, dia sampai terdiam sesaat.Tubuh wanita jelita ini terguling-guling dan terlempar ke pinggir jalan, sebuah mobil berkecepatan tinggi tak mampu menghindari tabrakan dengannya.Jalanan yang licin ka
Mereka pun terus menikmati jalan-jalan di Kota Paris ini dengan berjalan kaki, salju tipis terus turun memenuhi jalanan kota mode ini, suasana pun berubah romantis!Tanpa sadar tangan keduanya terus bergandengan dan kadang bercerita soal masa depan, serta kadang diselingin dengan senyum-senyum, karena kadang Gabrille mengolok Radin, sebab tangan mereka seperti enggan saling melepas.“Hmm…kita ini sodaraan apa sedang pacaran sih, kok tangan kamu betah amat di tanganku,” seloroh Gabrille.Radin tertawa dan malah mempererat pegangan. “Aku takut kalau ada yang nyulik sodara cantikku ini, makanya kamu harus terus di pegang!”Tak terasa kini mereka sudah sampai di halaman apartemen Gabrille, saat akan pamit pulang kembali ke hotel, Gabrille malah meminta Radin mampir ke apartemennya.“Malam ini…kamu mau yaa nginap di sini, aku masih pingin ngobrol sama kamu!”Radin menatap wajah gadis jelita ini, seakan memikir-mikir apakah menerima tawaran Gabrille, namun akhirnya ia mengangguk.Radin sada
Segala sesuatu yang mengenakan memang selalu bikin ketagihan, Radin pastinya tak pernah belajar dari ayah dan kakeknya.Yang akhirnya meninggalkan beberapa keturunan, termasuk dirinya, karena terlalu bablas dengan kekasih-kekasihnya.Radin terlalu terbawa perasaan, sehingga bukan satu malam tinggal di apartemen Gabrille, tapi sampai 3 malam.Mereka bak bulan madu, siang malam memadu kasih tanpa pengaman apapun, Gabrille pun sudah bilang dia sengaja, karena ingin dibuahi pemuda ini. Ada sebuah ‘janji rahasia’ yang hanya mereka berdua yang tahu.Janji Rahasia yang membuat Radin sempat terdiam kala itu…tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur, Radin pun mengangguk dan setuju.Radin sampai harus di telpon Horman, karena rombongan dua jam lagi akan berangkat ke bandara, sedangkan Radin tak kelihatan batang hidungnya.“Iya Om, Radin langsung pulang…!”Gabrille hanya tersenyum melihat pemuda ini buru-buru berpakaian, setelah tadi mandi toilet membersihkan diri.“Aku antar…ayoo kita ke
Setelah kini ketiganya duduk kembali di kantin, Antonio dan Basad malah kaget dan ikutan bengong. Tak menyangka Amanda sedang sakit dan anehnya sakitnya tak mau disebutkan.“Jadi…Amanda bilang mau ke Belanda lanjutin study sekalian berobat, sakit apa dia yaa..?” suara Basad terdengar masygul, tanda kebingungan.“Selama ini kulihat Manda sehat-sehat aja bro…kenapa dia bilang mau berobat yaa, apakah penyakitnya berbahaya seperti COVID-19?” sela Antonio sama bingungnya.“Itulah….dia tadi tak mua ngomong, hanya bilang, belum saatny aku tahu…Basad dan kamu Antonio…tolong donk selidiki sakit apa Amanda!”Kedua sahabatnya ini saling pandang, dan saat itulah pandangan mereka tertumbuk pada seseorang yang baru masuk, jalannya terlihat sangat gemulai bak wanita, walaupun orang itu cowok 100 persen.“Ahhh….ini dia…si Tau Ming She datang, dia yang cocok untuk menyelidiki langsung pada Amanda atau keluarganya!” cetus Basad sumringah.“Helo ganteng, ehh ada unta arab dan kuda gipang ikutan nimbrung
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman