Si nelayan ini lalu memutuskan membawa Radin pulang ke rumahnya, karena dia melihat Radin bukanlah seperti penjahat, biarpun wajah pemuda ini babak belur dan badannya matang biru.Setelah sampai di sebuah dermaga kecil di perkampungan di pantai, dia meminta tolong dua orang pemuda yang juga nelayan di tempat itu, untuk ikut membawa tubuh Radin ke rumahnya yang berjarak 200 meteran dari pantai ini.Si nelayan ini hanya menjelaskna singkat siapa pemuda tak di kenal yang dia temukan di sungai kecil itu.Istri si nelayan ini kaget saat suaminya datang dengan seorang pria yang pingsan dan baju compang-camping dan di bopong dua nelayan lainnya.“Siapa dia Pak Cik..?” istrinya bertanya dan menatap wajah Radin yang bengap dan kini di letakan di ranjang yang ada di ruang tamu. Si nelayan inipun menjelaskan di mana dia menemukan Radin.“Jangan-jangan dia penjahat pak cik, lapor polisi saja…?” istrinya mulai ketakutan.“Nggak usah takut, tenang saja, kita bikin dia baikan dulu, baru kita tanyaka
Hubungan Radin dan Bidan Nurhaliza yang umurnya baru 17 tahun juga makin akrab, Nurhaliza baru 5 bulan lulus kebidanan dan kini kerja di sebuah rumah sakit. Gadis kalem dan lembut ini mirip dengan artis Dinda Hauw.Namun mengingat si ‘Dinda Hauw’ ini bukan orang lain baginya, Radin tentu saja berlaku sangat sopan pada Nurhaliza. Cik Burhan dan Mak Cik Normi diam-diam memuji attitude Radin yang bisa menjaga sikap ini.Malam ketiga, Radin kaget saat Cik Burhan memberinya sebuah ilmu, agar pemuda ini tak mudah di tembus senjata tajam. Cik Burhan ternyata bukan orang sembarangan, dia mewaris ilmu ini dari kakek buyutnya yang asli Dayak Kalimantan.Tengah malam Radin di mandikan Cik Burhan dan air yang sudah di beri bacaan-bacaan khusus, lalu disiramkan ke tubuh Radin.“Radin, ini hanya untuk jaga diri, aku bersimpati dan tahu sangat banyak musuh-musuh keluarga kalian. Paman berharap, agar kamu tak bernasib tragis seperti dua kakek buyutmu dan juga ayahmu. Pantangannya, kamu jangan sesekal
Teman wanitanya yang tadi pingsan di siram Radin dengan air mineral, hingga mau tak mau sadar lagi dan tubuhnya mengigil, bukan kedinginan, tapi ketakutan yang amat sangat.“Sekarang jawab pertanyaanku, apakah kamu dalang sabotase pesawat milik ayahku…jawablah lekas, aku bukan tipikal orang yang sabar!”Radin benar-benar bak pembunuh berdarah dingin, ia seakan jadi algojo paling menakutkan saat ini.Radin lalu berdiri menatap wajah Dato Enla yang pucat pasi bak tak ada darahnya lagi. “A-aku hanya ikut-ikutan, dalangnya adalah Dato Lim dan Dato Simon, anaknya Dato F atau Dato Farhan,” keluar juga ucapan Dato Enla.“Siapa lagi yang terlibat…!” desis Radin tenang, lalu plakkk…sebuah tamparan keras mampir di pipi Dato Enla, hingga pandangan pria setengah tua nanar itu dan berkunang-kunang.“Hanya itu…yang lain aku tak tahu lagi…!” dan pandangan Dato Enla pun gelap seketika, sebuah tendangan keras Radin layangkan dan membuat pria ini terkapar pingsan, gigi palsunya sampai terlepas dari mul
Radin kembali kuliah, setelah hampir 1,5 bulan tak masuk, hubungannya dengan Renita tetap terjalin baik.Sampai dua hari dua malam keduanya lepas kangen dan Renita kaget saat tahu petualangan ‘kekasih’ gelapnya ini selama di Kuala Lumpur.Opah Brandon yang tahu sepak terjang cucu tersayangnya ini selama di Malaysia geleng-geleng kepala dan meminta Radin berhati-hati, karena musuh mereka tak bakal tinggal diam.Walaupun Opah Brandon juga dapat laporan, sepak terjang Radin jauh lebih nekad dari dirinya dan ayahnya, Aldot saat muda.Radin tentu saja mencatat hal ini, tak lupa dia juga bercerita tentang Pa Cik Burhan Sulaiman dan sampai kini komunikasi tetap terjalin baik. Brandon ikutan kaget, karena keluarga mantan mertuanya masih ada dan memiliki ‘kesaktian’ khusus.Opah Brandon sampai berteleponan dengan Cik Burhan dan mengundang ‘keluarga’ jauhnya ini ke Jakarta, yang diiyakan Cik Burhan dan janji akan mencari waktu menemuinya di Jakarta.Di kampus, diam-diam Amanda sangat penasaran
Radin akhirnya blak-blakan menceritakan tujuannya, sekaligus membongkar siapa dia sebenarnya. Amanda mangut-manggut dan memeluk Radin sekaligus minta maaf terlalu mendesak pemuda ini.“Kenapa sih kamu sejak awal tak pernah bercerita soal jatidiri kamu itu Radin?” kini Amanda bicara lebih soft, tidak nge-gas seperti tadi.“Manda…tolong yaa…jangan menceritakan pada siapapun, selain kamu hanya Basad yang tahu latar belakangku di kampus. Karena…musuh-musuh keluargaku masih berkeliaran dan ini tentu demi keselamatan aku sendiri dan keluargaku, juga misi-misiku lainnya..!” akhirnya Radin pun blak-blakan mengisahkan latar belakangnya.Amanda mengangguk dan tersenyum manis. Amanda lalu mengakui kalau dia selama ini juga diam-diam menyelidiki Radin.“Tau nggak…aku pernah mengikuti kamu sampai ke rumah besar kamu yang mewah itu, aku tentu saja kaget…tapi aku diam saja, aku sengaja menunggu kamu sendiri yang cerita..sebab kala itu aku pikir kamu tidak tinggal di sana, paling ada keperluan saja!”
Setelah meletakan perahunya kemudian mengikatnya di dermaga kecil itu, orang ini lalu mengambil ikan-ikan yang akan di jual, pria dengan penampilan kurus brewokan serta rambut melewati sebahunya ini kaget, saat melihat ada seorang pemuda tampan dan dingin berdiri menghadang langkah kaki di depannya.Dua orang yang sama tinggi ini saling tatap, pria bercaping ini melepas topinya dan hampir copot jantung Radin saat mengenali pria setengah tua ini. Terlebih saat melihat pakaiannya yang sobek di beberapa bagian.“Papa…!” tanpa terasa mulut Radin mengucapkan kalimat itu. Orang yang di panggil papa ini kaget dan dia sampai menatap tajam wajah Radin.“Siapa kamu…siapa yang kamu panggil papa..?” pria itu masih kaget dan malah mundur satu langkah, karena Radin tiba-tiba ingin maju dan memeluknya.Kali ini Radin lah yang terdiam dan terperanjat, kenapa kini pria berambut panjang dan penuh brewokan ini tidak mengenalinya.
Radin langsung mengangguk dan tak lama kemudian keluarlah nenek yang tadi menyambut ‘Om Aldot’.“Kamu bicara sama siapa Dody?” si nenek ini menegur si anak kecil ini lalu menatap Radin cs.“Maaf nek, nama saya Radin dan ini teman saya Amanda dan pa Arjan, kami temannya Om yang tadi masuk ke rumah ini..?”“Oh kalian temannya Om Langit, silahkan duduk di teras ini yaa, Om Langit tadi kecapekan dan dia kini sedang tidur istirahat, kalau sudah tidur dia tak bisa di ganggu!” sahut si nenek ini dengan ramah.Radin cs pun kini duduk di bale-bale rumah ini sambil mengamati kondisi rumah ini, selain dindingnya bolong-bolong, juga ada beberapa atapnya yang terlihat bocor.Nenek ini lalu memperkenalkan diri, yakni Nenek Sana dan anak kecil yang ternyata cucunya bernama Dody.“Tuan muda, kita sabar saja dulu, biar kan Tuan Besar Aldot istirahat, aku khawatir kalau kita desak, beliau malah salah sangk
Dua tahunan yang lalu, saat cucunya Dody memancing di pantai, anak ini kaget melihat sosok tubuh terdampar di pantai dalam posisi pingsan dan tertelungkup.Karena ketakutan Dody lalu berlari menuju rumah nya dan memberi tahu neneknya, Nenek Sana kemudian memberitahu kepala kampung dan mereka buru-buru mendatangi tubuh itu, bersama dua warga lainnya.Tubuh Aldot itu lalu di bawa ke rumah Nenek Sana, kepala kampung di bantu dua pemuda yang ikut tadi membopong ke rumah Nenek Sana, dan di sana Aldot Hasim Zailani adanya ini, lalu di rawat di rumah sederhana ini.Tak ada identitas apapun di tubuh Aldot, pakaiannya compang camping, bahkan di tubuhnya masih terikat tali parasut yang sudah di lepas Nenek Sana di bantu kepala kampung tersebut.Dua hari kemudian Aldot siuman dan luka di perutnya sudah di beri obat, tidak ada dokter atau bidan di sana, karena ini pulau terpencil, luka di perut itu hanya di beri obat ramuan dari Nenek Sana.Aldot ternyata lupa
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman